Selasa

BUYA HAMKA TENTANG WAHABI (GERAKAN WAHABI DI INDONESIA), BID'AH DAN KORUPSI

"Seluruh Alam Minangkabau menerima gerakan Wahabi dengan tidak perlu menukar mazhab, Tuanku Nan Tuo, Syaikhul Masyaikh (Guru dari sekalian Guru) cukup disiarkan tidak dengan kekerasan dan ada yang menyusun kekuatan memberantas segala Bid'ah dan Khurafat adat jahiliyah. Kalau perlu dengan Pedang!" (Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao).

MASYARAKAT ONTA DAN MASYARAKAT KAPAL UDARA

Ya, pasir yang mati menjadi mesiu yang hidup, mesiu yang dapat meledak. Tetapi mesiu ini bukanlah mesiu untuk membinasakan dan menghancurkan saja, tidak untuk meleburkan saja perlawanannya orang yang kendati diperingatkan berulang-ulang, sengaja masih mendurhaka kepada Allah dan mau membinasakan agama Allah. Mesiu ini jugalah mesiu yang boleh dipakai untuk mengadakan, mesiu yang boleh dipakai untuk scheppend-werk, sebagai dinamit di zaman sekarang bukan saja boleh dipakai untuk musuh, tetapi juga untuk membuat jalan biasa, jalan kereta api, jalan irigasi, jalannya keselamatan dan kemakmuran. Mesiu ini bukanlah saja mesiu perang tetapi juga mesiu kesejahteraan.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

SBY dan BJ Habibie Ziarah ke Makam Istri

youtube.com/watch?v=UNJ5HqNucnw

ISLAM SONTOLOYO

Ini, inilah memang kesukarannya kerja yang harus diselesaikan oleh kaum muda itu: membantras adat-adat salah dan ideologi-ideologi salah tapi tidak bermusuhan dengan kaum yang karena 'belum tahu', membela kepada adat-adat salah dan ideologi-ideologi salah itu, menawarkan adat-adat benar dan ideologi-ideologi benar zonder memusuhi orang-orang yang karena 'belum tahu', belum mau membeli adat-adat benar dan ideologi-ideologi benar itu, mengoperasi tubuh Islam dari bisul-bisulnya menjadi potongan-potongan yang membinasakan keselamatan tubuh itu sama sekali. Renaissance-paedagogie -- mendidik supaya bangun kembali itu, itulah yang harus dikerjakan oleh kaum muda, itulah yang harus mereka 'sistemkan', dan bukan separatisme dan 'perang saudara', walaupun kaum jumud mengajak kepada separatisme dan 'perang saudara'. Bahagialah kaum muda yang dikasih kesempatan oleh Tuhan buat mengerjakan renaissance-paedagogie itu, bahagialah kaum muda yang ditakdirkan oleh TUHAN menjadi pahlawan-pahlawannya renaissance-paedagogie itu.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

BAHAYA SALAFI WAHABI: KITAB WAHABI YANG TIDAK BOLEH DIPELAJARI MENIMBULKAN PERPECAHAN DAN FANATISME

youtube.com/watch?v=XXoIfoNjFlo

BOHONG DAN SERBA-SERBI BENTUKNYA

Memotong-motong kebenaran, misalnya mengambil awal pangkalnya saja dan meninggalkan akhir ujungnya, atau sebaliknya. Dengan demikian, rusak maksud suatu perkataan. Dalam Al-Qur'an banyak perkataan, apabila dipotong, menjadi rusaklah maksudnya seperti contoh ayat, "Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya." (al-Maa'uun: 4-5). "Janganlah kamu mendekati shalat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan." (an-Nisaa': 43). Dalam berpolemik, cara orang-orang yang memotong-motong inilah yang sangat berbahaya. Tujuan seseorang yang awalnya baik dan maksud isinya suci, karena dipolemikkan, menjadi kacau-balau karena kesalahan lawannya yang memotong itu.

(Buya HAMKA, Bohong Di Dunia, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

TIDAK ADA KATA MUNDUR DALAM MEMPERJUANGKAN KEBENARAN | Logika Ade Armando

youtube.com/watch?v=rg5X04VAWLY

AMAL YANG PERCUMA

Banyak kelihatan orang berbuat baik padahal dia tidak beriman. Jangankan orang lain, sedangkan Nabi Muhammad saw. sendiri pun ataupun nabi-nabi dan rasul yang sebelumnya, jika dia menyerikatkan Allah dengan yang lain, amalnya pun tertolak dan percuma juga.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

TERNYATA MAZHAB WAHABI DAN MENGANGGAP UMAT TELAH SYIRIK SEMENJAK 600 TAHUN YANG LALU | Syekh Akbar

youtube.com/watch?v=P7x1nkgkGks

MENUHANKAN GURU

Imam ar-Razi dalam tafsir beliau Mafatihul Ghaib, "Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Arbab (Tuhan-Tuhan) terhadap pendeta itu bukanlah bahwa mereka berkepercayaan bahwa pendeta yang menjadikan alam ini, tetapi bahwa mereka patuhi segala perintah dan larangan mereka!" Inilah perkataan ar-Razi, yang mengarang tafsirnya pada abad-abad pertengahan dalam Islam. Beliau menegaskan bahwa penyakit-penyakit kepercayaan Yahudi dan Nasrani itu telah berjumpa pula dalam kalangan Islam. Lebih mementingkan kata ulama daripada Kata Allah dan Rasul saw. Taklid dalam soal-soal fiqih sehingga tidak mau lagi meninjau pikiran yang baru, sehingga agama menjadi membeku. Sehingga timbullah pertengkaran dan pertentangan dan sampai kepada permusuhan di antara muqallid suatu madzhab dengan muqallid madzhab yang lain. Kadang-kadang sampai memusuhi orang yang berlain madzhab sama dengan memusuhi orang yang berlain agama. Gejala mendewa-dewakan guru, baik di waktu hidupnya maupun sesudah matinya. Di dalam kalangan Islam, tumbuhlah pemujian yang berlebih-lebihan kepada guru-guru yang dikeramatkan, dan setelah si guru mati, kuburnya pun mulai dikeramatkan pula, yaitu diberhalakan. Mereka tidak akan mau mengaku bahwa mereka telah mempertuhan guru, sebagai juga orang Yahudi dan Nasrani tidak juga akan mengaku bahwa guru-guru dan pendeta yang mereka puja-puja itu tidak juga diakui sebagai Tuhan.

SESAT DAN BINGUNG

"Selamat sejahtera bagi kamu, wahai ahli kampung-kampung ini dan orang-orang yang beriman. Dan kami pun, in syaa Allah, akan menyusuli kamu. Kami mohonkan kepada Allah, untuk kami dan untuk kamu 'afiat." Sederhana sekali doa yang diajarkan Rasul saw. bila ziarah ke kuburan, walaupun kuburan kaum Muslimin yang biasa ataupun kuburan ulama besar. Pengakuan bahwa kita pun akan menuruti mereka pula, bila datang masanya. Dan kita mohon supaya kita dan mereka sama-sama diberi 'afiat. 'Afiat, terlepas dari bahaya menurut alamnya masing-masing. Malahan ziarah pada kuburan Rasulullah saw. dan Abu Bakar dan Umar di Madinah sendiri pun tidak ada suatu doa yang ma'tsur yang menyuruh kita meminta-minta apa kepada Allah dengan perantaraan beliau-beliau. Sedangkan membaca al-Faatihah, lalu pahala membaca itu dihadiahkan kepada si mati, pun tidak ada dianjurkan oleh Rasulullah saw., apatah lagi kata-kata lain, selain dari doa yang beliau ajarkan ini. Perhatikanlah orang-orang yang datang ziarah ke kuburan yang dipuja itu, kelihatan mereka lebih khusyuk memohonkan berbagai hajat, daripada di waktu mengerjakan shalat lima waktu yang difardhukan oleh Allah.

TEGUHKAN PRIBADIMU

Golongan adat ini tidak semata-mata zaman sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi rasul, tetapi segala penyelewengan dari garis agama yang benar lalu dikatakan bahwa itu pun agama, termasuklah dalam jahiliyyah.

MUKADIMAH

Madzhab yang dianut oleh penafsir ini adalah Madzhab Salaf. Yaitu Madzhab Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau serta ulama-ulama yang mengikuti jejak beliau. Dalam hal aqidah dan ibadah, semata-mata taslim, artinya menyerah dengan tidak banyak tanya lagi. Namun, tidaklah semata-mata taklid kepada pendapat manusia, melainkan meninjau mana yang lebih dekat pada kebenaran untuk diikuti dan meninggalkan mana yang jauh menyimpang. Meskipun penyimpangan yang jauh itu bukanlah atas suatu sengaja yang buruk dari yang mengeluarkan pendapat itu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Munculnya Dai Pelawak Gagal Paham Pesawat Mic Bid'ah Masuk Neraka

youtube.com/watch?v=nEFdmndefZs

ISLAM SONTOLOYO

Dalam urusan dunia, di dalam urusan statesmanship, "boleh berqiyas, boleh berbid'ah, boleh membuang cara-cara dulu, boleh mengambil cara-cara baru, boleh beradio, boleh berkapal udara, boleh berlistrik, boleh bermodern, boleh ber-hyper-hypermodern," asal tidak nyata dihukum haram atau makruh oleh Allah dan Rasul!

SUKARNO

ISLAM SONTOLOYO,
SEBUAH OTOKRITIK YANG RELEVAN

Oleh: Edi AH Iyubenu

Tak usah memerah wajah dan mendidih hati bila dari perspektif Soekarno ini, ada sebagian gaya dan perilaku keislaman kita hari ini yang masih berkarakter sontoloyo ternyata. Cukup renungkan, renungkan, dan renungkan....

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Bom Wahabi Saat MAULID NABI

youtube.com/watch?v=KN-4HR1NfQE

ME"MUDA"KAN PENGERTIAN ISLAM

Tidak ada negeri lain, yang Islamnya begitu banyak mengandung zat-zat ketakhayulan, keta'asuban, kemusyrikan, kebid'ahdilalahan, seperti negeri India itu. Syaitan dan Jin masih ditakutinya dan dicari persahabatannya, azimat-azimat dan tangkal-tangkal masih digemarinya, "keramat-keramat" dan "wali-wali" masih dicari-cari dan dimulia-muliakannya, kekuasaan pir-pir dan ulama-ulama masih tak ada ubahnya daripada zaman purbakala.

SUKARNO

SAYA KURANG DINAMIS?

Saya suka sekali 'membongkar'. Hanya dengan cara 'membongkar', orang bisa mengeweg-eweg publik supaya ia bangun dan memperhatikan sesuatu soal. Publik selalu mengantuk dan bertabiat membeku. Kalau orang minta ia punya perhatian dengan cara muntar-muntir, ia akan tidak beri perhatian itu, atau ia akan tetap mengantuk saja. Kalau orang mau membangunkan perhatian publik, orang musti ambil palu-godam yang besar, dan pukulkan palu itu di atas meja sehingga bersuara seperti guntur.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Wahabi Vs Kita | Salah dikit KAFIR

youtube.com/watch?v=cg-r200jPaM

TEGUHKAN PRIBADIMU

Segala ibadah kepada Allah atau segala upacara yang ada sangkut-pautnya dengan ibadah, sedikit pun tidak boleh ditambahi atau dikurangi dari yang ditentukan oleh Allah dan Rasul.

MENUHANKAN GURU

Termasuk juga dalam rangka ini, yaitu menganggap ada kekuasaan lain di dalam menentukan ibadah selain daripada kekuasaan Allah, ialah menambah-nambah ibadah atau wirid, doa dan bacaan pada waktu-waktu tertentu yang tidak berasal dari ajaran Allah dan Rasul saw. Ibadah tidak boleh ditambah dari yang diajarkan Rasul saw. dan tidak boleh dikurangi. Menambah atau mengurangi, memaksa-maksa dan berlebih-lebihan dalam ibadah adalah ghuluw. Dan, ghuluw adalah tercela dalam syari'at. Sama pendapat (ijma) sekalian ulama mencela perbuatan itu. Inilah dia Bid'ah!

DASAR ORANG MUSYRIK

Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti wali Allah. Mereka pergi ke kuburan orang yang mereka anggap di masa hidupnya jadi wali, lalu dia memohon apa-apa di situ. Padahal ayat-ayat itu menyuruh orang bertauhid, mereka lakukan sebaliknya, jadi musyrik. Kalau ditegur dia marah, hingga mau dia menyerang orang yang menegurnya itu.

THAGHUT

Orang yang kafir itu, pemimpinnya ialah Thaghut, yaitu segala kekuasaan yang bersifat merampas hak Allah, yang tidak menghargai nilai hukum Ilahi. Thaghut itu pemimpin mereka, keluar dari tempat yang terang benderang bercahaya akan dibawa ke tempat yang gelap gulita dan mereka jadi ahli neraka dan kekal di dalamnya. Kalau orang yang beriman, dia berjuang ialah pada jalan Allah. Tetapi orang-orang yang kafir berjuangnya ialah pada jalan Thaghut. Pada lanjutan ayat diperintahkan kepada orang yang beriman, hendaklah perangi wali-wali Setan itu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG: Pemahaman Kartini terhadap Ayat Al-Qur'an

youtube.com/watch?v=5ZeFMfyl3FA

KENAPA TAHLILAN, MAULID NABI, AMALAN SUNAH DIPERMASALAHKAN, TAPI LGBT, KEMAKSIATAN DIBIARKAN..!!

youtube.com/watch?v=iaV2dt_fL9M

SIAPAKAH YANG TAHAN DAN TEGUH HATI MENEMPUH JALAN YANG BENAR?

Dosa-dosa yang besar ialah mempersekutukan Allah dengan yang lain, berkata tentang Allah tetapi tidak dengan pengetahuan, lancang memperkatakan soal-soal agama, padahal ilmu tentang itu tidak ada. Itu semuanya adalah termasuk dosa yang besar. Adapun yang keji-keji adalah yang menyakiti orang lain dan merusakkan budi pekerti, sebagai mencuri harta kepunyaan orang lain, berzina, membunuh sesama manusia.

KARENA CARI MAKAN

Setan masuk ke segala pintu menurut tingkat orang yang dimasuki. Kebanyakannya karena mencari makanan pengisi perut. Paling akhir Setan berusaha supaya orang mengatakan terhadap Allah apa yang tidak mereka ketahui. Kalau orang yang dia sesatkan sampai tidak mengakui lagi adanya Allah karena telah mabuk dengan maksiat, Setan pun dapat menyelundup ke dalam suasana keagamaan sehingga lama-kelamaan orang berani menambah agama, mengatakan peraturan Allah, padahal bukan dari Allah, mengatakan agama, padahal bukan agama. Lama-lama orang pun telah merasa itulah dia agama. Asalnya soal makanan juga.

PUNCAK SEGALA DOSA

Jelas kemurkaan Allah karena mengarang-ngarang yang bukan berasal dari ajaran agama.

MENUHANKAN MANUSIA

Manusia tiada berhak menambah-nambah apa yang telah diatur oleh Allah.

MUSUH-MUSUH ALLAH

Dalam satu riwayat pula dari Ibnu Abbas, bahwa di hari Kiamat, akan datang suatu masa manusia itu dikumpulkan untuk ditanya, tetapi mereka tidak dapat berbicara dan tidak sanggup membela diri dan tidak dapat berkata-kata, sebelum dapat izin. Setelah diberi izin mulailah mereka mempertahankan diri dan mungkir bahwa mereka mempersekutukan yang lain dengan Allah, sampai ada yang bersumpah di hadapan Allah seperti mereka bersumpah dengan kamu saja. Oleh karena mereka bersikeras mempertahankan diri dan memungkiri kesalahan itu, dibangkitkan Allah-lah saksi-saksi yang datang dari dalam diri mereka sendiri, yaitu kulit-kulit mereka, pandangan mata mereka, tangan mereka, kaki mereka dan mulut mereka dikuncikan.

YANG PALING JAHAT

Orang-orang memungkiri janji sudah dianggap sebagai binatang yang merangkak di bumi, tidak ada harga mereka lagi. Maka, kalau mereka bertemu di medan perang, hendaklah gempur habis sampai hancur, jangan lagi diberi hati. Mereka wajib disapu bersih.

TERLALU JAHAT

Diperingatkan lagi satu macam penghasilan yang akan dimakan, yang terlalu jahat, yaitu sengaja menyembunyikan kebenaran Kitab atau memutar-mutar artinya kepada yang lain karena mengharapkan harga yang sedikit. Maka, harga usaha mereka memutar-mutar isi Kitab yang boleh dikatakan telah menjadi mata pencarian untuk makan baginya, adalah sebagaimana menyalakan api neraka dalam perutnya.

HARTA TAK HALAL

Termasuk jugalah di dalamnya menerima upah membaca surah Yaasiin malam Jum'at sekian kali untuk dihadiahkan pahalanya kepada keluarga si pengupah yang telah mati. Termasuk jugalah di dalamnya orang-orang yang berdiri di pekuburan menunggu orang-orang yang akan memberinya upah membaca doa atau ber-talkin atau membaca surah Yaasiin yang diupahkan keluarga orang yang berkubur di sana.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Presiden dan Keluarga Gelar Tahlilan untuk Almarhumah Ibunda Presiden Jokowi

presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-dan-keluarga-gelar-tahlilan-untuk-almarhumah-ibunda-presiden-jokowi

KARENA CARI MAKAN

Apakah ini dari agama? Terang-terang hadits menerangkan bahwa perbuatan ini adalah haram, sama dengan meratap. Sebaliknya, kalau di kampung itu juga ada orang kematian tidak mengadakan jamuan makan besar itu, dituduhlah dia menyalahi peraturan agama. Dikatakan bahwa orang yang telah mati itu tidak diselamatkan, sebagaimana mati anjing saja. Setelah itu, tidaklah putus makan-makan itu di hari ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7, hari memarit (menembok) kubur, hari ke-40 setelah matinya, hari ke-100, dan penutup hari yang ke-1000. Bahkan pada kubur-kubur orang yang dianggap keramat, kubur ulama atau kuburan keturunan sayyid yang tertentu, diadakan Haul sekali setahun, makan besar di sana sambil membaca berbagai bacaan. Rakyat yang awam dikerahkan menyediakan makanan, bergotong-royong menyediakan segala perbekalan. Malahan ada orang yang digajikan buat membaca surah Yaasiin di satu kubur tiap-tiap pagi hari Jum'at. Atas rayuan Setan, orang berkeras mengatakan bahwa itu adalah agama. Siapa yang tidak mengatakan dari agama, dia akan dituduh memecah persatuan! Kalau kita katakan ini bukanlah agama, ini adalah menambah-nambah dan mengatakan atas Allah barang yang tidak diketahui, maka kitalah yang akan dituduh merusak agama.

BANGUN DAN BENTUK SUATU BANGSA

Perhatikanlah! Dahulu kaum Quraisy sebagai pelopor pertahanan jahiliyyah menguasai masyarakat Arab, menguasai peribadatan dan thawaf keliling Ka'bah dengan telanjang, dengan bersiul dan bertepuk-tepuk tangan dan Ka'bah mereka kelilingi dengan 360 berhala. Mereka runtuh karena keruntuhan akhlak. Waktu beribadah keliling Ka'bah mereka bertelanjang, mereka tidak memakai pakaian sehelai benang jua. Dengan alasan karena pakaian yang dipakai penuh najis dan dosa. Namun, kebatinan mereka sendiri, ruh mereka sendiri lebih telanjang lagi karena kejahatan-kejahatan yang mereka perbuat, yang zahir dan yang batin, kemesuman, perzinaan. Mereka berbuat dosa dengan niat yang salah (al-itsmu) dan mereka merugikan orang lain (al-baghyu) dan mereka persekutukan yang lain dengan Allah dan mereka berani membuat-buat suatu peraturan yang mereka katakan agama, padahal mereka katakan atas Allah hal-hal yang tidak mereka ketahui.

Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri.

Dusta atas nama Allah, menambah agama dengan kehendak sendiri, lalu menyombong tidak mau menerima kebenaran ayat Allah, adalah zalim aniaya yang paling besar, puncak yang tidak ada puncak di atas itu lagi. Neraka tempatnya. Sampai di sana boleh salah menyalahkan, tetapi yang terang ialah masuk neraka. Disini terdapat dua keputusan. Pertama, pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Kedua, tidak mungkin mereka masuk surga. Menurut Tafsir Ibnu Abbas, tidak ada amalan mereka yang diterima Allah. Dan dalam penafsiran yang lain Ibnu Abbas berkata, tidak terbuka pintu langit buat menerima amal mereka dan doa mereka. Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi oleh Ibnu Abbas bahwa pintu langit tidak dibuka buat menerima ruh mereka setelah mereka mati. Suatu riwayat dari Ibnu Juraij mengumpulkan keduanya, amal tidak diterima dan ruh pun ditolak naik ke langit. Untuk menjadi peringatan bagi manusia agar jangan mereka sangka mudah-mudah saja masuk surga, setelah pokok kepercayaan kepada Allah itu yang telah dirusakkan dan puncak kezaliman yang telah ditempuh.

IMPERIALISME JIWA DAN KAPITALISME

Korupsi, kata orang sekarang!

Kapitalisme, dengan segala anak-cucu dan gejalanya. Dengan mengemukakan terlebih dulu contoh jahat yang dibuat oleh pemuka agama, maka kemudian diratakanlah dia sebagai celaan dan hardikan keras kepada manusia, agama apa pun yang dipeluknya, yang menghabiskan segala tenaga mengumpul harta, walaupun kadang-kadang tidak mengenal halal-haram serta yang haq dengan batil lagi.

KEKAL DI NERAKA JAHANNAM

Ibnu Mas'ud berkata, "Orang yang diadzab kekal di Neraka Jahannam itu dimasukkan ke dalam peti dari api. Peti itu dalam peti lagi, hingga berlapis, lalu dipaku di luarnya, sehingga suatu pun tidak ada yang mendengar. Dan siapa-siapa yang telah dimasukkan ke dalam peti berlapis itu tidaklah melihat orang lain yang sama diadzab, sebab ia di dalam peti sendiri-sendiri."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JOKOWI TOKOH MUSLIM BERPENGARUH NOMOR 13 DUNIA. KADRUN AUTO KEJANG-KEJANG

youtube.com/watch?v=qgS1Iwh3OP4

ISLAM SONTOLOYO

Kaum kolot di Endeh, di bawah anjuran beberapa orang hadramaut, belum tenteram juga membicarakan halnya saya tidak bikin "selamatan tahlil" buat saya punya ibu mertua yang baru wafat itu, mereka berkata, bahwa saya tidak ada kasihan dan cinta pada ibu mertua itu. Biarlah! Mereka tak tahu-menahu, bahwa saya dan saya punya Wen, sedikitnya lima kali satu hari, memohonkan ampun bagi ibu mertua itu kepada Allah. Moga-moga ibu mertua diampuni dosanya dan diterima iman Islamnya. Moga-moga Allah melimpahkan rahmat-Nya dan berkat-Nya, yang ia, meski sudah begitu tua, toh mengikut saya ke dalam kesunyiannya dunia interniran!

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

TUHAN..... Kenapa Pemimpin Kami Dzolim?? | NU Channel

youtube.com/watch?v=a2AViHb1BPo

KTP ISLAM KOK GAK TAU ISLAM (ISLAM KTP) | USTADZ YAZID BIN ABDUL QADIR JAWAS

youtube.com/watch?v=qsg2HIUM9tc

NIKAH SI KANI

Disinilah rahasia pertanggungjawaban seorang yang berani mengeluarkan fatwa (mufti) atau menjatuhkan hukum (hakim). Kemudian, beliau menyambung pula, "Kalian, ulama-ulama muda, haruslah berhati-hati, dalam masalah-masalah yang mengenai ushalli, talkin atau qunut, kalian boleh berkeruk arang (Berkeruk arang dalam bahasa Minangkabau bermakna berbesar mulut). Namun, yang berkenaan dengan fatwa terhadap susunan masyarakat, kalian harus hati-hati, karena banyak, malahan sebagian besar hukum agama itu, bertali-tali dengan kekuasaan."

MENJAWAB MASALAH

Ushalli termasuk Bid'ah.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

Hanya Khilafiyah Soal Niat Wahabi Berani Membidahkan

youtube.com/watch?v=3E4wYkAj7Dc

SEMUA ARTIS HIJRAH HARUS TAU INI AGAR TIDAK TERPAPAR WAHABI

youtube.com/watch?v=NQ_77Nm2YrE

AIR MATA PENGHABISAN

Siapakah di antara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani sehingga saya, yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas saja dengan suatu balasan yang tak tersudu diitik, tak termakan diayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang. Berenang di dalam mas, bersayap uang kertas. Siapakah di antara kita yang kejam? Siapakah yang telah menghalangi seorang anak muda yang bercita-cita tinggi menambah pengetahuan, tetapi kemudian terbuang jauh ke Tanah Jawa ini, hilang kampung dan halamannya? Sehingga dia menjadi seorang anak "komidi" yang tertawa di muka umum, tetapi menangis di belakang layar?

(Buya HAMKA, TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK, Penerbit Gema Insani, 2019).

UMI PIPIK TAUSIAH DI MALAM TAHLILAN 40 HARIAN ALMH VANESSA ANGEL & ALM BIBI ARDIANSYAH

youtube.com/watch?v=zCVTcrGSuPs

DEMIKIANLAH PEREMPUAN!!! | Dialog Zainuddin - Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Ikmal Supirman)

youtube.com/watch?v=zYwhPKyYsrA

SURAT HAYATI YANG PENGHABISAN

Jika saya mati dahulu, dan masih sempat engkau ziarah ke tanah pusaraku, bacakan doa di atasnya, tanamkan di sana daun puding pancawarna dari bekas tanganmu sendiri, untuk jadi tanda bahwa di sanalah terkuburnya seorang perempuan muda, yang hidupnya penuh dengan penderitaan dan kedukaan, dan matinya diremuk rindu dan dendam.

PENGANTAR PENERBIT

Karya ini cocok dibaca oleh masyarakat kita yang heterogen karena bahasannya yang luas. Tema yang diangkat pun cukup menggambarkan keadaan masyarakat saat ini meskipun kisah ini ditulis pada Tahun 1930-an. Melalui tokoh-tokoh yang disajikan, Hamka menyampaikan bagaimana seharusnya hubungan manusia dalam perihal cinta, yaitu selalu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.

(Buya HAMKA, TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK, Penerbit Gema Insani, 2019).

Akibat Salah Hijrah Dan Minimnya Ilmu

hwmi.or.id/2020/06/akibat-salah-hijrah-dan-minimnya-ilmu.html

KH. Syukron Makmun Beberkan Kekejaman Orba Terhadap Nahdlatul Ulama

youtube.com/watch?v=6WnNgbmRtW4

Pak Harto.... Piye.. Enak Jamanku Tho....

youtube.com/watch?v=822hfeLhUIA

Wahabi vs KH. Syukron Ma'mun

youtube.com/watch?v=zdReOdRu4vs

KEMURKAAN-KU DAN KEMURKAANMU!

"Demikianlah kamu karena apabila diseru Allah sendiri saja, kamu kafir. Dan jika Dia dipersekutukan, kamu pun beriman. Maka keputusan hukum adalah pada Allah Yang Maha Tinggi, Maha Besar." (al-Mu'min: 12).

Kedatangan sekalian rasul ialah untuk mengajak orang kepada Tauhid. Tugas mereka ialah menyampaikan dakwah kepada manusia agar insaf bahwa Allah itu Esa adanya. Itulah yang kamu tolak, kamu kafir, kamu tidak mau menerima. Tetapi kalau ada disebut-sebut tuhan-tuhan lain, dewa-dewa lain, kalian gembira, kalian senang hati. Baru kalian mau percaya. Ditutup ujung ayat dengan ketegasan ini supaya jelas bagi kaum musyrikin bahwa keputusan terakhir tetap pulang kepada Allah jua, sebab Yang Maha Kuasa, Maha Tinggi hanya Allah, Yang Maha Besar hanya Allah, tidak ada berhala, tidak ada al-Laata, tidak ada al-Uzza, tidak ada Manaata dan yang lain. Jika di zaman sekarang tidak ada kubur keramat, wali anu dan keramat anu. Omong kosong!

PUNCAK KEKAFIRAN

"Kekal mereka di dalamnya, tidak akan diringankan adzab atas mereka dan tidaklah mereka akan dipedulikan." (al-Baqarah: 162).

Di dalam permulaan surah al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah atau mempersekutukan-Nya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada adanya Hari Kemudian (Kiamat), atau tidak mau mengakui wahyu, atau berkata tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya, segala sikap menolak kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah diterangkan batilnya oleh agama.

JANGAN MEMOHONKAN AMPUN UNTUK MUSYRIKIN

"... telah jelas baginya bahwa dia itu musuh bagi Allah ..." (at-Taubah: 113-114).

Tiada Dia bersekutu dalam keadaan-Nya dengan yang lain. Demikian juga tentang mengatur syari'at agama, tidak ada peraturan lain, melainkan dari Dia.

TEGUHKAN PRIBADIMU

"... Orang-orang kafirlah yang membuat-buat atas nama Allah akan kedustaan. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak berakal. Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah kepada apa yang diturunkan oleh Allah dan kepada Rasul.' Mereka pun menjawab, 'Cukuplah bagi kami apa-apa yang telah kami dapati atasnya bapak-bapak kami.' Apakah walaupun bapak-bapak mereka itu tidak mengetahui sesuatu dan tidak dapat petunjuk?" (al-Maa'idah: 103-104).

Inilah ayat yang berguna untuk segala zaman. Ayat yang bukan untuk orang jahiliyyah saja, melainkan untuk memperingatkan bahwa di dalam memegang suatu peraturan agama, sekali-kali tidaklah boleh menuruti begitu saja pada apa yang diterima dari guru atau nenek moyang. Sumber agama, sebagai yang diserukan pada ayat ini sudah tegas sekali, yaitu peraturan dari Allah dan Rasul. Di luar itu, Bid'ah namanya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KHALIFAH ALLAH SWT

Thaghut tidaklah bernama thaghut kalau ia rela saja menyerahkan kekuasaan. Di antara thaghut yang paling merasa berkuasa ialah apa yang sekarang kita sebut "tradisi" pusaka nenek moyang, warisan datuk nenek.

Tidak Ada Tuhan, melainkan Allah SWT

Kemerdekaan menurut Islam ialah kemerdekaan yang menyeluruh -- bebas dari belenggu kebodohan dan khurafat dan berhala, serta bebas dari menjadi pengekor orang lain (taklid) dan pada yang diwarisi dari nenek moyang. Islamlah yang mula-mula menyeru manusia pada kemerdekaan sejati itu.

(Buya HAMKA, Studi Islam, Penerbit Gema Insani, 2020).

Ceramah Paling Menggelegar! Brutal Nyerang Ulama Ahlussunah, Buya Arrazy Ultimatum Bani Wahabi

youtube.com/watch?v=osQIqJ1FXkY

HUT Ke-73 Kemerdekaan RI, 17 Kutipan Soekarno yang Getarkan Jiwa Semangati Bangsa

Anakku, simpan segala yang kau tahu, jangan ceritakan deritaku dan sakitku kepada rakyat, biarkan aku menjadi korban asal Indonesiaku tetap bersatu. Ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan, keutuhan, dan kejayaan bangsa. (Dikutip dari buku Monolog Kang Sastro)

suryamalang.tribunnews.com/2018/08/16/hut-ke-73-kemerdekaan-ri-17-kutipan-soekarno-yang-getarkan-jiwa-semangati-bangsa

Klaster Tahlilan di Grogol, Rumah Warga Disemprot Disinfektan

kompas.tv/article/96494/klaster-tahlilan-di-grogol-rumah-warga-disemprot-disinfektan

MEMULAI PERJUANGAN

Terjadilah perdebatan antara abang dengan adik karena ayah Hamka mengemukakan hadits dari Jarir bin Abdillah yang menyatakan bahwa berkumpul dan makan-makan di rumah orang kematian sama haramnya dengan meratap. Namun, Haji Muhammad Nur dimenangkan oleh tuanku laras. Apalagi, dia disokong pula oleh mamaknya, Datuk Makhudum, yang menjadi penghulu kepala dan anak dari tuanku laras. Kami berdebat di rumah tuanku laras sejak pukul sembilan pagi sampai pukul lima sore, hanya waktu sembahyang saja terhenti ... Kami dibenci orang. Ayah Hamka dituduh durhaka kepada ayahnya karena ruh ayahnya tidak dihormati, dipandang sebagaimana anjing mati saja. Haji Muhammad Nur dipuji karena dia tetap setia pada ruh ayahnya.

TIGA ULAMA PULANG DARI MEKAH

Kaum Wahabi memiliki ajaran agama yang keras, yaitu supaya umat Islam kembali pada ajaran Tauhid yang asli (murni) dari Rasulullah saw. Mereka (kaum Wahabi) berkeyakinan bahwa umat Islam sudah menyimpang terlalu jauh dari ajaran agama. Mereka melarang keras membesar-besarkan kuburan orang yang dipandang keramat. Mereka membatalkan beberapa amal yang telah berubah dari pokok ajaran Nabi saw.

MENJAWAB MASALAH

Dzikir dan puji-pujian kepada Nabi saw. dengan menabuh rebana atau talam, dengan suara yang merdu, tetapi seluruh bacaannya menjadi salah karena lagunya. Adat ini pun diberantas.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

MOMENT KETIKA BID'AH LOVERS DIBAWAKAN CELURIT OLEH TETANGGA

youtube.com/watch?v=ybWXn6885VE

ISLAM SONTOLOYO

Dunia Islam menjadi mundur oleh karena banyak orang 'jalankan' hadits yang dhaif dan palsu. Karena hadits-hadits yang demikian itulah, maka agama Islam menjadi diliputi oleh kabut-kabut kekolotan, ketakhayulan, bid'ah-bid'ah, anti-rasionalisme, dan lain-lain. Padahal tak ada agama yang lebih rasionil dan simplistis daripada Islam.

SUKARNO

TIDAK PERCAYA BAHWA MIRZA GULAM AHMAD ADALAH NABI

Islam adalah satu agama yang luas yang menuju kepada persatuan manusia. Agama Islam hanya bisa kita pelajari sedalam-dalamnya, kalau kita bisa membukakan semua pintu-pintu budi akal kita bagi semua pikiran-pikiran yang berhubungan kepadanya dan yang harus kita saring dengan saringan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Jikalau benar-benar kita saring kita punya keagamaan itu dengan saringan pusaka ini dan tidak dengan saringan lain, walaupun dari Imam mana pun juga, maka dapatlah kita satu Islam yang tidak berkotoran bid'ah, yang tak bersifat takhayul sedikit jua pun, yang tiada keramat-keramatan, yang tiada kolot dan mesum, yang bukan 'hadramautisme', yang selamanya up to date, yang rationeel, yang mahagampang, yang cinta kemajuan dan kecerdasan, yang luas dan broadminded, yang hidup, yang levend.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Hukum Meninggalkan Shalat 5 Waktu dengan Sengaja

youtube.com/watch?v=pw_CUIsSgQ4

ME"MUDA"KAN PENGERTIAN ISLAM

Maukah saudara mendengar pendapatnya seorang orientalis Belanda tentang keadaan umat Islam zaman sekarang? "Bukan Al-Qur'anlah kitab hukumnya orang Islam, tetapi apa yang ulama-ulama dari segala waktu cabutkan dari Al-Qur'an dan Sunnah itu. Maka ini ulama-ulama dari segala waktu adalah terikat pula kepada ucapan-ucapannya ulama-ulama yang terdahulu dari mereka, masing-masing di dalam lingkungan mazhabnya sendiri-sendiri. Mereka hanya dapat memilih antara pendapat-pendapatnya otoritet-otoritet yang terdahulu dari mereka... Maka syari'at seumumnya akhirnya tergantunglah kepada ijma', firman yang asli." Begitulah pendapatnya Profesor Snouck Hurgronje, yang tertulis di dalam ia punya Verspreide Geschriften jilid yang pertama. Dapatkah kita membantah kebenarannya? Maka kalau seorang bukan Islam sebagaimana Profesor Snouck Hurgronje itu tahu akan hal itu, yakni tahu akan menyimpangnya ijma' dari ruh Islam yang asli, alangkah aibnya pemuka-pemuka Islam Indonesia kalau tidak mengetahuinya pula!

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Ada Orang Marah Dengan Saya Sebab Tak Ambil Pandangan Majoriti Berkenaan Qada' Solat

youtube.com/watch?v=4yuh5GiWsQg

REAKSI

Dibatalkan kenduri, padahal pencaharian beliau dari kenduri itu. Dibatalkan fidyah sembahyang, betapa berkurang pendapatan karena itu. Oleh karena itu, ditariklah hati rakyat awam dan ditentanglah kawan sendiri yang sepaham, yang artinya sama dengan menentang pendirian diri sendiri. Karena celaan, makian, cercaan dan tuduhan bahwa mereka "durhaka" kepada guru, ulama-ulama muda ini bukanlah bertambah mundur, melainkan bertambah merangsang hati mereka. Ketika mereka dituduh kafir karena telah memfatwakan bahwa cepiau, pantalon dan dasi tidaklah menyerupai orang kafir, timbullah kenekatan mereka. Dalam waktu sebentar saja, dengan pantalon, dasi dan cepiau (topi Panama). Bertahun-tahun lamanya, Syekh Abdullah Ahmad dan Syekh Abdul Karim Amrullah memakai dasi dan pantalon dan memakai tarbus di kepala mereka, bahkan kadang-kadang cepiau. Mau apa? Siapa mau menantang? Siapa mau mengaji? Syekh Jambek luar biasa pula, beliau membeli sepeda motor. Kemudian, beliau menukar sepeda motor itu dengan mobil dan beliau kemudikan sendiri. Di bahu beliau tersandang bedil untuk berburu. Mau apa? Siapa mau melawan? Siapa mau berdebat?

MENJAWAB MASALAH

Dzikir kalau tidak berasal dari Nabi saw. dengan sanad hadits yang shahih, itu Bid'ah hukumnya.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

Salafi Sebut Allah Berupa Jism - Padahal Ini Murtad

youtube.com/watch?v=Z9GLq8uS0go

BANDOT PINJAMAN

Dan siapa yang berpegang kepada hadits-hadits Nabi yang shahih menurut Madzhab Syafi'i sejati, mereka tuduhlah orang itu "Berpacul dari Madzhab atau keluar dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah".

ALLAH BERTANGAN?

Bahkan Allah itu mempunyai banyak mata (Lihat surah al-Mu'minuun, ayat 27). Dia bertangan, bermata dan semayam, sebab Dia sendiri yang mengatakan dan kita wajib iman. Di antara ulama mutaakhirin yang keras menganut paham Salaf ini adalah Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim pada zaman terakhir adalah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab dan terakhir sekali adalah Sayyid Rasyid Ridha. Ibnu Taimiyah sampai dituduh oleh musuh-musuhnya berpaham "mujassimah" (menyifatkan Allah bertubuh) karena kerasnya mempertahankan paham ini.

SAMPAIKAH DOA KITA YANG HIDUP UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL?

Dibiasakan orang membaca al-Fatihah itu untuk Nabi. Sampai atau tidak hadiah itu? Soalnya bukanlah sampai atau tidak. Persoalannya sekarang adalah, "Apakah Nabi berbuat ibadah seperti itu atau tidak?" Kalau tidak, niscaya kita telah menambah-nambah.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Ceramah Kh Zainudin Mz | Wahabi, Kok Gitu Sih

youtube.com/watch?v=SorZcVxyPrw

Nikah Beda Agama dan Fenomena Kemusyrikan

youtube.com/watch?v=Y-6AOygLT8o

CINTAKAN ALLAH

Maka, adalah orang-orang yang terpacul, tercampak ke luar dari rombongan. Ada yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi bukan bimbingan Muhammad yang hendak diturutinya, dia pun tersingkir ke tepi. Dia maghdhub, dimurkai Allah. Ada yang mencoba-coba membuat rencana sendiri, memandai-mandai, maka dia pun terlempar ke luar, dia dhallin, dia pun tersesat. Orang-orang yang semuanya telah kafir.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Kisah Umar Tebas Ahli Bidaah

youtube.com/watch?v=N1jWzmQC7jM

Idrus Ramli Aswaja Apa Syiah Orang Ini???? Coba Tonton!!!!!

youtube.com/watch?v=oMrDlVv6wvc

ULAMA-ULAMA YANG MENENTANGNYA

Beliau (Syekh M. Jamil Jaho) mendirikan suraunya di Jaho, dekat Padang Panjang. Murid-muridnya pun banyak berdatangan dari seluruh Minangkabau dan Sumatra. Ketika Perserikatan Muhammadiyah mulai masuk ke Minangkabau, atas propaganda yang dilakukan oleh S.Y. Sutan Mangkuto, Engku Jaho telah masuk Muhammadiyah. Masuk juga bersamanya, Tuan Syekh Muhammad Zain Simabur dan Engku Tafakis. Padahal, mereka termasuk mempertahankan paham yang lama. Pada Tahun 1927 M, terjadilah Kongres Muhammadiyah yang ke-16 di Pekalongan. Kedua ulama itu pun turut hadir dalam kongres itu. Di sanalah, baru mereka tahu tujuan yang sebenarnya dari Muhammadiyah, yaitu membela paham Wahabi dan lain-lain yang selama ini sangat mereka tentang. Apalagi, setelah mendengar khutbah K.H. Mas Mansur yang pada waktu itu mengemukakan pentingnya Muhammadiyah mendirikan Majelis Tarjih untuk menarjihkan hukum dan jangan hanya bertaklid kepada ulama-ulama saja. Setelah kembali dari Pekalongan itu, beliau pun mengundurkan dirinya dengan teratur. Sebagai seorang ulama besar, (beliau) tidak banyak mulut, mencela, dan memburuk-burukkan. Kedudukannya sebagai Ketua Cabang Muhammadiyah Padang Panjang tidak beliau hadapi lagi sehingga akulah (Hamka), yang menjadi wakil ketua ketika itu, yang melancarkan pekerjaannya. Namun, sebelum beliau mengundurkan diri itu, sempatlah aku -- berbulan-bulan lamanya -- berdekat dengannya, sama-sama bertabligh dan melancarkan organisasi Muhammadiyah. Oleh karena itu, dapatlah aku ketahui bahwa tidaklah banyak perbedaan pendiriannya dalam urusan agama dengan ayahku.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

JANGAN PERNAH MERASA LEBIH BAIK DARI AHLI MAKSIAT | Dr. Arrazy Hasyim, M.A.

youtube.com/watch?v=yVzmdwvPsYc

PENGHARAPAN YANG PUTUS

Di Minangkabau memang ada satu golongan orang muda-muda yang bergelar "Parewa". Mereka tak mau mengganggu kehidupan kaum keluarga. Hidup mereka ialah dari berjudi, menyabung, dan lain-lain. Mereka juga ahli dalam pencak dan silat. Pergaulan mereka sangat luas, di antara parewa di kampung anu dengan kampung yang lain harga-menghargai dan besar-membesarkan. Tetapi mereka sangat kuat mempertahankan kehormatan nama suku dan kampung. Kalau mereka bersahabat, sampai mati mereka akan mempertahankan sahabatnya, saudara sahabatnya jadi saudaranya, seakan-akan seibu, sesaudara, sekemenakan. Kata-kata "muda" terhadap perempuan tidak boleh sekali-kali. Kalau ada yang kalah dalam permainan sehingga habis harta bendanya, maka oleh yang menang dia diberi pakaian dan uang sekadarnya, disuruh pulang dengan ongkos tanggungan yang menang itu sendiri. Kepada orang-orang alim mereka hormat dan kadang-kadang mereka itu dermawan. Mereka setia dan sudi menolong. Satu penghidupan yang rupa dalam "dongeng" yang sampai sekarang masih didapati di Minangkabau.

(Buya HAMKA, TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK, Penerbit Gema Insani, 2019).

PELAKU BID'AH HALAL DARAHNYA...!!! Semua BID'AH SESAT..??!!! | Habib Geys Assegaf

youtube.com/watch?v=V7Itvqg_jOM

TIM PUSAT STUDI BUYA HAMKA (PSBH) LAKUKAN PENELITIAN DI KAUMAN PADANG PANJANG

youtube.com/watch?v=Qtly45tEqJ8

IMPERIALISME JIWA DAN KAPITALISME

Cara memakan harta dengan jalan batil itu macam-macam. Di antaranya ialah karena orang yang diperas itu menyangka karena amat jujurnya kepada pemimpin bahwa guru itu suci dari dosa. Lalu mereka minta dengan perantaraan mereka supaya didoakan. Sebab doa beliau mustajab di sisi Allah. Lalu yang meminta itu memberikan hadiah atau sedekah kepada beliau dan beliau terima. Oleh karena sudah terasa enaknya harta demikian, si guru pun senang sekali. Lama-lama timbullah persekongkolan di antara guru dengan yang meminta tolong, buat mengajak pula orang-orang lain berbuat demikian. Bahkan sampai diadakan propaganda berbisik bahwa doa beliau mustajab. Akhirnya, timbullah kerja merangkap di antara jadi guru dengan jadi dukun! Di antaranya pula yang menjadikan kuburan nabi-nabi atau orang-orang saleh untuk jadi tempat berziarah. Dibuat pula propaganda bahwa meminta barang sesuatu kepada Allah di tempat itu akan lekas makbul. Tetapi hendaklah membayar sekian dan membawa hadiah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KPK Bersinergi dengan Kemenag, Luncurkan Buku Gratifikasi dalam Perspektif Agama

youtube.com/watch?v=URop7UDog2E

DOSA YANG LEBIH BESAR DARI DOSA SYIRIK

[4] Mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu). (Al A'raf: 33)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata menjelaskan ayat ini, "... Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari'at-Nya." [I'lamul muwaqqi'in hal. 31, Dar Kutubil 'Ilmiyah].

muslim.or.id/41186-dosa-yang-lebih-besar-dari-dosa-syirik.html

[WAHABI] Gempar, WAHABI Ngamuk Sambil Gebrak Meja

youtube.com/watch?v=pu5j4oRiInM

Mengenal Allah SWT

Muncul pula golongan yang membesar-besarkan keluarga Rasulullah saw., mendekati pula pada pemujaan. Kemudian, diberantas oleh Ali bin Abi Thalib r.a. sebelum menjalar.

(Buya HAMKA, Studi Islam, Penerbit Gema Insani, 2020).

Bahaya Faham Wahabi || Wahabi Membenci Habaib || KH. Dede Adzani, S.Ud.

youtube.com/watch?v=gvdv1KAVA7c

KHILAFIYAH

Jika kami hendak dikatakan salah karena kami yang mula-mula membuka mata, yang mula-mula menerangkan isi kitab yang tersembunyi misalnya sejak 1.000 tahun dahulu telah tertulis dalam kitab-kitab termasuklah kitab-kitab dalam mazhab Syafi'i bahwa ada ulama yang menyatakan lafaz "usalli" pada permulaan takbiratulihram bukanlah berasal daripada Nabi Muhammad saw. Tidak pula daripada sahabat-sahabat, tidak daripada tabi'in dan tidak daripada keempat-empat ulama ikutan kita yaitu Imam Malik, Abu Hanifah, Muhammad bin Idris Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal. Padahal yang diajarkan sejak dahulu ialah melafazkan kalimah "usalli". Maka pada Tahun 1911, dibahaskan hal itu oleh Syeikh Abdul Karim Amrullah dalam bukunya al-Fawaidul Aliyah. Dibahaskan seperti biasa saja. Lalu ulama yang lain terkejut. Ada yang menentang sebab orang awam telah biasa memakai "usalli". Kemudian ada yang marah karena nash keterangan itu diambilnya pula daripada kitab Zaadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim yang bermazhab Hanbali dan ada pula yang lebih marah lalu memaki-maki dan mencarut-carut mengatakan, Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) telah keluar daripada mazhab! Bahkan ada yang gelap mata lalu menuduh beliau itu Muktazilah dan Wahabi! Lantaran tuduhan Wahabi ialah tuduhan berupa penghinaan pada Tahun 1911, Haji Abdul Karim pun marah. Orang membidas dia pun membidas, orang kasar dia pun kasar. Maka berpindahlah hal itu kepada orang awam yang tidak mengerti persoalan, lalu berpecahlah umat! Lama-kelamaan bertambah banyak pula yang shalat tidak memakai lafaz "usalli" karena bertambah banyak yang pandai membaca kitab-kitab Arab. Pada sekitar Tahun 1930, terjadi pula heboh besar dalam kalangan orang Arab Indonesia mengenai perkara memakai gelaran "al-sayyid". Kaum muda orang Arab yaitu al-Irsyad menganjurkan gelaran itu dipakaikan juga pada orang Arab yang bukan keturunan al-Ba'alwi. Maka tumbuhlah ribut sampai ada pihak yang memohon perlindungan daripada penjajah Belanda supaya dilarang memakai gelaran itu selain keturunan al-Ba'alwi saja. Namun, orang al-Irsyad berkeras kepala memakai juga gelaran itu misalnya al-Sayyid Umar Hubeis, al-Sayyid Abdullah Banjuri dan al-Sayyid Muhammad bin Talib! Maka terjadilah pertumpahan darah di Bondowoso, Jawa Timur. Pemerintah Belanda insaf bahwa hal ihwal itu tidak boleh dicampurinya. Pada waktu itu ada juga terdengar fatwa bahwa barangsiapa yang memakai gelaran "al-sayyid" tetapi dia bukan keturunan Sayidina Hussain, haramlah hukumnya. Barangkali ada juga yang berfatwa, kafirlah hukumnya. Sebab ada hadits Nabi saw. mengatakan bahwa Sayidina Hussain bin Ali bin Abi Talib radhiyallahu anhu ialah "sayyid syabab ahlul jannah" oleh karena Sayidina Hussain telah dijanjikan Rasulullah jadi sayyid di syurga maka hanya anak cucunya saja yang berhak memakai gelaran sayyid di dunia! Dan barangsiapa yang tidak berfikir begitu ialah Wahabi!

(BUYA HAMKA, TEGURAN SUCI DAN JUJUR TERHADAP MUFTI JOHOR, JT Books PLT Malaysia, Cet. II, 2021).

mem.bi.das
maju menyerang (menembus): serangan itu diperhebat supaya dapat ~ daerah musuh.
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/membidas

PERKENALKAN: HABIB SBY, HABIB AHY DAN HABIB IBAS. JELANG 2024, POLITISASI KETURUNAN YANG MEMALUKAN

youtube.com/watch?v=a7MSL3C-ITw

Bareng Ustaz Das'ad Latif. Masa Muda Masa yang Paling... | Shihab & Shihab

youtube.com/watch?v=dHVfu4AgRK8

MENEMPUH HIDUP

Hai Guru Muda! Mana pertahanan kehormatan yang ada pada tiap-tiap laki-laki? Tidakkah ada itu pada Guru? Ingatkah Guru bahwa ayah Guru terbuang dan mati di negeri orang, hanya semata-mata lantaran mempertahankan kehormatan diri? Tidakkah dua aliran darah yang panas ada dalam diri Guru, darah Minangkabau dari jihad ayah, darah Mengkasar dari jihad ibu?

HATI ZAINUDDIN

"Perjuangan laki-laki di medan perang, perjuangan perempuan dalam rumahnya".

(Buya HAMKA, TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK, Penerbit Gema Insani, 2019).

Pemasungan Gerakan Perempuan Pada Masa Orde Baru | Melawan Lupa

youtube.com/watch?v=nNK_3GOO2mo

AIR MATA PENGHABISAN

Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya, walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.

(Buya HAMKA, TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK, Penerbit Gema Insani, 2019).

SIRI

Oleh sebab kerasnya penjagaan dan siri terhadap perempuan ini, ketika saya masuk ke Makassar pada Tahun 1931-1934, saya lihat pada tiap-tiap pagi dan sore beratus-ratus anak perempuan pergi bekerja ke gudang-gudang hasil hutan dekat pelabuhan (Kade). Mereka berjalan berbondong-bondong dengan memakai pakaian sarung yang menutupi seluruh tubuhnya hingga mukanya pun tidak kelihatan. Orang-orang yang bertemu di tengah jalan tidak ada pula yang berani melihat lama kepada perempuan yang akan bekerja tadi. Saya juga melihat di waktu itu bendi dan dokar yang dikendarai oleh perempuan-perempuan terhormat ditutup seluruhnya dengan kain sehingga perempuan-perempuan yang berada di dalam pun tidak kelihatan. Tentu sekarang tidak akan kita lihat lagi hal yang demikian itu karena kian lama struktur masyarakat kita berubah. Orang menuju kepada kemajuan secara Barat, modernisasi dan westernisasi. Pakaian perempuan yang diselubungi dengan kain sarung warna-warni itu tidak ada lagi, kian lama kian habis dan hanya tinggal dalam sejarah, bahkan di seluruh Indonesia datang zaman transisi. Semuanya ditiru, semuanya diteladan, modern atau tidak modern. Sekolah tinggi atau sekolah rendah, orang berpacu memakai pakaian Barat, bukan hanya di Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja saja, bahkan di seluruh Indonesia. Sang pemuda pun berani mendekati perempuan karena ada tanda mau didekati. Maka, keberanian untuk mempertahankan siri untuk membela malu terhadap perempuan ini kian lama kian berkurang. Mungkin kian lama kian habis, tinggal hanya cerita saja. Sebabnya mudah saja, yaitu engkau tidak berani lagi mempertahankan siri kalau saudara perempuan diganggu orang sebab engkau pun telah mengganggu saudara perempuan lain.

(Buya HAMKA, GHIRAH: Cemburu Karena Allah, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Grace Natalie: OH OH KAMU KETAHUAN...

youtube.com/watch?v=QD9poyHbMOw

AGAMA DAN NEGARA

Tersebut di dalam kitab lama larangan berzina dan hukuman rajam bagi siapa yang melakukannya maka al-Masih mengajarkan bahwasanya tertarik melihat wajah perempuan saja, sudahlah zina. Beliau suruh korek mata yang bersalah itu.

(Buya HAMKA, ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

KETIKA JENGGOT UST SYAFIQ MAU DI POTONG!!! UST SYAFIQ BASALAMAH

youtube.com/watch?v=ACw4--ZZuzc

Hukum Murtad

Kaum Sikh di London pernah mengadakan protes karena diganggu rasa keagamaan mereka. Orang yang bukan Sikh mungkin memandang hanya soal kecil yang menyebabkan orang-orang Sikh di London ini memprotes hebat, yaitu pihak berkuasa dalam perusahaan bus menyuruh mereka mencukur janggut kalau hendak tetap bekerja jadi sopir bus. Mereka tidak mau sebab janggut bagi mereka adalah prinsip agama. Semua bersedia berhenti kerja. Biar mati tak makan daripada mencukur janggut. Bertambah tinggi kesadaran beragama di Indonesia akan samalah sikap kaum Muslimin Indonesia dengan kaum Sikh di London. Mereka akan menentang penyelundup hak tukar-tukar agama yang diselundupkan dalam Hak-Hak Asasi Manusia untuk menambah lemahnya kedudukan Islam di sini.

Hak Perempuan

Di negeri-negeri Islam yang mulai bersinggungan dengan kebudayaan Barat, terutama di Mesir, kaum perempuan menuntut haknya, bukanlah berontak dari peraturan agama Islam, melainkan berontak menuntut hak mereka yang telah diberikan Islam dalam Al-Qur'an dan hadits yang selama ini dirampas oleh susunan feodal dan kebodohan. Tidak akan panjang kita terangkan di sini tentang hak-hak perempuan yang diberikan Al-Qur'an, seperti hak meminta fasakh, atau hukum ketika syiqaq, hak nafkah dan hadhanah, hak khulu', dan hak ta'liq. Oleh sebab itu, dianggap kafir, fasik, dan zalim orang-orang Islam yang meninggalkan hukum syari'at Islam yang jelas nyata itu lalu pindah bergantung pada Hak-Hak Asasi Manusia yang disahkan pada muktamar San Francisco oleh sebagian anggota yang membuat hak-hak asasi sendiri karena jaminan itu tidak ada dalam agama yang mereka peluk. Kaum Muslimin menjadi kufur, fasik, dan zalim dua kali kalau memakai itu. Pertama, karena meninggalkan hak-hak asasi perempuan yang terang gamblang dalam syari'at Islam. Kedua, karena menukarnya dengan suatu hak yang masih samar dan selalu akan samar.

Sarjana-Sarjana Islam Telah Bangkit

Pembunuhan atas diri Syekh Hassan al-Banna (pendiri Ikhwanul Muslimin) oleh juak-juak Raja Faruq, dan perbuatan Gamal Abdul Nassir yang menggantung mati murid-murid Hassan al-Banna, yaitu Abdul Qadir Audah, Sayyid Quthub, dan beberapa kawannya bukanlah berarti bahwa gerakan itu salah, melainkan ditakuti kebangkitan itu walaupun oleh "penguasa" Islam sendiri. Selain gerakan-gerakan yang dipatahkan itu, muncullah sarjana-sarjana Islam dan ulama-ulamanya yang mempertahankan cita-cita Islam itu dan mengkajinya secara ilmiah (rasional). Mereka mempergunakan ilmu pengetahuan mereka, hasil penyelidikan mereka, atau pengalaman mereka untuk tetap membuat cita-cita itu menjadi keyakinan hidup.

Islam (Aqidah, Syari'at dan Ibadah)

"... Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang kafir." (al-Maa'idah: 44). "... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang zalim." (al-Maa'idah: 45). "... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang fasik." (al-Maa'idah: 47).

Dalam rentetan ayat-ayat ini ditegaskan bahwa yang mesti menghukum dengan apa yang diturunkan Allah SWT ini bukanlah ahli Al-Qur'an saja, melainkan juga ahli Taurat dan ahli Injil hendaklah menghukum menurut Kitab Suci masing-masing sehingga dengan ini dapatlah dipastikan betapa jelas dan positif perlindungan Islam terhadap pemangku agama Yahudi dan Nasrani jika mereka bernaung dalam pemerintahan Islam. Pada zaman Nabi saw. sendiri, telah kejadian orang Yahudi meminta Nabi saw. menjatuhkan hukuman atas satu kesalahan dari kalangan Yahudi karena Nabi saw. telah menjadi penguasa tertinggi pada waktu itu. Kemudian, Nabi saw. menyuruh membaca apa yang tertulis dalam Kitab Taurat. Hendaklah hukum Taurat itu dijalankan terhadap kalangan Yahudi. Demikian juga, dalam perkembangan Islam selanjutnya. Orang-orang Nasrani pun disuruh menjalankan hukum menurut Kitab Injil mereka. Di Istanbul, setelah Kerajaan Byzantium jatuh di bawah kekuasaan Turki, gereja Ortodoks yang berpusat di sana dilindungi dan uskup besarnya mendapat kedudukan sebagai menteri untuk urusan orang-orang Kristen dalam Kerajaan Turki Utsmani. Uskup itu menghukum sendiri dalam masyarakat mereka. Apabila bertambah lama Al-Qur'an dan Sunnah diselidiki, bertambah akan sadarlah umat Islam akan kewajiban ini. Presiden Suharto pernah menganjurkan supaya jangan hanya mengadakan perlombaan membaca Al-Qur'an, tetapi juga mengadakan menggali rahasia Al-Qur'an.

PENUTUP

Hal yang penting bagi kami bukanlah menukar kulit atau memasang merek dengan leter besar-besar "NEGARA ISLAM". Hal yang penting bagi kami ialah agar negara ini benar-benar melaksanakan hukum yang didirikan Allah SWT yang telah Dia wahyukan dengan perantaraan rasul-rasul-Nya sejak Nabi Adam a.s. yang diturunkan Tuhan untuk mengembangkan manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, serta diiringi oleh rasul-rasul dan nabi-nabi Allah SWT yang mulia dan sufi, mulai dari Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. (anak Maryam), hingga nabi penutup (Nabi Muhammad saw.). Kami tahu bahwa orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhanlah yang akan benci dan sinis mendengarkan cita-cita ini.

(ceramah di Sekolah Tinggi Teologi Kristen, 21 April 1970).

(Buya HAMKA, Studi Islam, Penerbit Gema Insani, 2020).

Duh! RI Dilanda Badai Pengangguran & Kemiskinan Ekstrem

cnbcindonesia.com/news/20210831180132-16-272675/duh-ri-dilanda-badai-pengangguran-kemiskinan-ekstrem

TANGGUNGAN NEGARA, MASYARAKAT DAN RUMAH TANGGA

"Akan datang suatu zaman, orang yang memegang teguh agamanya pada waktu itu adalah laksana orang yang menggenggam bara." (HR. at-Tirmidzi).

Mula-mula kaum perempuan meminta hak yang lebih luas. Jangan mereka hanya ditentukan untuk ke dapur dan menyusukan anak saja. Lama-lama mereka pun meminta hak yang lebih luas daripada itu. Mereka meminta pula supaya mereka pun turut memikirkan dan membicarakan urusan-urusan negara. Mereka meminta supaya diberi hak memilih dan dipilih. Kemudian mereka meminta lagi hak yang lebih dari itu. Mereka meminta hak pula buat turut masuk ke dalam kantor, meminta hak pula buat berjualan dalam toko. Lebih jauh, mereka pun meminta hak pula supaya bebas keluar dari dalam rumahnya sebebas laki-laki. Maka tidaklah ada perbedaan lagi, mana batas hak laki-laki dan mana batas hak perempuan. Bahkan kadang-kadang laki-lakilah yang perlu menjadi khadam, dari pada kaum yang katanya "kaum lemah" itu, padahal dengan tikaman sudut matanya saja, dia dapat menaklukkan sekuat-kuat laki-laki.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM Jilid 3, Republika Penerbit, Cet.1, 2018).

Fenomena Hijrah Yang Salah Kafrah di Perkantoran, Mengerikan!!!

youtube.com/watch?v=N6mVBaz9qr8

KAUM PEREMPUAN DALAM PERSAMAAN

Masyarakat kapitalisme memang memajukan perempuan, membawanya ke dalam persamaan, tetapi di dalamnya terkandung niat busuk, niat hina. Dia telah dibawa kerja dalam kantor, di tempat perniagaan, perusahaan besar, di restauran, di kedutaan asing! Tuan tahu apa yang tersimpan di dalamnya? Itulah perbudakan model Abad ke-20! Memancing nafsu seks yang terpendam dalam bakat "langganan!" "Patah sikunya" kalau perempuan yang meladeni! Banyak keuntungan yang masuk kalau si "dia" yang menghadapi. Sedang bercakap terlihat dada, bentuk badan, bau wangi-wangian!

(Buya HAMKA, ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

BUYA, TERNYATA DI MEKKAH ITU ADA PELACURNYA!

youtube.com/watch?v=n6V6m3dTzlU

VIRAL!! PARA KIAI ASWAJA JATIM NYATAKAN KELOMPOK WAHABI SALAFI SESAT DAN MENYESATKAN MASYARAKAT

youtube.com/watch?v=utI0-hP6Re0

DEMOKRASI BANCI DAN EMANSIPASI MUKHANNAS

Oh..... masih panjang ujungnya. Cobalah lihat sebentar lagi, tentu akan diadakan pertandingan Beauty Contest di Indonesia ini. Memilih perempuan cantik yang diukur pinggangnya sekian sentimeter, besar pinggulnya, sekian pula besar pahanya. Itu tentu akan diadakan, sebab sudah dimulai dengan pertandingan Perempuan yang Paling Pandai Mengendarai Mobil. Itulah yang dinamai emansipasi. Laki-laki dan perempuan sama-sama punya hak dan kewajiban. Itulah yang dihantam oleh Filosof Jerman, Nietzsche, yang dinamakannya sebagai demokrasi banci atau dalam bahasa Arabnya mukhannas. Mulanya dihilangkan ghirah laki-laki, akhirnya laki-laki mengikuti perintah perempuan, yang kemudian perempuanlah yang berkuasa di belakang layar. Apa macam! Islam dalam ajarannya yang asli dari Nabi Muhammad saw. tidak memingit perempuan. Perempuan boleh, bahkan dianjurkan turut mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat. Dari mana ia mulai? Dari rumah tangga, melalui pendidikan anak-anak. Perempuan Islam di Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya berdiam di rumah, tetapi mereka telah tampil pula di garis depan. Kita mempunyai gerakan-gerakan perempuan Islam, seperti Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang didirikan oleh Muhammadiyah. Selain itu juga dari Nahdatul Ulama ada Muslimat dan Fatayat NU. Pergerakan lainnya, yakni Muslimat PERTI dan Muslimat PSII. Kepada mereka, dari sekarang wajib kita ingatkan supaya sadar benar di garis mana mereka harus tegak dan di garis mana mereka berjuang. Mana yang milik kita dan mana yang tiruan dari demokrasi banci dan emansipasi mukhannas sehingga kaum laki-laki kehilangan ghirahnya.

(Buya HAMKA, GHIRAH: Cemburu Karena Allah, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

GUBERNUR JATIM CONTOH BURUK PEMIMPIN DI MASA PANDEMI COVID-19

youtube.com/watch?v=22vC7Ts4DtM

Wanita, Wani Ing Tata: Konstruksi Perempuan Jawa dalam Studi Poskolonialisme

Oleh: Jati, Wasisto Raharjo

"Konsep "wani ing tata" adalah konsep luhur yang menempatkan wanita sebagai makhluk yang memiliki posisi terhormat dan bermartabat ..."

lib.atmajaya.ac.id

VIRAL! Anak Sekolah Kutip Pidato Bung Karno, "Kalau Jadi Orang Islam jangan Jadi Arab..."

"Saudara sebangsa dan setanah air! Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Nusantara. Dengan adat budaya nusantara yang kaya raya ini.. Ingat wahai saudara-saudara! Musuh yang terberat itu adalah rakyat sendiri. Rakyat yang mabuk akan budaya luar. Yang kecanduan agama. Yang rela membunuh bangsa sendiri. Demi menegakkan budaya asing. Jangan mau diperbudak oleh semua itu. Tetaplah Bersatu padu Membangun negri ini Tanpa Pertumpahan darah."

sintesanews.com/viral-anak-sekolah-kutip-pidato-bung-karno-kalau-jadi-orang-islam-jangan-jadi-arab

Ternyata Walisongo Anti Bid'ah!!!

youtube.com/watch?v=pgWhIkYuCwA

SHALAT DAN KHUTBAH HARI RAYA
PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK PERGI KE MASJID

Dengan segala kerendahan hati, saya nyatakan bahwa almarhum guru dan ayah saya, Dr. Syaikh Abdul Karim Amrullah pernah mengeluarkan pendapat bahwa perempuan tidak usah ikut serta shalat ke tanah lapang. Beliau beralasan berdasarkan pernyataan Aisyah, bahwa jika Nabi masih hidup niscaya akan dicegahnyalah perempuan pergi shalat ke tanah lapang melihat bagaimana banyak berubahnya perangai perempuan sekarang. Ibnu Quddamah berkata di dalam al-Mughni, "Sunnah Rasulullah saw. tetap berlaku, tetapi peringatan Aisyah itu hanya peringatan untuk perempuan yang berlaku demikian." Melihat perkembangan zaman, di mana kaum perempuan sudah teramat bebas, sebaiknya dibebaskan juga mereka mengerjakan ibadah ke tempat umum agar mereka juga turut mendengarkan ajaran-ajaran agama.

(Buya HAMKA, Tuntunan Puasa, Tarawih dan Shalat Idul Fitri, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

Mahfud Nilai Wahabi-Salafi Tak Cocok di Indonesia, Minta Masjid Dijaga

cnnindonesia.com/nasional/20220422084724-20-788136/mahfud-nilai-wahabi-salafi-tak-cocok-di-indonesia-minta-masjid-dijaga

SAYA KURANG DINAMIS?

Dan maukah Tuan satu teladan yang Tuan lebih kenal? Ambillah teladan dari Nabi Muhammad saw. Sejak hari pertama yang ia buka suara terang-terangan di kota Mekkah, ia sudah membikin "onar", ia tidak berkeliling dan muntar-muntir.

SUKARNO

ISLAM SONTOLOYO

Di dalam udara padang pasir yang demikian inilah kita -- kecuali agama Islam mesum di bagian Hadramaut menjumpai satu aliran agama Islam yang sifat dan outlook-nya sebagai udara padang pasir pula: murni, asli, angker, tak kenal ampun, dan tak menerima tiupan angin dari udara-udara lain. Di dalam udara ini kita menjumpai Wahabisme, yang sejak bagian kedua dari Abad ke-18, tatkala ia dibangunkan oleh Imam Abdul Wahab di Hijaz, berkembang di sana-sini dan menjadi 'bunga hantu' bagi banyak ulama-ulama Muslimin. Ya, di sana-sini tidak di Hijaz saja berkembangnya Wahabisme itu. Tapi hampir selamanya padang pasirlah ia punya tempat berpusat, hampir selamanya padang pasirlah ia punya "udara". Kalau kita kecualikan satu pusat kecil sebagaimana Bonjol di Sumatra Barat, yang nyata bukan padang pasir, di mana Tuanku Imam pada permulaan abad yang lalu mengembangkan Wahabisme dengan pergerakan Paderi, maka tinggal padang-padang pasir sajalah yang musti kita sebutkan: pertama di Hijaz sendiri, di mana dilahirkan. Kedua di padang pasir Gobir di Afrika, di mana benderanya berkibar dari Tahun 1804 sampai 1900. Ketiga di padang pasir Kufra, atau Kufara, di Afrika pula, di mana ia di dalam Tahun 1844 dikibarkan oleh Muhammad Ali El Sanusi. Dan keempat di Punjab di India Barat-Utara, di mana ia antara 1820 dan 1830 mendirikan satu pusat di Darul Harb, satu negeri pula, yang sebagaimana Punjab pada umumnya, adalah setengah-setengah padang pasir. Cobalah pembaca renungkan sebentar "padang pasir" dan "Wahabisme" itu. Kita mengetahui Jasa Wahabisme yang terbesar ia punya kemurnian, ia punya keaslian, murni dan asli sebagaimana udara padang pasir. "Kembali kepada asal, kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada Islam sebagaimana di zamannya Muhammad!" Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu-satu takhayul dan seribu-satu bid'ah. Lemparkanlah jauh-jauh takhayul dan bid'ah itu, enyahkanlah segala barang sesuatu yang membawa kepada kemusyrikan! Murni dan asli sebagai hawa padang pasir, begitulah Islam musti menjadi. Dan bukan murni dan asli saja! Udara padang-pasir juga angker. Juga kering, juga tak kenal ampun, juga membakar, juga tak kenal puisi. Tidakkah Wahabisme begitu juga? Ia pun angker, tak mau mengetahui kompromi dan rekonsiliasi. Ia pun tak kenal ampun, leher manusia ia tebang kalau leher itu memikul kepala yang otaknya penuh dengan pikiran bid'ah dan kemusyrikan dan kemaksiatan.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Teddy Gusnaidi ke BEM SI: Anak-anak Ini Tidak Punya Ilmu Sebenarnya | Catatan Demokrasi tvOne

youtube.com/watch?v=WNBntVG0yQ0

TUANKU IMAM BONJOL ADALAH GADING YANG BERTUAH

Pada Tanggal 7 November 1956 M yang telah lalu, telah diperingati dalam suasana penuh khidmat hari wafatnya Tuanku Imam Bonjol ke-92, Saudara Prof. Mr. H. Muhammad Yamin dan saya diserahi memberikan kata kenangan atas perjuangan Tuanku. Saudara Yamin dalam penutup katanya yang memakan waktu hampir satu jam, berkata, "Orang berkata bahwa tidak ada gading yang tidak retak, saya telah melihat kehidupan Tuanku Imam dari segala segi yang dapat saya lihat karena perjuangan beliau serasa kejadian kemarin. Saya tidak melihat ada retaknya. Beliau adalah gading yang bertuah." Apa yang dikatakan oleh Saudara Yamin itu dapat diterima, apabila kita pelajari dengan seksama riwayat perjuangan Tuanku Imam. Dia mencimpungkan diri ke dalam gerakan Paderi, setelah sampai seruan Tuanku Nan Renceh dari Kamang ke Bonjol. Tuanku Nan Renceh menerima pula pelajaran itu dari tiga Tuanku yang pulang dari Mekah, membawa pokok pelajaran Tauhid yang suci bersih, menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad Ibnu Abdil Wahhab (Wahabi).

Semangat Tuanku Imam dalam perjuangan untuk agama dan tanah air, tetap memberikan inspirasi bagi pejuang dari kalangan didikan agama di zaman kita sekarang.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

BUYA HAMKA: BAPAK ANTI PLURALISME AGAMA

youtube.com/watch?v=xcTbLq-BGA8

Polemik Agama

Tahun 1950 an polemik agama yang terjadi sesama umat Islam tak kalah serunya seperti yang terjadi hari ini, tepatnya tahun 1956 terjadi perdebatan antara A. Hassan dengan Hussein Al Habsji seputar persoalan Mazhab, kalau hari ini istilahnya debat Wahhabi vs Aswaja. Dalam pengantar bukunya, "Haramkah Orang Bermazhab?" Hussein Al Habsij mengisahkan bahwa sedianya akan diadakan munazarah antara kedua kubu dan supaya adil maka diminta lah waktu itu Sheikh Ibrahim Musa (Inyiak Parabek), Buya Hamka, Buya A.R Sutan Mansur, A. Gafar Ismail rahimahumullah sebagai hakim agar munazarah mencapai matlamatnya. Pak Natsir pun juga diminta memfasilitasi munazarah tadi.. Kesemua ulama yang diminta berasal dari Minangkabau.

hariansinggalang.co.id/polemik-agama

KESIMPULAN

Sayyid Quthb akhirnya percaya bahwa kehidupan Islami sejati dan murni "sudah lama berakhir di seluruh dunia dan bahwa [keberadaan] Islam itu sendiri telah berhenti." Hamka jauh lebih positif, yang dia lihat di Indonesia adalah tumbuhnya komunitas umat lslam yang taat dan cerdas.

(James R. Rush, ADICERITA HAMKA: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Cet.1, 2017).

Peran Buya Hamka di Balik Proses Mualaf George Rudy

Tak hanya merasa disambut dengan hangat, pria berdarah Tionghoa ini juga mendapat pesan dan 'hadiah' khusus dari Buya Hamka. Hadiah yang dimaksud George adalah nama 'Al Abdul Hadi' yang diberikan sang ulama.

celebrity.okezone.com/read/2022/04/04/33/2572603/peran-buya-hamka-di-balik-proses-mualaf-george-rudy

ADAM BALAI-BALAI

Ada pula hal yang lucu ketika itu, datanglah pula dari Mekah seorang syekh bernama Abdul Hadi. Pihak Kaum Tua membuat propaganda besar-besaran, mereka mengatakan bahwa Abdul Hadi adalah seorang ulama Mekah yang keramat. Memang suaranya merdu ketika membaca Al-Qur'an. Dia diterima oleh Syekh Khatib Ali menjadi menantunya. Dia datang dari Mekah, sesudah ulama-ulama Mekah menjatuhkan tuduhan "sesat" bagi ulama-ulama Minangkabau. Dia berjalan ke mana-mana atau diundang ke mana-mana memberi fatwa. Tentu saja, bangkit kembali cara lama (sisanya dimakan, sepahnya dicucut, air ludahnya diambil berkat). Dia terkenal dengan nama Tuanku Syekh Arab. Pada suatu hari, Syekh itu membuat pidato nasihat di Jaho, Padang Panjang, atas undangan Syekh Jamil Jaho. Syekh Jamil Jaho ini berhaluan tua dan harus dipuji karena saleh dan luas ilmunya. Sebetulnya, berkelahi-kelahi, bertengkar-tengkar, itu tidaklah disukainya. Pendiriannya dalam banyak hal bersesuaian dengan Kaum Muda. Beliau merenggangkan diri dari Kaum Muda adalah urusan kehormatan belaka. Ayahku terlalu keras kalau menentang lawannya. Tatkala memanggil Syekh Abdul Hadi itu, beliau jaga benar supaya jangan terjadi keonaran. Namun, Syekh Abdul Hadi rupanya asyik benar berbicara pada malam itu. Katanya bahwa dia tidak pandai bahasa Melayu, dia berpidato bahasa Arab saja. Dia berpidato melantur, mencela menggasak Kaum Muda, Wahabi, Haji Rasul dan Haji Abdullah. Semua disikatnya dengan sikap yang gagah dan memaki-maki seakan-akan minta lawan. Rupanya, dalam majelis itu ada hadir murid ayahku yang terkenal palak (pemberani, tidak takut mati, atau nekat) dari Padang Panjang, yaitu Mak Adam Balai-Balai. Beliau adalah bekas parewa (penjahat) yang telah bertobat, guru pencak dan pemberansang. Waktu Thawalib berdiri, beliau tidak mau masuk lalu mendirikan sekolah sendiri karena tidak mau hak guru dibatasi. Setelah Syekh Abdul Hadi berhenti bicara, Mak Adam rupanya naik palak. Mak Adam mohon bertanya, Syekh Jamil Jaho telah gelisah. Sebenarnya, beliau pun tidak setuju dengan pembicaraan Syekh Abdul Hadi yang kasar itu. Mak Adam mohon bertanya. Mula-mula, Syekh Jaho berusaha supaya jangan ada pertanyaan sehingga terbit sedikit pertentangan antara Syekh Jaho dan Mak Adam. Rupanya, Syekh Abdul Hadi naik marah pula. Beliau berkata menentang Mak Adam, "Apakah engkau adalah murid Haji Rasul? Kenapa mau tanya? Panggil engkau punya guru kemari, aku tidak takut!" Mak Adam gelap mata, "Syekh pembohong! Engkau katakan bahwa engkau tak pandai bahasa Melayu. Rupanya, engkau tahu dan engkau gunakan menyebut nama guruku." "Yah, mana gurumu itu, bawa sini!" Syekh Jaho sudah payah menyabarkan kedua pihak, tetapi tak berhasil. Mendengar nama gurunya dipanggil-panggil, bertambah gelap mata Mak Adam. Beliau berkata, "Tak usah guruku, dengan aku pun selesai!" Kemudian, beliau tegak dan hendak tampil ke muka, hendak berdebat. Namun, orang banyak salah sangka. Orang menyangka Mak Adam berdiri hendak berkelahi, padahal hendak tampil ke muka, berhadap-hadapan dengan Syekh itu. Majelis menjadi ribut dan yang dahulu sekali lari, karena takut, adalah Syekh Arab sendiri. Beliau lari ke luar dan tergelincir masuk tebat! (Tambak untuk menyekat pengaliran air, atau empang, atau bending). Majelis rusuh dan bubar. Syekh itu pun disembunyikan oleh yang Mulia Syekh Jamil Jaho. Adapun Mak Adam yang begitu keras mempertahankan gurunya itu, pada ketika itu, sedang renggang hubungannya dengan gurunya karena ketika dimulai menyusun Perserikatan Sumatra Thawalib dan pengajian disusun memakai kelas, beliau sangat tidak menyetujuinya. Beliau lebih suka pada susunan secara lama karena hubungan guru dengan murid langsung. Oleh karena sikapnya yang menentang kepada kawan-kawannya itu, beliau pun tidak disenangi oleh yang lain sehingga beliau mengundurkan diri lalu mendirikan surau sendiri di Pasar Baru Padang Panjang. Sejak itu, renggang pulalah hubungannya dengan gurunya (Haji Rasul). Namun, kerenggangan itu tidaklah berarti bahwa cintanya telah berkurang. Aku melihat sendiri, sekali-kali, beliau datang juga membawakan makanan, cempedak dan buah-buahan lain. Oleh karena itu, ketika nama gurunya disinggung orang di hadapan umum, tidaklah dapat beliau menahan hati sehingga kejadianlah insiden kecil di Jaho itu. Rupanya, karena kejadian di Jaho itu, pikiran dan jiwa Syekh Abdul Hadi sangat terganggu. Setelah dia kembali ke Padang, dia ditimpa suatu penyakit. Segala orang yang dicela-celanya itu serasa mengejar-ngejarnya, dan di antaranya rupanya Mak Adam yang galak itu senantiasa terbayang di ruang matanya. Pada suatu hari, beliau berkhutbah di masjid Ganting Padang. Heran, dibawanya sebuah Kapak ke atas mimbar dan diacung-acungkannya akan dipukulkannya kepada seluruh orang yang mengejarnya itu. Kian lama kian nyata pikirannya yang berubah itu sehingga dengan segala tipu muslihat, dapatlah Kapak itu dirampas dari tangannya. Dia masih melawan lalu ditangkap bersama-sama dan diserahkan kepada polisi. Beberapa lama kemudian, dia pun dikirim ke rumah sakit jiwa di Sabang. Paling akhir, dia keluar dari sana. Bertemu oleh aku di Medan, dia berlagu, berkasidah, mencela Kaum Muda dan menjual azimat.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

KHALIFAH ALLAH SWT

Terdapat banyak thaghut -- kata jamaknya adalah thawaghit -- yaitu pikiran-pikiran hendak menuhankan yang lain, menuhankan manusia, menuhankan berhala, serta menuhankan keris, elang berkelit, burung tekukur, perkutut dan lain-lain, atau menuhankan raja dan dikatakan raja itu Tuhan yang menjelma, atau secara zaman modern, menuhankan diktator, menuhankan pemimpin besar revolusi, atau menuhankan partai dan disiplin partai, atau menuhankan tanah air (right or wrong is my country), atau menuhankan the man behind the gun. Allah SWT mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi membawa contoh-contoh bagaimana berjuang melawan dan berperang. Di daerah Babilonia, Raja Namrud dianggap sebagai Tuhan. Selain raja, diadakan pemujaan berhala. Kemudian, Ibrahim a.s. datang dan dicincangnya habis berhala-berhala itu walaupun ayah kandungnya sendiri adalah tukang membuat berhala. Dicincangnya segala yang kecil, dan ditinggalkannya yang besar. Ketika Ibrahim a.s. ditanya apakah benar dia yang mencincang? Dia menjawab, "Tidak, yang mencincang berhala-berhala kecil itu ialah berhala yang paling besar." Memang kapak pencincang itu disangkutkannya pada tangan berhala besar yang terbuat dari batu itu. Di negeri Madyan, yang di-thaghut-kan atau dituhankan ialah kekayaan yang tidak halal -- mencurangkan anak katian dan timbangan, sukat dan gantang. Karena ingin akan keuntungan benda yang banyak, orang tidak peduli lagi apakah perbuatannya itu merugikan orang lain. Mereka (saudagar) memakai dua gantang. Kalau dia membeli kepada orang lain, dia meminta gantang yang jujur. Namun, kalau dia menjual, dicuranginya gantang itu sehingga si pembeli rugi. Nabi Syu'aib a.s. diutus bukanlah semata-mata untuk mengajar orang bersembahyang dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahkan beliau pun memperingatkan ancaman besar bagi masyarakat yang kacau, yang curang, dan yang korup. Kita lihat juga kedatangan Nabi Luth a.s. beliau diutus Tuhan untuk memperingatkan manusia agar kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak ada Tuhan, selain Dia. Kemudian, beliau tegur penyakit busuk yang menimpa masyarakat, yaitu penyakit liwath, yang dalam bahasa modern disebut homoseksual -- laki-laki "menikahi" laki-laki atau perempuan "ketagihan" melihat sesama perempuan alias lesbian. Ini pun adalah thaghut. Di Mesir, Fir'aun pula yang dianggap menjadi Tuhan. Dia sendiri mendabik dada mengatakan, "Ana rabbukumul a'laa (saya adalah Tuhanmu yang mahatinggi)." Musa datang menentang pertuhanan palsu itu.

(Buya HAMKA, Studi Islam, Penerbit Gema Insani, 2020).

Yang Ngomong Tahlilan Itu Bid'ah Gobloooook | Ustadz Ahmad Sarwat Lc.Ma

youtube.com/watch?v=8F85_lBzc8w

GAK USAH DIBESARKAN: INDONESIA GAK BUTUH LOGO HALAL TAPI LOGO HARAM

youtube.com/watch?v=O8r1r9QrEGQ

Ini Pernyataan Lengkap Pendeta yang Minta Menag Yaqut Hapus 300 Ayat Al-Quran: Kaum Islam Sontoloyo...

populis.id/read14093/ini-pernyataan-lengkap-pendeta-yang-minta-menag-yaqut-hapus-300-ayat-al-quran-kaum-islam-sontoloyo

ME"MUDA"KAN PENGERTIAN ISLAM

Perkataannya Sayid Amir Ali, bahwa hukum-hukum Islam dapat dipanjang-pendekkan zaman, perkataan yang demikian itu akan membuat orang Wahabi tertawa terbahak-bahak karena 'kegilaannya', atau... akan membuatlah ia sebagai kilat menghunus pedangnya dan sebagai kilat pula menebas batang leher si orang kurang ajar yang berani mengucapkan perkataan dosa yang demikian itu!

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Heran Pemikiran Bung Karno Jarang Dijadikan Rujukan, Mega: Salah Bapak Saya Apa?

nasional.kompas.com/read/2022/01/10/18515501/heran-pemikiran-bung-karno-jarang-dijadikan-rujukan-mega-salah-bapak-saya

SEGALA MACAM ISME KECUALI ISLAM

Sukarno tidak keberatan berangkul-rangkulan dengan Komunis, asal Islam jangan tampil ke muka. Pejuang-pejuang di Konstituante adalah saksi yang nyata tentang sekularisme yang berarti memencilkan Islam. Seketika Front Islam memperjuangkan agar ditambahkan pada UUD kalimat Piagam Jakarta, "Dengan kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluknya sebagai ayat B dari negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa." Oleh karena itu, seluruh ideologi, golongan dan partai, mulai dari PKI, PNI, PSI hingga Partindo dan Murba serta IPKI bersatu menolaknya. Artinya, segala ideologi boleh berkembang dan boleh dicobakan. Hanya satu yang disoroti dan selalu dipandang berbahaya, yaitu ideologi Islam yang jantan dan konsekuen hendak menegakkan Sunnah Nabi saw. Kalian boleh menyebut Islam, tetapi jangan Islam yang diajarkan Rasul, jangan Daulah Islamiyah, jangan Syari'at Islam! Kalian juga boleh duduk dalam pemerintah asal Islam kalian simpan, jangan diperjuangkan. Hendak harta kami beri harta, hendak pangkat kami beri pangkat, tetapi kekuasaan tidak ada di tangan kalian.

(Buya HAMKA, GHIRAH: Cemburu Karena Allah, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BAHAYA DUDUK DAN BERMAJELIS DENGAN AHLUL BID'AH DAN AHLUL SYUBHAT | Ustadz Riyadh Bin Badr Bajrey, MA

youtube.com/watch?v=-Lk4Wj6vQlY

DEBAT ILMIAH || Al-Asy'ary VS Salafy

youtube.com/watch?v=yW7vUDyGZm4

ISLAM SONTOLOYO

Ash'ari-isme inilah pokok pangkalnya taklid-isme di dalam Islam, pokok pangkalnya patriotisme (kependetaan) di dalam Islam, Islam bukan lagi satu agama yang boleh dipikirkan secara merdeka, tetapi menjadilah monopolinya kaum faqih dan kaum tarikat.

SUKARNO

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

Demo Wahabi, Bupati: Bacalah Sejarah

youtube.com/watch?v=SBT_-NWWXgI

ISLAM SONTOLOYO

Bagi saya pribadi buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confession. Ia adalah menggambarkan kebesaran Ibn Saud dan Wahabism begitu rupa, mengobar-ngobarkan elemen aural, perbuatan begitu rupa, hingga banyak kaum 'tafakur' dan kaum pengeramat Husain Cs. akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan menyalin ini buku, adalah satu confession bagi saya bahwa, saya, walaupun tidak mufakati semua sistem Saudisme yang masih banyak feodal itu, toh menghormati dan kagum kepada pribadinya itu lelaki yang "towering above all Moslems of his time: an immense man, tremendous, vital, dominant. A giant thrown up out of the chaos and agony of the desert, to rule, following the example of his Great teacher, Mohammad".1) Selagi menggoyangkan saya punya pena menerjemahkan biografi ini, ikutlah saya punya jiwa bergetar karena kagum kepada pribadinya orang yang digambarkan. What a man!

SUKARNO

1) Artinya: ialah bahwa Ibn Saud itu seorang laki-laki yang melebihi semua orang Muslim zaman sekarang, seorang raksasa yang mengikuti tauladannya, Nabi Muhammad saw.

(ISLAM SONTOLOYO, Penerbit BASABASI, Tahun Terbit Elektronik, 2020).

KAUM WAHABI

Negeri-negeri Melayu mulai merasakan kebangkitan yang baru dari Islam karena masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum Wahabi. Muncul permulaan Kaum Muda di Malaysia, Syekh Taher Jalaluddin, Sayid Syekh al-Hadi, Syekh Muhammad al-Kalali, Sayid Abdullah Ibnu Aqil, dan Za'ba. Terbit majalah Islam yang membawa pembaharuan paham Islam yang mula-mula, yakni Al-Imam (1906-1909), dan di Sumatra Barat (Minangkabau) muncul gerakan Kaum Muda dengan majalah Al-Munir (1911), muncullah murid-murid Syekh Ahmad Khatib yang baru pulang dari Mekah, 3 orang di antaranya yang sangat terkenal, yakni Haji Abdullah Ahmad Padang, Haji Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang, dan Syekh Muhammad Jamil Jambek di Bukit Tinggi. Di Jawa muncullah kebangkitan kesadaran politik yang dipelopori oleh Islam dan dipimpin oleh Haji Samanhudi, H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Muncul kebangkitan pembaharuan paham agama yang dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah, dan Syekh Ahmad Surkati dengan mendirikan perkumpulan al-Irsyad. Kemudian, seluruh kebangkitan dan kesadaran Islam itu bersatu-padu dengan gerakan kebangsaan sehingga tercapai Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada Tanggal 17 Agustus 1945.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Camkanlah! Asya'irah Bukan Ahlussunnah Wal Jama'ah! | Syaikh Dr. Shalih Fauzan al-Fauzan

youtube.com/watch?v=pkbYzXZSrk0

HAMKA BERBICARA TENTANG RUKUN IMAN

Beberapa tahun yang telah lalu (1938) Tuan Syekh Mahmoud Khayath di Medan mengeluarkan fatwa bahwasanya mengaji Sifat 20 adalah Bid'ah saja, tidak berasal dari agama dan tidak dikerjakan orang di zaman nabi dan sahabatnya dan ulama-ulama Salaf.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

Saya Bangga Jadi Wahhabi, Syekh Sholeh bin Fauzan Hafidzahullah

youtube.com/watch?v=t6OZyAwM6ko

WAHABI!! WAHABI!! WAHABI!!

Dulu, banyak orang atau organisasi yang bangga ketika disebut memiliki keterkaitan dengan Wahabi, termasuk Muhammadiyah. Buya HAMKA yang menjadi juru kampanye Muktamar Muhammadiyah pada Tahun 1930-an, misalnya, menyebutkan bahwa panggilan terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan Wahabi adalah sebuah kehormatan. (4) Sebutan ini menjadi sorakan sambutan dari orang-orang Borneo (Kalimantan) pada Kongres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin Tahun 1932. Mereka berteriak, "Wahabi!! Wahabi!! Wahabi!!" kepada warga Muhammadiyah yang tiba di muktamar, dan menariknya, yel-yel itu diterima warga Muhammadiyah dengan senang hati. (5) Namun, sekarang citra Wahabi di dunia Islam, dan dunia secara umum, begitu buruk. Ini di antaranya dikaitkan dengan kebiasaan keluarga kerajaan Saudi Arabia, hukum yang diterapkan di negara itu, aliansi pemerintah Saudi dengan Amerika Serikat, suksesnya kampanye anti-Arab, pengaitan antara Wahabisme dengan terorisme atau Osama bin Laden, dan isu kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia di negara itu. Pembahasan secara detail tentang persoalan tersebut tentu di luar wilayah dari tulisan ini. Namun, akibat dari isu-isu tersebut, banyak umat Islam yang tidak mau disebut Wahabi, termasuk beberapa orang di Muhammadiyah.

(4) Untuk gambaran bagaimana sebagian anggota Muhammadiyah bangga akan Wahabi, lihat misalnya, HAMKA, Moehammadijah Melaloei Tiga Zaman (Soematra Barat: Markaz Idarah Moehammadijah, 1946), h.10 dan 108. Julukan atau ejekan "Wahabi di Indonesia" kepada Muhammadiyah dianggap sebagai kehormatan oleh Muhammadiyah. (5) Lihat Goebahan Congress Moehammadijah ke-24 di Kalimantan (Bandjarmasin), dipersiapkan oleh Radjab Gani (Soerabaja: M.S. Ibrohim, 1932), h.14.

(Ahmad Najib Burhani, MUHAMMADIYAH BERKEMAJUAN: Pergeseran dari Puritanisme ke Kosmopolitanisme, Penerbit Mizan, Cet.1, 2016).

Dakwah Yang Tidak Dimulai Dengan Tauhid Adalah Sia-sia | Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah

youtube.com/watch?v=ZRLtE6zlmGQ

MADZHAB ASY'ARI

Orang lain telah sangat maju mempelajari agama Islam dengan sistem berpikir yang bebas, yang kadang-kadang tidak menguntungkan Islam. Akan tetapi orang Islam, karena ikatan taklid kepada tukang tafsirkan tafsir dari tafsirnya tafsir, tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolak hujjah dengan hujjah sebab tidak mempunyai alat.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

KAJIAN HAMKA | "Larangan Menjadikan Yahudi dan Nashrani Sebagai Pemimpin" | USTADZ AKMAL SJAFRIL

youtube.com/watch?v=fw3BMg3pC3c

AKU SAMPAI DI MINANGKABAU

Janganlah engkau banyak bertanya,
Apakah sebab jadi begitu.
Semua kehendak dari Tuhannya,
Dalam takdir, sudahlah tentu.
Takwalah kepada Allah, wahai anakku,
Teguhkan hatimu, Anak, teguhkan hatimu.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

PENUNTUT ILMU PEMULA BOLEH MENGKAFIRKAN PELAKU SYIRIK AKBAR | Syaikh Shalih Al-Fauzan

youtube.com/watch?v=uJOHuKDZLg8

Pria Berjenggot Tendang Sesajen di Semeru, EK: Sebelum Hijrah Mikirin Dosa Sendiri, Setelah Hijrah Sibuk dengan Dosa Orang Lain

era.id/afair/85030/pria-berjenggot-tendang-sesajen-di-semeru-ek-sebelum-hijrah-mikirin-dosa-sendiri-setelah-hijrah-sibuk-dengan-dosa-orang-lain

Adanya Bencana dan Wabah dengan Sebab Dosa dan Maksiat, Berdasarkan Penjelasan Imam Ibnul Qoyyim | Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

youtube.com/watch?v=Hl6roEmUiw0

Perang Lawan Covid-19, Menkes Budi Gunadi: Kita Memanfaatkan Konsep Pertahanan Semesta

pikiran-rakyat.com/nasional/pr-013684889/perang-lawan-covid-19-menkes-budi-gunadi-kita-memanfaatkan-konsep-pertahanan-semesta

KITAB INI DIBUAT NYERANG TAHLILAN

youtube.com/watch?v=KN7cdUbB6JE

KARENA CARI MAKAN

Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah Setan. Janganlah kamu mencari tandingan-tandingan yang lain lagi bagi Allah. Janganlah kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang kamu tidak tahu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BETAPA BAHAYANYA!!! ORANG YANG MENAFSIRKAN AL-QUR'AN TANPA ILMU | NU Channel

youtube.com/watch?v=3i5b-_GurIA

IMAN, HIJRAH DAN JIHAD

Sesampai di Madinah, mesti menyusun kekuatan, untuk terutama ialah memerdekakan negeri Mekah tempat Ka'bah berdiri daripada penyembahan kepada berhala. Dan, untuk membebaskan seluruh Jazirah Arab pada taraf pertama dari perbudakan makhluk. Perbudakan kepala-kepala agama dan raja-raja. Kemudian, untuk membebaskan seluruh dunia dari perhambaan benda. Sehingga tempat manusia berlindung hanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hijrah adalah untuk menyusun masyarakat Islam. Hijrah adalah untuk menegakkan sesuatu kekuasaan, yang menjalankan undang-undang yang timbul dari syari'at, dari wahyu yang diturunkan Allah. Dan, hijrah itu habis sendirinya bila Mekah sudah dapat dibebaskan dari kekuasaan orang-orang yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri, dengan membelokkan ajaran Allah dari aslinya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"YANG NGEBOM KELAS PETASAN ITU TERORIS LOKAL. KAMI ALUMNI AFGHAN BISA BIKIN BOM KIMIA & NUKLIR"

youtube.com/watch?v=55Vsasmr3yU

MEMBUNUH DENGAN SENGAJA

Ibnul Qayyim di dalam al-Jawabul Kafi, "Hasil penyelidikan dalam perkara ini ialah bahwa suatu pembunuhan adalah bersangkutan dengan tiga kewajiban. Pertama, hak Allah. Kedua, hak orang yang terbunuh itu sendiri. Ketiga, hak dari wali (penguasa negara). Apabila si pembunuh segera menyerahkan diri kepadanya dengan segala ketundukan dan kemauan sendiri, menyesal atas perbuatannya itu, disertai takut akan Allah, dan disertai dengan tobat nashuha, maka dia telah membalaskan kewajiban kepada Allah dengan tobat itu, dan dia telah membayarkan kewajibannya kepada penguasa dengan segera menyerahkan diri, maka hakimlah yang memutuskan hukum apa yang akan diterimanya, entah berdamai dengan keluarga si korban atau adanya pemaafan. Tinggal satu hak lagi, yaitu kewajibannya terhadap si pembunuh sendiri. Yang niscaya Allah sendiri yang akan mengganti kerugiannya di hari Kiamat tersebab kesalahan hamba-Nya yang telah tobat itu, dan Allah akan mendamaikan di antara dua hamba-Nya. Dengan demikian hak si korban tidak akan disia-siakan Allah dan tobat hamba-Nya yang tobat pun tidak pula akan ditolak."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Penyebab Tertundanya Doa Walapun Kau Rajin Solat dan Menangis Disetiap Doa | Ustadz Adi Hidayat

youtube.com/watch?v=4snmAGbS72k

Da'i Karbitan | Ust. Yazid Jawas Hafizhahullah

youtube.com/watch?v=ox4_cRh1kZI

OWALAAHH DUUL!! DUL SOMAD KOK GAK SEMBUH SEMBUH. PROPOKASIMU BERBAHAYA!!

youtube.com/watch?v=ybP3WbOp7Ok

TEGAS!!! Agama Islam Adalah Agama Dalil | Al-Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawwaz

youtube.com/watch?v=ftzEFoY6X8Y

SHAHIH

"... Dan mereka itu adalah terhadap ayat-ayat Kami amat yakin." (as-Sajdah: 24).

Ibnu Katsir memberikan komentar dalam tafsirnya tentang imam-imam Bani Israil itu, "... Tetapi setelah ada dalam kalangan mereka yang mengganti-ganti, menukar-nukar dan menta'wilkan arti ayat suci dari maksudnya yang sebenarnya, dicabut Allah-lah maqam jadi imam itu, dan jadilah hati mereka kesat dan kasar, sampai berani mentahrifkan kata-kata dari tempatnya yang sebenarnya. Tidaklah lagi mereka mengamalkan yang shahih, tidaklah lagi mereka beriktikad yang betul."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

UST. MANJAT SALAK INI REMEHKAN LELUHUR ACEH | HABIS... DIBANTAH WARGA ACEH DAN UAS

youtube.com/watch?v=OOqhfU6kvZQ

Tidak Mengkafirkan Penyembah Kubur Maka Ia Kafir | Syaikh Shalih Al-Fauzan

youtube.com/watch?v=cKrInbsUw2M

Teladani Figur Buya Hamka untuk Hadapi Dinamika Bangsa

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak seluruh anak bangsa untuk meneladani figur dan pemikiran Abdul Malik bin Haji Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Buya Hamka.

jpnn.com/news/teladani-figur-buya-hamka-untuk-hadapi-dinamika-bangsa

Gerakan Muhammadiyah Singapura menerbitkan semula buku "Teguran Suci Dan Jujur Terhadap Mufti Johor" oleh HAMKA yang telah diterbitkan oleh persatuan Muhammadiyah Singapura edisi pertama pada 1958; seterusnya melalui laman maya, internet, blog dan bermacam-macam saluran kesemuanya digunakan untuk merosakkan fahaman Ahli Sunnah wal Jamaah; Fahaman Wahhabi menggunakan istilah BID'AH sebagai manhaj atau metodologi fahaman mereka; Jadi untuk mengenali golongan ini, "bila sikit-sikit bid'ah" yang diperkatakan, itulah golongan Wahhabi.

mufti.johor.gov.my/images/uploads/dokumen/terbitan/albayan_9_bidah.pdf

Surat dari Tanah Mangkasura:
Bersatu Dalam Akidah, Toleransi Dalam Furu' dan Khilafiyah
PERJALANAN TERAKHIR BUYA HAMKA:
Sebuah Biografi Kematian

PANGGILAN JIHAD

Merindukan kembali hadirnya ulama besar seperti beliau...

Semoga menjadi inspirasi semangat generasi muda Islam...

eramuslim.com/video/mengenang-panggilan-jihad-buya-hamka-setiap-kuliah-subuh-di-rri.htm

ISLAM UNTUK INDONESIA

Di Konstituante, Hamka mengecam Demokrasi Terpimpin sebagai "totalitarianisme" dan menyebut Dewan Nasional Sukarno sebagai "partai negara". Semua upaya Hamka di Konstituante akhirnya sia-sia. Pada Juli 1958, dalam manuver menit terakhir untuk memecah kebuntuan Konstituante, Kepala Staf Angkatan Darat, Abdul Haris Nasution, mengusulkan pemberlakuan kembali UUD 1945 dengan tambahan Piagam Jakarta -- kalimat yang mengandung kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi pemeluknya, yang telah ditolak oleh para pendiri negara. Usul itu ditolak melalui pemungutan suara. Pada Juli 1959 Sukarno membubarkan Konstituante dan memberlakukan kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden, menghancurkan sisa harapan akan adanya undang-undang dasar berbasis Islam.

(James R. Rush, ADICERITA HAMKA: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Cet.1, 2017).

GAWWAT!! SOSOK INI BONGKAR PENYUSUPAN IDEOLOGI SALAFI WAHABI DI INSTITUSI PENEGAK HUKUM!!

youtube.com/watch?v=fQHHraYnhG4

Presiden PKS: Kita Butuh Ulama Negarawan dan Negarawan Ulama

indonesiainside.id/headline/2021/12/09/presiden-pks-kita-butuh-ulama-negarawan-dan-negarawan-ulama

TERTIPU

"Dan telah tertipu mereka oleh kehidupan dunia dan mereka pun telah menyaksikan atas kesalahan diri-diri mereka bahwa sesungguhnya mereka memang telah menjadi orang-orang yang kafir." (al-An'aam: 130).

Untuk menjelaskan pengertian ayat ini, dapatlah kita kemukakan suatu misal yang dapat kita alami sehari-hari. Segolongan kaum Muslimin mendirikan suatu partai agama, yang bercita-cita (ideologi) agar hukum, peraturan dan syari'at Allah berlaku dalam negara mereka. Padahal, negara itu bersifat nasional dan tidak yakin akan peraturan syari'at Islam. Negara itu berdasar sekularisme, yaitu pemerintahan yang sengaja dijauhkan dari segala pengaruh agama. Pada suatu hari, datanglah ajakan pada penganjur partai yang berideologi Islam itu supaya duduk dalam satu kabinet (pemerintahan). Dia akan diangkat jadi menteri, padahal dia tahu kalau dia terus duduk dalam pemerintahan, belumlah mungkin negara itu menegakkan syari'at Islam, malahan akan tetap membuat undang-undang yang jauh dari Islam. Namun, tawaran itu diterimanya juga. Sebab apa? Sebab hidup menjadi penguasa atau menjadi menteri akan mengakibatkan kemewahan, rumah gedung yang indah, mobil yang mengilap dan semua itu karena pangkat dan kedudukan tinggi.

Dahulu ketika menerima pangkat dan jabatan, mereka tidak sadar bahwa dengan perbuatannya itu mereka telah menunjukkan bahwa mereka tidak percaya lagi akan peraturan Allah bisa menyelamatkan dunia ini. Dengan membayangkan pengakuan bahwa mereka telah kafir di ujung ayat itu, dapatlah kita memahamkan bahwa kufur itu bukanlah semata-mata karena tidak mengakui adanya rasul saja. Meskipun mengaku bahwa Allah itu ada, padahal tidak meyakini peraturan dari Allah atau memandang bahwa peraturan buatan manusia lebih baik dari peraturan dari Allah, kufurlah orang itu, walaupun mulanya tidak merasa kufur. Jalan pikiran manusia yang sehatlah setelah merasakan berbagai pengalaman yang pahit, yang menginsafkan bahwa dia telah kufur. Barulah setelah maut datang dan tidak dapat dielakkan, ternyata bahwa dunia telah habis begitu saja, tanpa bekas. Dan, setelah datang Hari Mahsyar, hari yang pasti itu, diinsafi bahwa dia kecil tak berharga, lebih hina dari cacing. Waktu itu baru mengaku terus terang, "Aku ini telah kafir!"

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Musuh dalam Selimut Umat Islam, Ingin Jabatan Harus Melacur

gatra.com/detail/news/460352/milenial/musuh-dalam-selimut-umat-islam-ingin-jabatan-harus-melacur

Waspada Islam Liberal, Bongkar Mitos JIL

its.ac.id/news/2013/03/12/waspada-islam-liberal-bongkar-mitos-jil

UAS SAMPAIKAN NASEHAT PERNIKAHAN

youtube.com/watch?v=LaF971-GLi4

ISTRI DAN ANAK JADI MUSUH

Rasulullah saw. bersabda, "Apabila aku perintahkan kepadamu suatu perintah, maka kerjakanlah olehmu menurut kesanggupan, dan apabila aku larang, hendaklah kamu hentikan." (HR. Bukhari dan Muslim). Jangan ditambah-tambah, karena itu adalah berbuat Bid'ah dan jangan pula dikurangi, karena kalau dikurangi amalan itu tidak akan sah di sisi Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

3 KALI SENGAJA MENINGGALKAN JUM'AT BUKAN GOLONGANKU KATA NABI | DR. ZULHENDRI RAIS

youtube.com/watch?v=P2Vij60C6DY

Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak." (HR. Bukhari).

JANJI ILAHI DAN PENGHARAPAN

"... ialah karena mereka menyembah Aku dan tidak mempersekutukan Aku ..." (an-Nuur: 55).

Ayat inilah sumber inspirasi buat bangkit. Ayat 55 surah an-Nuur inilah pegangan Nabi Muhammad saw. bersama sekalian pengikutnya dari Muhajirin dan Anshar, selama 10 tahun di Madinah. Ayat inilah bekal Abu Bakar menundukkan kaum murtad, pegangan Umar bin Khaththab meruntuhkan dua kerajaan besar, yaitu Persia dan Rum. Kekuasaan pasti diserahkan ke tangan kita dan agama kita pasti tegak dengan teguhnya dan keamanan pasti tercapai. Perjuangan menegakkan cita Islam, mencapai tujuan menjadi penerima waris di atas bumi, bukanlah kepunyaan satu generasi, dan jumlahnya bukanlah sekarang, melainkan menghendaki tenaga sambung-bersambung. Di ayat 56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warisan, melaksanakan kehendak Ilahi di atas dunia ini.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

GUS NUR: ITU MUSUHMU - BUKAN AKU - FITNAH - GHIBAH - ADU DOMBA

youtube.com/watch?v=q_yS0lZocA4

MENCINTAI AHLI BAIT

Memang, apabila orang yang telah kehabisan hujjah dan alasan, mereka pun kembali memakai perkakas fitnah. Dan inilah yang menyebabkan berpecah-belah umat Islam, berkaum tua berkaum muda. Bagi kami yang dikatakan Kaum Muda itu tidaklah keberatan jika dituduh sebagai Wahabi. Kalau 20 atau 30 tahun yang lalu, semasa pengetahuan agama hanya boleh dipercayai oleh mufti-mufti saja, mungkin orang takut dikatakan Wahabi. Tetapi sekarang orang telah tahu pula bahwasanya Wahabi tidak lain daripada penganut Mazhab Hanbali dan memang Mazhab Hanbali terkenal akan mazhab yang keras mempertahankan Sunnah. Dan orang yang berpengaruh dalam memperbaharui fahaman Mazhab Hanbali itu ialah Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Oleh sebab itu, bagi kami dituduh Wahabi bukanlah penghinaan. Jika dituduh pula kami pengikut Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim, maka tidaklah pula bagi kami penghinaan. Kaum Tua pun suka kepada kitab Zaadul Ma'ad, karangan Ibnul Qayyim seperti kami juga. Cuma kami memakai pangkal kitab dan Kaum Tua suka kepada kitab itu karena ada satu fasal dalamnya tentang ilmu jadi dukun atau tabib. Kedua-dua ulama besar itu juga sangat dicela oleh penganut Mazhab Syafi'i yang berkuasa pada waktu itu. Ibnu Taimiyah seorang alim besar, bebas dan tajam berfikir, maka timbullah hasad dengki daripada pihak yang berkuasa pada waktu itu. Lawannya yang paling besar ialah al-Subki ulama Syafi'i yang berkuasa, sehingga berkali-kali Ibnu Taimiyah masuk penjara.

PENUTUP

Sungguh pun sudah berpanjang-panjang saya menulis yang kadang-kadang keras sebagai menentang, namun saya tidaklah menaruh dendam rasa permusuhan terhadap Samahah Mufti. Malah sebaliknya, rasa hormat dan kasih kepada orang tua menyebabkan saya berasa wajib menyampaikan peringatan ini. Dan kalau beliau berasa bebas merdeka mengkafir-kafirkan orang, tentu saya merdeka pula untuk menyatakan kesalahan beliau. Dengan jalan yang demikian itu akan bertambah majulah cara kita berfikir dan berbahas.

"Orang yang berani-berani berfatwa ialah orang yang paling sempit ilmunya."

(BUYA HAMKA, TEGURAN SUCI DAN JUJUR TERHADAP MUFTI JOHOR, JT Books PLT Malaysia, Cet. II, 2021).

TOLAK PAHAM WAHABI...!!!! Aksi Demo Masyarakat

youtube.com/watch?v=0c0tkW5QhYk

Allahu Akbar 3X. Hancurkan Wahabi di Aceh

youtube.com/watch?v=1sMsH84d-xo

"Kadang-kadang timbul perpecahan di antara Muslimin, masing-masing mendakwakan dirinya yang benar, kawan yang lain kawan salah belaka. Setan pun memasukkan rasa permusuhan kepada masing-masing pihak sehingga sukar dipertemukan. Maka, terjuallah diri mereka kepada Setan, bukan lagi menjual diri kepada Allah."

-Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar-

Ceramah Kyai di Mabes Polri Sebut Islam Bukan Agama yang Sempurna, Habib Noval: Mazhab Al-Ngawuri

harianaceh.co.id/2021/10/31/ceramah-kyai-di-mabes-polri-sebut-islam-bukan-agama-yang-sempurna-habib-noval-mazhab-al-ngawuri

MEMECAH-BELAH AGAMA

Keempat Imam sama saja bunyi seruan mereka, yaitu pendapat mereka hanya boleh dipakai bila kenyataannya berlawanan dengan Al-Qur'an dan Hadits, Imam Syafi'i terkenal dengan perkataan beliau: "Kalau terdapat hadits yang shahih (benar) maka itulah madzhabku." Maka yang menimbulkan perpecahan bukanlah beberapa ijtihad, tetapi apabila suatu hasil ijtihad telah dipegang dengan yakin, dan tidak boleh ditinjau atau diubah lagi. Kemudian, timbul berbagai madzhab dan tiap madzhab mengatakan bahwa pihak merekalah yang benar. Kadang-kadang, ternyata pendapat seorang mujtahid itu setelah diselidiki dengan saksama, berbeda dengan maksud suatu hadits yang shahih. Hadits shahih itu tidak dipakai orang karena orang telah memegang hasil ijtihad imamnya, dengan tak mau beranjak lagi. Dan ... timbul perpecahan!

MEMPERSEKUTUKAN (MENGADAKAN TANDINGAN-TANDINGAN)

Seruan yang berkumandang di zaman kini dalam kebangunan umat Islam ialah agar kita semua kembali kepada Kitab dan Sunnah atau Al-Qur'an dan Hadits. Ini karena salah satu sebab dari kepecahan umat Islam ialah setelah Al-Qur'an ditinggalkan dan hanya tinggal menjadi bacaan untuk mencari pahala, sedangkan sumber agama telah diambil dari kitab-kitab ulama. Pertikaian madzhab membawa perselisihan dan timbulnya golongan-golongan yang membawa faham sendiri-sendiri. Bahkan dalam satu madzhab pun bisa timbul selisih dan perpecahan karena kelemahan-kelemahan sifat manusia. Orang-orang yang diikut, sebab mereka adalah manusia, kerapkali dipengaruhi oleh hawa nafsu, berkeras mempertahankan pendapat sendiri walaupun salah, dan tidak mau meninjau lagi. Sehingga masalah-masalah ijtihadiyah menjadi pendirian yang tidak berubah-ubah lagi. Bukan sebagaimana Imam Syafi'i yang berani mengubah pendapat sehingga ada pendapatnya yang qadim (lama) dan ada yang jadid (baru). Atau Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal dalam fi ihdaqaulaihi (pada salah satu di antara dua katanya). Dalam hal orang yang diikut itu berkeras pada suatu pendapat, si pengikut pun berkeras pula dalam taklid. Ini karena dengan sadar atau tidak, mereka telah menjadikan guru ikutan menjadi tandingan-tandingan Allah atau andadan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Tunggu Dulu Mas, Antum Jangan Mengelabui Orang Dengan Cara Ini | Ust. DR. Dasman Yahya Ma'ali, Lc, MA

youtube.com/watch?v=lJxENIVQyHQ

SIFAT 20

Sementara itu, dalam mempelajari Sifat 20, dengan tidak disadari, kadang-kadang kita menjadi ragu tentang adanya Tuhan. Misalnya pelajaran, "Allah SWT itu tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kiri, tidak di kanan, tidak dikandung tempat, tidak dikandung masa." Padahal kesimpulan dari semuanya itu dapat membawa kita kepada suatu kesimpulan bahwa Allah SWT itu tidak ada! Padahal ada!

(Buya HAMKA, PRINSIP DAN KEBIJAKSANAAN DAKWAH ISLAM, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

AQIDAH

"Dan Dialah yang telah menciptakan semua langit dan bumi dalam enam hari dan adalah Arsy-Nya di atas air ..." (Huud: 7). "Sesungguhnya Allah telah menentukan ketentuan-ketentuan dari seluruh makhluk. Sebelumnya, Dia menciptakan semua langit dan bumi, 50.000 tahun lebih dahulu dan Arsy-Nya adalah di atas air." (HR. Muslim).

Maka, sebagai Muslim yang hidup mempunyai aqidah, kita terimalah keterangan ayat Allah dan sabda Rasul ini sebagaimana adanya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PERANG AQIDAH SUDAH DIMULAI, ANTUM MUNDUR DOSA BESAR | BUYA ARRAZY HASYIM

youtube.com/watch?v=42h4Crco7gk

HARAM!!!! ORANG ASWAJA MENIKAH DENGAN WAHABI

youtube.com/watch?v=c-MJPdHMSdI

KEKAL DALAM NERAKA

"Katakanlah, 'Sesungguhnya yang diharamkan oleh Tuhanku hanyalah kejahatan-kejahatan mana yang zahir daripadanya dan mana yang batin dan dosa keaniayaan dengan tidak benar dan bahwa kamu persekutukan dengan Allah sesuatu yang tidak Dia turunkan keterangannya dan bahwa kamu katakan atas (nama) Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui.'" (al-A'raaf: 33).

Dosa mempersekutukan yang lain dengan Allah, sudah lebih besar dari keempat dosa sebelumnya. Kemudian, datang lagi dosa keenam yang lebih hebat lagi, yaitu kamu katakan di atas nama Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui. Membuat-buat aturan yang seakan-akan bersifat keagamaan, dikatakan berasal dari Allah, padahal tidak ada Allah memerintahkan yang demikian. Tidak ada pengetahuan tentang hakikat agama, hukum perintah dan larangan Allah, semuanya gelap baginya. Namun, dia memandai-mandai dan menambah-nambah peraturan agama. Nyatalah bahwa dosa keenam adalah puncak dari kejahatan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Mereka Memerangi Saudi - Sebagian Kejahatan Daulah Utsmaniyah Terhadap Arab Saudi

youtube.com/watch?v=rjHW4hXRlTA

MENCINTAI AHLI BAIT

Dituduh kami kaum Wahabi. Siapa kaum Wahabi? Ia ialah pengikut ajaran Muhammad Abdul Wahab an-Najdi yang hidup pada kurun ke-12 Hijrah al-Mustafa (kurun kelapan belas Miladiyah). Dari mana dia mengambil pelajarannya? Dari karangan-karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim dan mazhab mereka ialah Hanbali. Oleh itu, mereka bermazhab Ahli Sunnah Wal Jama'ah juga. Mengapa nama Wahabi itu sangat dicela dan dibenci orang? Sebab mereka berontak melawan pemerintah Turki Uthmani yang beratus tahun menjajah Tanah Arab. Maka, karena Turki amat benci kepada kaum yang telah mulai membuka mata bangsa Arab ini, berlomba-lombalah ulama yang condong kepada kuasa Turki mengarang buku-buku buat mencela kaum ini, sehingga Almarhum al-Sayyid Zaini Dahlan tidak segan-segan menuduh bahwa Muhammad Abdul Wahab itu ada pertalian keturunannya dengan Musailamah al-Kazab. Lihat kitab Futuhat al-Islamiyah. Sebab-sebab yang diambil alasan buat mencela kaum Wahabi adalah karena mereka sangat menentang pemujaan kepada kubur yang telah dipandang orang sebagaimana orang musyrikin menyembah berhala. Buku-buku mencela Wahabi itu tersebarlah di negeri kita sehingga kata Wahabi dipandang sebagai kata penghinaan.

(BUYA HAMKA, TEGURAN SUCI DAN JUJUR TERHADAP MUFTI JOHOR, JT Books PLT Malaysia, Cet. II, 2021).

Waspadalah! Strategi Licik Felix Siauw Pengasong Khilafah Londoniyah untuk Merebut Hati Warga NU

suaraislam.co/waspadalah-strategi-licik-felix-siauw-pengasong-khilafah-londoniyah-merebut-hati-warga-nu

Sufisme Daulah Utsmaniyah: Akar Permusuhan Terhadap Syiar Tauhid

youtube.com/watch?v=QAqOEjk8lWI

DZIKIR RIBUT-RIBUT

"Dan tidaklah ada shalat mereka di sisi rumah suci itu melainkan bersiul-siul dan bertepuk tangan. Maka, rasakanlah olehmu adzab, akibat dari kekufuran kamu itu." (al-Anfaal: 35).

Ibnul Qayyim di dalam kitab Ighatsatul Lahfan, ayat ini menunjukkan bahwasanya segala macam cara-cara dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, tetapi tidak menurut yang digariskan oleh Nabi sebagai yang dilakukan oleh ahli-ahli tasawuf, ada yang ratib menyorak-nyorakkan dan menyebut nama Allah dengan suara keras tiada sependengaran dan ada yang memakai seruling, genderang, rebana dan sebagainya yang menyebabkan ibadah itu menjadi heboh, samalah keadaannya dengan orang jahiliyyah sembahyang atau thawaf sambil bersiul, bertepuk tangan dan ada yang bertelanjang mengelilingi Ka'bah itu. Ibnu Taimiyah, guru dari Ibnul Qayyim menerangkan pula dalam salah satu fatwanya bahwa ... Hal ini barulah diada-adakan orang (Bid'ah) setelah lepas kurun yang tiga. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa orang-orang yang benar-benar pengalamannya dalam soal-soal latihan keruhanian dan mengerti hakikat agama dan hal-ihwal hati, telah mendapat kesimpulan bahwa cara-cara demikian tidaklah ada manfaatnya bagi hati, melainkan lebih banyak mudharatnya. Bahayanya bagi jiwa sama dengan bahaya minuman keras bagi tubuh. Sekian kita salin beberapa perbandingan dari Ibnu Taimiyah, tentang dzikir ribut-ribut yang dilakukan orang-orang sufi, menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah di Ka'bah itu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Banyak Polemik, Ini Aturan Tentang Penggunaan Toa Masjid

kabar24.bisnis.com/read/20211026/79/1458424/banyak-polemik-ini-aturan-tentang-penggunaan-toa-masjid

GEMA PEKIK ZIKRULLAH

"... larangan berzikir keras ..." papar HAMKA. Ayat-ayat yang dimaksud, misalnya saja, al-A'raf (7) ayat 205 dan Maryam (19) ayat 3.

(Yusuf Maulana, Buya HAMKA Ulama Umat Teladan Rakyat, Penerbit Pro-U Media, 2018).

Wanita Sulsel Viral Antar Suami Poligami, Ini Kata Komnas Perempuan

"Komnas Perempuan memandang bahwa "praktik poligami" adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan. Pandangan itu disimpulkan dari kajian dan penelitian beberapa praktik poligami di Indonesia yang dampak negatifnya lebih nyata daripada kemaslahatan," kata Komisioner Komnas Perempuan, Dr. Imam Nahe'i kepada Wolipop, Sabtu (30/10/2021).

wolipop.detik.com/wedding-news/d-5789603/wanita-sulsel-viral-antar-suami-poligami-ini-kata-komnas-perempuan

KEKAL DALAM NERAKA

"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?" (al-A'raaf: 37).

Keduanya ini adalah puncak-puncak kezaliman yang tidak dapat dimaafkan.

Artinya, bermacam-macam sikap dan perbuatan aniaya diperbuat manusia di dalam bumi ini, tetapi puncak yang di atas sekali dari keaniayaan itu ialah membuat-buat atau mengarang-ngarangkan kedustaan atas nama Allah. Ini bertali dengan ujung ayat 33, yaitu berbicara di atas nama Allah barang yang tidak ada pengetahuan mereka padanya.

Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DISEBUT KAFIR, NIKITA MURKA! LAPORKAN USTADZ DAS'AD LATIF DAN PRESENTER TV KE POLISI

youtube.com/watch?v=hvT58qSkyks

MENGKAFIR-KAFIRKAN ORANG

Barangsiapa yang mengemukakan pendapat berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits, kafir! Barangsiapa yang menurut saja pendapat hadratus-syeikh, itulah Islam sejati! Masya Allah!

(BUYA HAMKA, TEGURAN SUCI DAN JUJUR TERHADAP MUFTI JOHOR, JT Books PLT Malaysia, Cet. II, 2021).

Bid'ah Cinta, Antara Cinta dan Bid'ah | TV9 News

youtube.com/watch?v=lE9fAIuDnjk

PEREMPUAN ITU SENDIRI ADALAH AURAT

Ananda menanyakan tentang batas aurat perempuan, "Sampai batas-batas manakah seorang perempuan muslim harus berpakaian?" Oleh karena Ananda yang bertanya tampaknya memang seorang perempuan Muslimat yang ingin mengikuti Nabi saw., ingatlah sebuah hadits yang dirawikan oleh at-Tirmidzi, "Perempuan itu sendiri adalah aurat. Bila ia telah keluar, Setan terus mendekatinya. Tempat yang paling dekat untuknya dalam perlindungannya adalah terang-terang di bawah atap rumahnya." Oleh sebab itu kalau tidak perlu benar, janganlah keluar. Misalnya pergi belajar. Pergi ke Masjid tidaklah dilarang. Namun, shalat di rumah adalah lebih afdhal.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENJADI IBU RUMAH TANGGA YANG TERHORMAT

Karena tidak lain maksud Allah SWT ialah agar terbentuk rumah tangga Islam, rumah tangga yang aman damai, dipatrikan oleh ketaatan, bersih dari perangai yang tercela atau penyakit-penyakit buruk dalam hati. Dan penuhlah hendaknya suatu rumah tangga Islam dengan suasana Al-Qur'an. Kita pun insaf betapa hebatnya perjuangan di zaman jahiliyyah modern ini hendak menegakkan kebenaran Ilahi. Namun yang keji tetaplah keji walaupun banyak orang yang hanyut dibawa arusnya.

MEMPERSEKUTUKAN (MENGADAKAN TANDINGAN-TANDINGAN)

Mempersekutukan atau mengadakan tandingan-tandingan itu bukanlah semata-mata menyembah-nyembah dan memuja-muja saja, melainkan kalau pemimpin atau pemuka-pemuka membuat peraturan lalu peraturan mereka lebih diutamakan dari peraturan Allah maka terhitunglah orang yang mengikuti itu dalam lingkungan musyrik.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TERKEJUT!! PERTANYAAN POLITIK "APAKAH AQIDAH AHLUSSUNNAH BATAL KARENA BEDA PILIHAN POLITIK?"

youtube.com/watch?v=3W_gKZ7hCqA

PENDIRIAN YANG TEGAS

Satu waktu orang pun merasa kecewa dengan demokrasi sebab kemerdekaan memilih dan dipilih hanya untuk orang yang kaya, tuan tanah, dan ahli-ahli pidato demagogi penipu. Akhirnya, orang mengutuki demokrasi lagi dan ingin datangnya seorang pemimpin yang kuat, yang bisa mengatasi keadaan. Akhirnya demokrasi dikorbankan dan kekuasaan diserahkan lagi ke tangan orang-seorang. Berbelit-belit, berbolak-balik bagai menghasta kain sarung. Sedangkan suatu masyarakat yang ideal, yang merupakan cita-cita yang tinggi hanya tetap satu, yaitu bilamana manusia menyerahkan kekuasaan tertinggi kepada Allah dan taat kepada ketentuan Allah itu. Sebab, jika Allah mencipta dan menurunkan sesuatu peraturan, bukannya untuk kepentingan Allah atau untuk menjaga kekuasaan Allah, melainkan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

Pada zaman modern sekarang ini, pejuang-pejuang Islam yang ingin mengikuti Sunnah Nabi, yang bercita-cita hendak menegakkan peraturan Allah di dalam alam ini kebanyakan dibenci oleh golongan yang tidak mengenal peraturan Allah itu. Di dalam negeri-negeri Islam sendiri, pejuang Islam dibenci dan menderita berbagai penderitaan jika dia mengemukakan keyakinan hidup, menjelaskan bahwa dia bercita-cita supaya di negerinya, peraturan dan undang-undang negeri harus diambil daripada peraturan dan undang-undang Allah. Ayat yang selanjutnya memberikan ketegasan lagi sehingga kebimbangan pejuang Islam itu dihilangkan,

"Dan jika engkau ikut kebanyakan orang di bumi ini, niscaya akan mereka sesatkan engkau daripada jalan Allah. Karena tidak ada yang mereka ikuti kecuali sangka-sangka. Dan, tidaklah ada mereka selain dari berdusta." (al-An'aam: 116).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Sukmawati Keluar dari Islam, Buya Yahya Bicara Orang Murtad Jadi Rendah di Dunia dan Akhirat

fin.co.id/2021/10/24/sukmawati-keluar-dari-islam-buya-yahya-bicara-orang-murtad-jadi-rendah-di-dunia-dan-akhirat

SHALAT ORANG MURTAD

Rasulullah menyatakan bahwa orang murtad harus dihukum mati jika menolak bertobat kembali kepada keimanan yang pernah dimilikinya.

(Fatwa-Fatwa Imam Asy-Syafi'i, Penerbit Amzah, Ed.1 Cet.2, 2015).

TAUHID

Bahwa kamu masih tetap mengakui bahwa Allah Ta'aala itu memang Ada dan memang Esa dan hanya Dia sendiri yang menciptakan alam ini. Dasar kepercayaan itu memang ada padamu, yang dinamai Tauhid Uluhiyah. Setelah akan memohonkan apa-apa, kamu tidak langsung memohon kepada-Nya lagi, tetapi pada yang lain atau meminta tolong pada yang lain itu supaya menyampaikannya kepada Allah. Walaupun mengakui Dia Yang Menciptakan alam, kamu campur-aduk dengan yang lain. Kamu tidak mempunyai Tauhid Rububiyah. Barangsiapa mempersekutukan-Nya dengan yang lain, akan tercelalah dia dengan terhina. Pengakuan bahwa hanya satu Tuhan, tiada berserikat dan bersekutu dengan yang lain, itulah yang dinamai Tauhid Rububiyah. Oleh sebab itu, cara beribadat kepada Allah, Allah itu sendirilah yang menentukan. Maka tidak pulalah sah ibadat kepada Allah yang hanya dikarang-karang sendiri. Untuk menunjukkan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa itulah, Dia mengutus rasul-rasul-Nya. Menyembah, beribadah dan memuji kepada Maha Esa itulah yang dinamai Tauhid Uluhiyah. Itulah pegangan pertama dalam hidup Muslim.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

RENUNGAN BUDI

Banyak guru agama yang gagal dan mengeluh karena kegagalannya. Pelajaran agama yang diberikannya tidak segera diterima oleh orang banyak. Salah satu dan sebabnya ialah dia mendahulukan nadzir daripada basyir, mendahulukan ancaman daripada bujukan. Dia mendahulukan 'usran daripada yusraan, mendahulukan yang sukar daripada yang mudah. Dia mengusir bukan mengumpul. Kadang-kadang dia hendak membuat agama menurut kehendaknya, bukan menurut kehendak Tuhan. Dan setelah dia gagal disalahkannya orang lain.

(Buya HAMKA, LEMBAGA BUDI: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasar Tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

Tokoh NU Kritik Arie Untung, Soal Pernyataan Pintu Surga Tertutup Bagi Warga Indonesia

banten.suara.com/read/2021/06/05/135316/tokoh-nu-kritik-arie-untung-soal-pernyataan-pintu-surga-tertutup-bagi-warga-indonesia

BAKTI KEPADA GURU DAN AYAH BUNDA

Beliau (Haji Abdul Karim Amrullah) selalu menyebut gurunya, Tuan Ahmad. Beliau memujinya sehingga kita merasa bahwa Syekh Ahmad Khatib itu serupa malaikat -- ulama Mekah dikalahkannya semua.

Ulama yang mulai menyerang beliau itu adalah Syekh Saad di Mungka Payakumbuh. Disini, bangkitlah marahnya. Maksudnya hanya semata-mata hendak bertukar pikiran pada mulanya. Namun, telah disambut dengan cara demikian, beliau dituduh bodoh. Kemudian, beliau karanglah kitab bantahan yang keras pula kepada Syekh Saad, yaitu kitab al-Fawaidul Aliyah. Seorang ulama pula, yaitu Haji Abdullah Ahmad -- ketika itu, belum pindah dari Padang Panjang ke Padang segera menulis surat kepada Syekh Ahmad Khatib, guru yang sangat mereka cintai, menanyakan pendapatnya tentang keraguan yang telah timbul pada murid kesayangannya, Haji Abdul Karim ini, bagaimana yang sebenarnya. Kemudian, datanglah balasan dari Mekah. Syekh Ahmad Khatib rupanya agak marah kepada ayahku, mengapa soal itu dibuka. Kemudian, Syekh Ahmad Khatib menguatkan bahwa lebih baik juga ushalli dipakai. Demi menerima serangan dari Syekh Saad Mungka dan penyesalan dari gurunya yang sangat dihormatinya, bertambah tersinggunglah perasaannya. Serangan Syekh Saad Mungka menambah mendorong beliau untuk mempersiap diri, dan penyesalan gurunya menambahkan ragunya, mengapa gurunya yang mendidiknya selama ini bebas berpikir telah menghambat kebebasan pikiran itu? Jawab beliau kepada gurunya sangat hormat.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

WAHAI TEMAN-TEMANKU YANG HIJRAH, SEBUTKAN SIAPA GURUMU | BUYA DR. ARRAZY HASYIM., MA

youtube.com/watch?v=4_ZbPrKI5Hg

PERSAHABATAN

"Jujurlah, walaupun kejujuran itu akan membunuhmu."

Sekian fatwa Sayidina Umar bin Khaththab.

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

Makam Nasrani di Solo Dirusak, Ferdinand: Perilaku Gila Kaum Sesat

fajar.co.id/2021/06/22/makam-nasrani-di-solo-dirusak-ferdinand-perilaku-gila-kaum-sesat

MUNAFIK DENGAN JIWA YANG SAKIT

"Di dalam hati mereka ada penyakit maka menambahlah Allah akan penyakit (lain). Dan, untuk mereka adalah adzab yang pedih dari sebab mereka telah berdusta." (al-Baqarah: 10).

Mereka mencap semua orang bodoh, tetapi mereka tidak mengerti akan kebodohan mereka sendiri. Di kalangan kita pun kadang-kadang dengan tidak disadari timbul pula penyakit jiwa yang semacam ini, dari orang-orang yang menyebut dirinya alim dalam hal agama atau sarjana dalam ilmu pengetahuan. Pengetahuan mereka tentang macam kitab atau textbook thinking, dijadikan ukuran untuk menghambat kemajuan berpikir. Mereka hanya taklid pada yang tertulis dalam kitab, tetapi mereka tidak meninjau bagaimana perkembangan yang baru dalam masyarakat. Sebab itu, mereka menjadi munafik. Munafik dengan jiwa yang sakit.

MUBAHALAH

"Katakanlah, 'Wahai, Ahlul Kitab! Marilah kemari kepada kalimat yang sama di antara kami dan di antara kamu, yaitu bahwa janganlah kita menyembah melainkan kepada Allah dan jangan kita menyekutukan sesuatu dengan Dia dan jangan menjadikan sebagian dari kita akan sebagian menjadi Tuhan-Tuhan selain dari Allah.' Maka jika mereka berpaling, hendaklah kamu katakan, 'Saksikanlah olehmu bahwasanya kami ini adalah orang-orang yang Islam.'" (Aali 'Imraan: 64).

Kemudian diterangkan pula, janganlah hendaknya kita menjadikan sebagian dari kita menjadi Tuhan-Tuhan pula selain dari Allah, yaitu meskipun tidak diakui dengan mulut bahwa mereka yang lain itu adalah Tuhan, tetapi kalau perintahnya atau ketentuannya telah disamakan dengan ketentuan dan perintah Allah Yang Tunggal, samalah itu dengan menuhankan. Akan tetapi, karena zaman beredar juga dan waktu berjalan, haruslah kita umat Muslimin mengakui bahwa kadang-kadang kita dengan tidak sadar telah terlampau dipantang pula. Ada orang yang lebih mengutamakan kata ulama dari Kata Allah, sehingga satu waktu Al-Qur'an tidak lagi buat dipahamkan dan buat digali sumbernya, melainkan buat dibaca-baca saja, sedangkan dalam hal hukum halal dan haram, taklid saja kepada ulama. Lama-lama orang yang mengajak kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasul menjadi celaan orang.

Kita harus berani mengikut Rasulullah, berani berhadapan dengan pemeluk agama lain, dengan mengadakan mubahalah. Akan tetapi, keberanian ini tidak akan ada kalau kita tidak mengerti agama kita sendiri.

PENDIRIAN YANG TEGAS

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah karena Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan begitulah aku diperintah ... Dan tidaklah akan menanggung seorang penanggung akan tanggungan orang lain. Kemudian kepada Tuhan kamulah tempat kamu kembali. Maka Dialah yang akan memberitakan kepada kamu tentang apa yang telah pernah kamu perselisihkan.'" (al-An'aam: 162-164).

Dengan ayat ini, terutama yang menerangkan bahwa seorang tidak akan menanggung beban tanggungan orang lain, dapatlah dipahamkan, memberikan hadiah pahala bacaan al-Faatihah atau surah Yaasiin dan sebagainya untuk orang yang telah mati, menjadi percuma, tidak ada gunanya. Apalagi Salafush Shalihin pun tidak pula meninggalkan contoh yang dapat ditiru dalam amalan seperti ini. Sekarang kebiasaan tambahan itu telah merata di mana-mana. Dan kalau dicari dari mana asal mulanya menurut ilmiah, sebagaimana tuntutan kepada orang Quraisy tentang binatang larangan dan ladang larangan pada ayat 143 dan 144 di atas tadi, akan payah pula orang mencari dasarnya. Sunnah dan teladan dari Rasulullah saw. hanyalah mendoakan kepada Allah, semoga Muslimin dan Muslimat, yang hidup atau yang mati diberi rahmat, karunia dan kelapangan oleh Allah. Berdoa demikian memang berpahala dan pahalanya itu adalah untuk yang berdoa. Adapun doa itu dikabulkan atau tidak oleh Allah, terserah kepada Allah sendiri. Ini sangat jauh bedanya dengan membaca surah Yaasiin, lalu dapat pahala dan pahala itu dikirim kepada si mati, untuknya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TOLONG VIRALKAN VIDEO INI! MARI SELAMATKAN NKRI DARI MONSTER2 AGAMA!!

youtube.com/watch?v=NmDiyiwuIik

BIAYA TAHLILAN DI DAERAH SAYA MENCECAH 40 JUTA USTADZ!!! (USTADZ DR SYAFIQ RIZA BASALAMAH)

youtube.com/watch?v=sCAAaWLis4E

Milenial Dijajah Radikal, Pengamat: Virus Ideologi Mengerikan | tvOne

youtube.com/watch?v=4wXRg6sLffo

GERAKAN WAHABI DI INDONESIA

Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri. Pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan Syarif di Mekah. Ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku untuk mengkafirkan Wahabi.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

MENUHANKAN GURU

"... Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan itu." (at-Taubah: 31).

Ar-Razi ketika menafsirkan ayat ini di dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib telah membahas penyakit mempertuhan guru dan pendeta yang terdapat dalam Yahudi dan Nasrani itu jadi perbandingan kepada keadaan umat Islam di zaman itu. Ar-Razi berkata bahwa guru beliau pernah mengatakan kepadanya bahwa beliau menyaksikan suatu golongan dari fuqaha yang ber-taqlid itu, ketika aku bacakan kepada mereka ayat-ayat yang banyak dari kitab Allah dari beberapa masalah, padahal madzhab mereka berlain dari yang tersebut dalam ayat itu, maka tidaklah mereka mau menerima keterangan dari ayat-ayat itu dan tidak mereka mau memedulikannya, bahkan mereka memandang kepada ayat itu tercengang-cengang. Yaitu, mereka berpikir, bagaimana mungkin beramal menurut maksud ayat, padahal riwayat dari ulama-ulama ikutan kita berbeda dengan itu? Maka kalau engkau renungkan dengan sungguh-sungguh, akan engkau ketahuilah bahwa penyakit ini sudah sangat menular dalam kalangan ahli dunia.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Fenomena Salah Jurusan, Salah Siapa? | TirtoID

youtube.com/watch?v=nyNyXia2kig

GELAP SESUDAH TERANG

Kalau dia orang Islam, dia telah banyak mengenal Al-Qur'an dan telah tahu memperbedakan mana hadits yang shahih, mana yang dhaif dan mana yang maudhu' (palsu). Pendeknya, dia sudah terhitung ahli dalam ayat Allah. Akan tetapi, rupanya, semata-mata mengenal ayat-ayat Allah saja, kalau tidak pandai mengendalikan hawa nafsu maka pengetahuannya tentang ayat-ayat Allah itu satu waktu bisa tidak memberi faedah apa-apa, bahkan dia terlepas daripada ayat-ayat itu, tanggal atau ungkai atau copot dirinya dari ayat itu. Nabi disuruh menceritakan keadaan orang yang telah mengerti ayat-ayat Allah, fasih menyebut, tahu hukum halal dan hukum haram, tahu fiqih dan tahu tafsir, tetapi agama itu tidak ada dalam dirinya lagi. Allahu Akbar! Sebab akhlaknya telah rusak.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DIANGGAP BID'AH MISKIN KITA

youtube.com/watch?v=erkuayHoCcQ

BEDUK

HADRATISY-SYAIKH Kiyai Haji Hasyim Asy'ari adalah neneknya Nahdlatul Ulama. Syaikh Hasyim Asy'ari menyatakan fahamnya bahwa memukul Beduk memanggil orang sembahyang adalah menyerupai naqus (lonceng) orang Kristen, sebab itu maka Bid'ah dhalalah hukumnya.

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Penerbit Galata Media, Cet.I, 2018).

SALUT!! Untuk Pertama Kalinya, Polwan Arab Saudi Awasi Umrah Selama Ramadan | religiOne

youtube.com/watch?v=EdgBWO4Z7Nw

"TIDAK DIMENGERTI OLEH HAMKA"

Setiap orang muslimin mengetahui bagaimana kerasnya hijab pada kota-kota tanah Arab. Perempuannya sangat disembunyikan. Sampai sekarang di Mekah, Madinah, Riyadh, Damman, Haa'il masih begitu. Perempuannya tidak kelihatan sama sekali.

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Republika Penerbit, Cet.I, 2017).

KEMELUT DI HIJAZ

Setahun setelah Hijaz diduduki Ibnu Sa'ud, ketika melaksanakan haji, Kerajaan Mesir mengirimkan pakaian Ka'bah itu (kiswah) sebagaimana biasa. Dengan tentara yang beralat senjata lengkap, mereka masuk ke Mekah, mereka naik ke Mina dan Arafah. Dari bermula Ibnu Sa'ud telah meminta supaya senjata itu jangan dipakai, tetapi angkatan pembawa selubung itu tetap bersenjata juga. Ketika sampai di Mina, bertemulah dengan tentara ikhwan, tentara pilihan Ibnu Sa'ud yang sangat fanatik. Arak-arakan dari Mesir itu mereka pandang Bid'ah. Mereka tegur dengan keras. Nyaris saja terjadi perkelahian. Tentara Mesir melepaskan tembakan, berpuluh mayat tergelimpang. Syukurlah, Ibnu Sa'ud dapat lekas mencegahnya.

TIGA ULAMA PULANG DARI MEKAH

Perempuan mesti menutup rambutnya karena rambut adalah aurat. Pada setiap halaman rumah, mesti ada batu hampar untuk tempat membasuh kaki bila hendak sembahyang, dan beberapa peraturan yang lain. Tuanku nan Renceh pernah menghukum bunuh "amainya" sendiri, yaitu saudara kandung ibunya, karena lalai mematuhi peraturan.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

TAPIAN KATO: KONSEPSI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

youtube.com/watch?v=5ITu34TBrqU

"Sahabatnya, Buya Zainal Abidin Syu'aib, yang kami panggil Buya Zas, kerap datang dari Padang, singgah dan makan di rumah. Mereka membicarakan keadaan negeri asal mereka Minangkabau, tentang ulama-ulama yang sudah makin menipis, pergaulan pemuda-pemudi yang sudah sangat bebas, adat yang tak dihiraukan lagi dan berita-berita kejahatan yang memenuhi koran-koran setiap hari. Cerita-cerita sambil lalu itu pun bisa membuat Ayah menitikkan air mata."

-Rusydi Hamka-

Ramadhan Buya Hamka di Penjara Sukabumi

Generasi muda saat ini tentunya sangat berhutang budi kepada Buya Hamka, jika boleh memilih bisa saja beliau memilih jalan hidup penuh kenikmatan bermanja-manja dengan berbagai fasilitas yang diberikan negara. Namun beliau tidak ambil jalan itu, beliau lebih memilih jalan perjuangan dan merelakan kebahagiaan pribadinya untuk generasi selanjutnya supaya tidak hidup menderita sebagaimana yang dialaminya. Sudah saatnya generasi muda saat ini membayar hutang budi kepada Buya Hamka, dengan mengenalkan Buya Hamka kepada dunia dan generasi kita. 

voa-islam.com/read/world-analysis/2021/05/01/76591/ramadhan-buya-hamka-di-penjara-sukabumi

MENGENANG BUYA HAMKA, APA BEDANYA KITA DENGAN KAUM MUSYRIKIN, JIKA BERIBADAH TIDAK MENGIKUTI NABI SAW?

youtube.com/watch?v=0hJQcFRad6o

Gempa Besar dan Tsunami 20 Meter, BMKG: Berpotensi Hampir di Seluruh Indonesia

nasional.okezone.com/read/2020/09/25/337/2283654/gempa-besar-dan-tsunami-20-meter-bmkg-berpotensi-hampir-di-seluruh-indonesia

MENDUSTAI DIRI SENDIRI

"Mereka itulah orang-orang yang mengutuk Allah akan mereka. Dan barangsiapa dikutuk oleh Allah, maka sekali-kali tidaklah akan engkau dapati pembantu baginya." (an-Nisaa': 52).

Hal-hal yang sama sekali ditolak oleh agama sehingga timbul Bid'ah, Khurafat, Tahayul.

KEKAL DALAM NERAKA

"Katakanlah, '... sesuatu yang tidak Dia turunkan keterangannya dan bahwa kamu katakan atas (nama) Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui.'" (al-A'raaf: 33).

Ujung ayat ini pun adalah peringatan keras kepada kita agar dalam hal yang mengenai agama, kita jangan berani-berani saja membicarakannya kalau pengetahuan kita belum dapat menguasai persoalan itu. Dan sekali-kali jangan lancang membantah, kalau bantahan kita hanya semata-mata sangka-sangka. Mengikuti saja pikiran sendiri dengan tidak ditujukan terlebih dahulu kepada firman Allah dan Sunnah Rasul, adalah puncak segala dosa.

"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?" (al-A'raaf: 37).

Keduanya ini adalah puncak-puncak kezaliman yang tidak dapat dimaafkan.

Artinya, bermacam-macam sikap dan perbuatan aniaya diperbuat manusia di dalam bumi ini, tetapi puncak yang di atas sekali dari keaniayaan itu ialah membuat-buat atau mengarang-ngarangkan kedustaan atas nama Allah. Ini bertali dengan ujung ayat 33, yaitu berbicara di atas nama Allah barang yang tidak ada pengetahuan mereka padanya.

Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri.

"... tidaklah akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidaklah mereka akan masuk ke dalam surga sehingga menyelusuplah seekor unta ke dalam lubang jarum ... Untuk mereka dari Jahannam adalah satu tempat yang sangat rendah dan di atas mereka ada beberapa penutup. Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim." (al-A'raaf: 40-41).

Disini terdapat dua keputusan. Pertama, pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Kedua, tidak mungkin mereka masuk surga. Menurut Tafsir Ibnu Abbas, tidak ada amalan mereka yang diterima Allah. Dan dalam penafsiran yang lain Ibnu Abbas berkata, tidak terbuka pintu langit buat menerima amal mereka dan doa mereka. Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi oleh Ibnu Abbas bahwa pintu langit tidak dibuka buat menerima ruh mereka setelah mereka mati. Suatu riwayat dari Ibnu Juraij mengumpulkan keduanya, amal tidak diterima dan ruh pun ditolak naik ke langit. Untuk menjadi peringatan bagi manusia agar jangan mereka sangka mudah-mudah saja masuk surga, setelah pokok kepercayaan kepada Allah itu yang telah dirusakkan dan puncak kezaliman yang telah ditempuh.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Sebut dan Fitnah Kebiasaan Salafy Sama Dengan Yahudi, Begini Nasehat dan Do'a Untuk Arrazy Hasyim

youtube.com/watch?v=HzB9V4IR7rs

TAJDID DAN MUJADID 2

Modernisasi semacam Attaturk itulah yang selalu dibanggakan dan dianjurkan oleh mendiang Soekarno dalam surat-suratnya dari Ende kepada A. Hassan Bandung, dicela dan dicemoohnya orang Arab yang matanya memakai celak dan memakai serban. Ketika di Bengkulu seorang temannya dicela, yang Muhammadiyah, karena ketika bertandang ke rumah teman itu, istri temannya itu tidak turut keluar, melainkan "bersembunyi" di belakang. Ketika di Bengkulu, tabir yang memisahkan di antara laki-laki dan perempuan dihantam, Majelis Tarjih Muhammadiyah memutuskan lebih baik pakai batas tabir guna menjaga fitnah.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

PERTUKARAN PIKIRAN YANG DAHSYAT DI ANTARA ULAMA MUHAMMADIYAH

Tahun 1930 terjadi pertukaran pikiran yang dahsyat di antara ulama Muhammadiyah KH. Mas Mansur dan guru dan ayah saya, Syekh Dr. Abdul Karim Amrullah, dalam soal perempuan berpidato di hadapan majelis umum yang dihadiri oleh banyak kaum laki-laki. KH. Mas Mansur mengakui bahwa memang bisa timbul mudharat bagi laki-laki bila melihat perempuan naik mimbar (bukan isi pembicaraan perempuan itu yang didengarnya, tetapi kecantikan wajah perempuan itu yang diperhatikannya). Akhirnya pidato itu ditiadakan.

JANGAN MENDEKATI ZINA

Termasuk juga larangan bepergian jauh perempuan (musafir) tidak diantar oleh suaminya atau mahram-nya. Orang-orang modern kerap mencemoohkan orang-orang yang mempertahankan hukum agama ini. Katanya, perempuan-perempuan terpelajar tidak usah dikungkung dengan segala haram itu. Padahal, terpelajar atau tidak terpelajar namun asal bernama perempuan, dia tetap mempunyai syahwat seks.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Abang Tentera Tanya Tentang Ritual Tahlil 3,7,40 Hari ~ Dr MAZA Menjawab

youtube.com/watch?v=QPdxg8j9b1c

MUHAMMAD SALEH

Kenduri di rumah orang kematian, haram. Talkin mayat, Bid'ah.

(Buya HAMKA, KENANG-KENANGAN HIDUP, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

Demam 'Hantu Wahabi', Jangan Baca Buku Hamka, Kata Mufti Perlis

suara.tv/20/04/2020/demam-hantu-wahabi-jangan-baca-buku-hamka-kata-mufti-perlis

Jadi Da'i Jangan Lembek | Ustadz Zainal Abidin Bin Syamsudin

youtube.com/watch?v=HRetZn5vJHs

AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

Lawannya ialah Syi'ah atau Khawarij atau Mu'tazilah! Maka pertikaian di antara Ahlus Sunnah dengan Syi'ah dan Khawarij dan Mu'tazilah itu bukanlah dalam soal furu', tetapi dalam beberapa pokok aqidah (kepercayaan).

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Penerbit Galata Media, Cet. I, 2018).

AL-IMAM

Al-Imam adalah musuh yang sangat bengis bagi sekalian Bid'ah, Khurafat, ikut-ikutan dan adat yang dimasukkan dalam agama.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

Beragama Jangan Ikut-Ikutan Tanpa Dalil (Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas)

youtube.com/watch?v=KdO4TyJHLqg

YANG PALING JAHAT

"Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang merayap di sisi Allah ..." (al-Anfaal: 55-58).

Orang-orang memungkiri janji sudah dianggap sebagai binatang yang merangkak di bumi, tidak ada harga mereka lagi. Maka, kalau mereka bertemu di medan perang, hendaklah gempur habis sampai hancur, jangan lagi diberi hati. Mereka wajib disapu bersih sehingga tidak bangkit lagi. Agar keturunan-keturunan mereka atau orang lain sekalipun dapat mengambil contoh bahwa kaum Muslimin tidak boleh dipermainkan dalam hal janji. Sikap keras ini adalah suatu hal yang perlu bagi menegakkan kewibawaan Daulah Islamiyah. Dan, jangan mereka anggap bahwa soal janji adalah soal yang bisa dipermain-mainkan.

TERLALU JAHAT

"... untuk mereka adalah adzab yang pedih." (al-Baqarah: 174).

Dalam ayat ini diperingatkan lagi satu macam penghasilan yang akan dimakan, yang terlalu jahat, yaitu sengaja menyembunyikan kebenaran Kitab atau memutar-mutar artinya kepada yang lain karena mengharapkan harga yang sedikit. Maka, harga usaha mereka memutar-mutar isi Kitab yang boleh dikatakan telah menjadi mata pencarian untuk makan baginya, adalah sebagaimana menyalakan api neraka dalam perutnya.

JANJI AHLI-AHLI PENGETAHUAN

"... Alangkah jahat tukaran yang mereka terima itu." (Aali 'Imraan: 187).

Teringatlah kita bila merenungkan ujung ayat ini kepada perkataan tabi'in yang besar, yaitu Qatadah. Beliau berkata, "Inilah perjanjian yang telah diambil Allah dengan ahli-ahli ilmu. Maka, barangsiapa mengetahui sesuatu ilmu, hendaklah diajarkannya kepada manusia. Sekali-kali jangan disembunyikannya ilmu itu, karena menyembunyikan ilmu adalah suatu kebinasaan."

KUTUK ALLAH

Orang jadi ketakutan selalu, takut dirampok, takut garong dan takut serangan dari luar. Yang kuat menganiaya yang lemah sehingga tempat berlindung tak ada lagi. Mungkin dalam negeri itu ada juga orang baik-baik, namun mereka telah terbawa rendang dan menjadi korban dari kesalahan orang-orang yang berbuat durjana.

BENCANA ALAM (KARENA ADA DOSA-DOSA YANG SUDAH SANGAT MEMUNCAK)

Bencana-bencana alam menurut pandangan iman, harus ditanggulangi dari dua jurusan. Jurusan lahir dengan memperbaiki mana yang rusak, mencegah banjir, memelihara hutan jangan terbakar, memperkukuh dan membendung tepi pantai, jangan sampai diruntuhkan ombak. Yang kedua adalah lebih penting, yaitu mendekati Allah, jangan mempersendaguraukan tentang soal-soal ketuhanan karena kunci-kunci rahasia alam ini adalah terpegang di dalam tangan-Nya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Viral! Pondok Pesantren Kitab Kuning Dan Nabi Muhammad Dihina | Gus Ahong

youtube.com/watch?v=C6e1RAwqIZM

"Orang yang kurang ajar kepada Nabinya umat Islam ini bukanlah dengan tanya dan jawab demikian harus diselesaikan. Menyelesaikannya hanyalah dengan ini!" Lalu disentaknya pisau belatinya, ditancapkannya ke punggung pesakitan itu, ditekannya kuat-kuat sampai tembus ke bagian muka dan ditariknya ke bawah. "Begini...", katanya dengan tenang. Semua anggota mahkamah terkejut, si pesakitan telah tersungkur meregang badan, lalu mati, darah berbuih, ususnya terburai. Ketua mahkamah hendak lari keluar. Ulama-ulama yang hadir terbingung-bingung. Lalu dengan tenangnya Abdul Qayum berkata, "Paduka tuan Hakim tidak perlu lari. Saya tidak gila, dan saya tidak akan berbuat kepada tuan seperti itu, kalau tuan tidak menghina Nabi kami seperti dia pula." Barulah polisi-polisi penjaga sadar akan dirinya. Mereka pun mendekati Abdul Qayum dan kebetulan polisi-polisi ada yang orang Islam. Abdul Qayum berkata dengan tenangnya, "Janganlah tergesa dan gugup menangkap saya, saya tidak akan lari. Tugas saya membela Nabi saya sudah selesai, inilah saya, tangkaplah dan tahanlah, dan inilah pisau belati itu." Abdul Qayum dimasukkan ke dalam tahanan, wajahnya jernih berseri selama ditahan. Satu mahkamah lagi bersidang dan Abdul Qayum dihukum mati.

Kita salinkan kisah nyata ini, bukanlah dengan maksud supaya umat Islam Indonesia mengacau keamanan. Maksud kita hanya menyerukan kepada pemeluk agama lain atau kaum yang mengejek agama supaya dapat menjaga ketenteraman kita bernegara, dengan tidak mengadakan sikap dan tingkah laku yang dapat menimbulkan cara yang diambil oleh al-Ghazali Abdul Qayum itu.

-Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar-

Megawati mengatakan sejarah bangsa harus diterangkan kembali dengan utuh kepada generasi muda. Ia mengatakan referensi sejarah tersebut tersedia di Arsip Nasional Republik Indonesia. "Datangkan sejarawan untuk menceritakan hal ini," kata Megawati.

nasional.tempo.co/read/1404068/megawati-heran-anak-muda-senang-berorientasi-pada-amerika

CAHAYA BARU

Yaitu 12 abad setelah tiadanya Nabi saw. dengan lahirnya Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab, guru besar ajaran Wahabi yang masyhur. "Kembali pada ajaran Rasul saw. yang asli", adalah dasar pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik sedikit juga ke sanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia dan akhirat.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MUNAFIK

Orang munafik adalah orang yang sangat lemah. Pengalaman yang saya rasakan pada zaman perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sangatlah hebat. Sesudah agresi militer Belanda kedua, saya mendapat kesan bagaimana menderitanya jiwa orang-orang yang lemah itu. Pada waktu daun timbangan Belanda masih di atas, mereka berpihak kepada Belanda dan membusungkan dada sambil mencemooh bangsa sendiri, mencela dan membongkar segala keburukannya, lalu berkata, "Mana bisa merdeka!" Namun, setelah daun timbangan Republik naik pula, mereka bertukar haluan dan berkata, "Saya sebenarnya Republikein (1) juga! Tetapi karena perut lapar, saya terpaksa bekerja untuk Belanda. Namun, hati saya tetap ingin merdeka!"

(1) Golongan yang konsekuen mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

(Buya HAMKA, Bohong Di Dunia, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

MEMPERSEKUTUKAN (MENGADAKAN TANDINGAN-TANDINGAN)

Dalam Islam, sekarang bisa juga datang keruntuhan agama seperti yang menimpa umat-umat yang dahulu. Kerusakan agama umat yang dahulu ialah karena aturan agama sudah sangat dicampuri oleh kepala-kepala agama, oleh pendeta, uskup, rabbi dan sebagainya. Pemuka-pemuka agama itu yang menentukan halal-haram, menambah-nambah agama, sehingga hilang yang asli dibungkus oleh tambahan.

BERJIWA BESAR

Aku sendiri boleh engkau maki-maki, aku tidak akan marah. Tetapi kalau agama Allah yang engkau singgung, engkau akan mendapat bagianmu yang setimpal!

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

CEMBURU KARENA AGAMA

"Sangat awaslah kalau harta bendanya tersinggung, tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena musibah." Itu adalah syair warisan Sayyidina Ali, ejekan kepada orang yang telah luntur rasa ghirah agamanya.

GHIRAH

Jika ghirah telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan tiga lapis. Sebab, kehilangan ghirah sama dengan mati!

(Buya HAMKA, GHIRAH: Cemburu Karena Allah, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

GHURABAA

Saya salinkan ke dalam bahasa kita apa yang ditulis oleh Ibnul Qayyim ini dalam Madarijus Salikin tentang ghurabaa ini. "Muslim sejati di kalangan manusia adalah asing. Mukmin di kalangan orang Islam adalah asing, ahli ilmu sejati di kalangan orang beriman adalah asing, Ahli Sunnah yang membedakannya dengan ahli dakwah nafsu dan Bid'ah di kalangan mereka adalah asing dan ahli-ahli dakwah yang membawa orang kejurusan itu dan orang yang selalu disakitkan oleh orang yang tidak senang, pun adalah sangat asing. Namun, orang-orang itu semuanya adalah Wali Allah yang sebenarnya, sebab itu mereka tidak asing. Mereka hanya asing dalam pandangan orang kebanyakan ini."

"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik membencinya." (ash-Shaff: 9).

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

TIDAK MENEGUR

Kamu dan yang kamu sembah itu, baik kayu atau batu, apatah lagi sesama manusia, kalau sesama manusia itu menganjurkan supaya dirinya disembah seperti menyembah Allah. Atau dia orang, tidak menegur ketika manusia telah menuhankannya atau mendewa-dewakannya. Si penyembah dan yang disembah akan sama-sama jadi penyala api neraka Jahannam.

KEKAL DI NERAKA JAHANNAM

Ibnu Mas'ud berkata, "Orang yang diadzab kekal di Neraka Jahannam itu dimasukkan ke dalam peti dari api. Peti itu dalam peti lagi, hingga berlapis, lalu dipaku di luarnya, sehingga suatu pun tidak ada yang mendengar. Dan siapa-siapa yang telah dimasukkan ke dalam peti berlapis itu tidaklah melihat orang lain yang sama diadzab, sebab ia di dalam peti sendiri-sendiri."

"... Mereka itu daripadanya akan dijauhkan." (al-Anbiyaa': 101).

Berkata Ibnu Abbas, "Itulah orang-orang yang telah diangkat menjadi wali-wali Allah, yang mereka lalu saja di atas titian shirath secepat kilat ..."

MEMPERTAHANKAN AQIDAH

"Apakah mengira manusia bahwa mereka akan dibiarkan berkata, 'Kami telah beriman', padahal mereka masih belum diuji lagi?" (al-'Ankabuut: 2).

Si Mukmin tahu benar bahwa adat-istiadat itu bukan berasal dari Islam. Ujian pun datang! Kalau ditegur, orang pun marah. Tidak ditegur, Allah yang marah!

Kalau dia berdiam diri, tidak berjuang melawan rasa takut, dia akan terbenam dan imannya akan terancam hilang. Tetapi kalau dia berani menghadapi segala kemungkinan, belum tentu dia akan binasa. Dan kalau binasa juga, misalnya dia mati, maka matinya adalah mati syahid. Mati yang semulia-mulianya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

WIBAWA DAKWAH BUYA HAMKA

Tepat hari ini, 109 tahun silam, Hamka dilahirkan. Ia seakan hadir ditakdirkan untuk menjadi sosok berwibawa di hadapan penguasa. Bahwa berdakwah yang benar bukan menuruti selera penguasa sebagaimana bunyi gendang begitu gerak tari, dan bukan pula didasarkan pada keterampilan merias kata-kata, kecermatan menjual agama, dan seni memperkosa ayat suci dan sabda Nabi, bukan! Melainkan justru meneguhkan prinsip, menyuarakan kebenaran dan keadilan secara merdeka, serta berakhlak mulia. Kita amat sangat membutuhkan banyak sosok seperti Hamka hadir saat ini. Sosok yang berwawasan luas, merdeka dan tegas menyatakan kebenaran di hadapan penguasa, teguh memegang prinsip, berakhlak mulia, dan berwibawa. Semoga segera muncul Hamka-Hamka baru!

islampos.com/wibawa-dakwah-buya-hamka-113580

PKI, Hantu atau Nyata? - ILC tvOne

youtube.com/watch?v=GeKaIHhQn3E

GERAKAN WAHABI DI INDONESIA

Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentimen umat Islam dengan membangkit-bangkit nama Wahabi.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

Doa Al-fatihah dan Yasin, sampaikah ke orang yang sudah meninggal? - Ustadz Abdul Somad Lc MA

youtube.com/watch?v=gMWi9M0Z6pA

BAHAYA BICARA AGAMA TANPA ILMU

1. Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.

Katakanlah: "... dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)" (Al-A'raf: 33)

Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: "Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi ..."

10. Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.

Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169)

muslim.or.id/6442-bahaya-bicara-agama-tanpa-ilmu.html

BINATANG TERNAK

Ada lagi orang yang telah dipengaruhi Setan dalam lain bentuk, yaitu dirayu Setan supaya tetap memegang pendirian yang salah. Karena perdayaan Setan juga, "Mereka berkata, 'Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek moyang kami!'" Benar ataupun salah adalah nenek moyang kami. Kami akan mempertahankan pusaka mereka, yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Jawaban begini menunjukkan bahwa pikiran tidak berjalan beres lagi atau berkeras mempertahankan adat lama pusaka usang. Bukan akal lagi yang berkuasa, melainkan hawa nafsu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DUKUN

Pembacaan surah Yasin untuk orang yang telah meninggal pun tidak ada ajaran yang sah dari Nabi. Setelah nenek-moyang kita memeluk agama Islam, belumlah hilang sama sekali kepercayaan animisme itu, sehingga berkumpul-kumpullah orang di rumah orang kematian pada hari-hari yang tersebut itu, sebagai warisan zaman purbakala, cuma diganti mantra-mantra cara lama dengan membaca Al-Qur'an, terutama surah Yasin.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Kenapa Orang Komunis Masih Shalat? Ini Jawaban Buya Hamka

"Tegasnya, Tuhan bagi paham komunis adalah suatu yang ditentukan oleh perut belaka," tulis Buya Hamka.

republika.co.id/berita/q5er13430/kenapa-orang-komunis-masih-shalat-ini-jawaban-buya-hamka

Kisah 7 Kaum Muda Wahabi Tobat di Hadapan Ulama Mekkah

alif.id/read/ahmad-ginanjar/kisah-7-kaum-muda-wahabi-tobat-di-hadapan-ulama-mekkah

Ustaz A Somad, Harmonisasi Bali dan Kebangkitan Umat Bali

Gayanya mengingatkan pada dua ulama besar yang dimiliki bangsa ini: Buya Hamka dan KH Zainuddin MZ. Mirip seperti Buya, dengan keluasan ilmu, cara memandang perbedaan dan logat Melayunya yang amat kenal.

Yap. Dengan penghakiman bidah, sesat, kafir: telah menghasilkan perpecahan umat yang makin mengerikan. Tak percaya? Sila jalan-jalan keliling pedesaan, pegunungan, pedalaman di sejumlah daerah di Indonesia. Dan muncullah Ustaz Abdul Somad. Gaya dakwahnya begitu jenaka, tapi amat mengena. Mendobrak doktrin-doktrin kelompok yang merasa paling nyunnah sejagat semesta. Ustaz Abdul Somad pun makin digandrungi. Ia mampu menyatukan seluruh elemen. Mampu pula mematahkan argumen kelompok penuding bidah, sesat, kafir.

republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/12/12/p0umym396-ustaz-a-somad-harmonisasi-bali-dan-kebangkitan-umat-bali

MENGHORMATI KEMERDEKAAN BERPENDAPAT

Hal ini telah diderita oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, yang dituduh kafir lantaran tidak mengakui adanya syafaat wali-wali keramat.

Di tanah air kita Indonesia ini, di masa penjajahan, kemerdekaan menyatakan pendapat dianggap berbahaya, apalagi bilamana rasa sayang dan benci (sentimen) orang awam dikobar-kobarkan pula, sehingga dengan mudah seseorang dituduh kafir atau sesat, kalau pendapatnya itu berlainan bunyinya jika dibandingkan dengan yang terbiasa dipakai.

(Buya HAMKA, LEMBAGA HIDUP: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Republika Penerbit, 2015).

TAUHID YANG SEJATI

Seluruh Alam Minangkabau menerima gerakan Wahabi dengan tidak perlu menukar mazhab, Tuanku Nan Tuo, Syaikhul Masyaikh (Guru dari sekalian Guru) cukup disiarkan tidak dengan kekerasan dan ada yang menyusun kekuatan memberantas segala Bid'ah dan Khurafat adat jahiliyah. Kalau perlu dengan Pedang!

Maka pecahlah Wahabi sama Wahabi, putih sama putih.

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Republika Penerbit, Cet.I, 2017).

MADZHAB ASY'ARI

Madzhab yang dikatakan dekat kepada Sunnah adalah Madzhab Asy'ari. Madzhab Asy'ari dalam hal tidak mempergunakan pertimbangannya sendiri. Madzhab yang di-nya saja yang berlain sedikit. Di seluruh alam sekarang ini berdirilah sekolah-sekolah tinggi. Orang berpikir bertambah maju. Soal-soal dikupas orang dengan sistem pikiran yang teratur dan pada pihak kaum Muslimin masih ada yang bersitegang urat leher mempertahankan taklid.

Kalau taklid itu kepada Allah SWT dan Rasulullah saw., itulah yang kita kehendaki!

Akan tetapi, yang dikatakan taklid oleh mereka ialah kepada golongan yang dikatakan ulama telah menafsirkan dari tafsirnya tafsir. Oleh sebab itu, yang dikatakan ulama atau kiai ialah yang sanggup mengahafal perkataan orang lain dan tidak sanggup mempergunakan pikirannya sendiri. Barangsiapa yang mencoba mempertimbangkan suatu soal dengan mencoba menggunakan pikirannya sendiri, dapatlah cap dan tuduhan Muktazilah. Kadang-kadang dipergunakan tuduhan ini untuk mencapai kemenangan politik jangka pendek. Lantaran ini, tidaklah heran jika pada masa terakhir, orang lain telah sangat maju mempelajari agama Islam dengan sistem berpikir yang bebas, yang kadang-kadang tidak menguntungkan Islam. Akan tetapi orang Islam, karena ikatan taklid kepada tukang tafsirkan tafsir dari tafsirnya tafsir, tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolak hujjah dengan hujjah sebab tidak mempunyai alat.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM, Hal. 418-423, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

BINATANG TERNAK

Islam menyerukan supaya terlepas dari waham, syak, dari ikatan was-was. Manusia diciptakan Tuhan bukan buat menjadi Pak Turut, sebab Pak Turut itu ialah binatang ternak. Islam pun memalingkan hati dari persangkaan yang berlebihan atas nenek-moyang, menyangka bahwa segala yang dari nenek-moyang itu benar semuanya, sehingga tak mau mengubah dengan yang lebih disetujui akal. Islam dengan keras mengritik orang yang berkata, "Demikian yang kami terima dari nenek-moyang kami!" Dalam Al-Qur'an perkataan yang demikian dijawab dengan kritik keras, "Bagaimana kalau nenek-moyangnya itu tidak berakal dan tidak beroleh petunjuk?"

(Buya HAMKA, TASAWUF MODERN: Bahagia itu Dekat dengan Kita; Ada di dalam Diri Kita, Hal. 124-125, Republika Penerbit, Cet.3, 2015).

SURAH AL-KAAFIRUUN (ORANG-ORANG KAFIR)

Soal aqidah, di antara Tauhid mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampuradukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik.

TEGUHKAN PRIBADIMU

"... Orang-orang kafirlah yang membuat-buat atas nama Allah akan kedustaan. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak berakal. Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah kepada apa yang diturunkan oleh Allah dan kepada Rasul.' Mereka pun menjawab, 'Cukuplah bagi kami apa-apa yang telah kami dapati atasnya bapak-bapak kami.' Apakah walaupun bapak-bapak mereka itu tidak mengetahui sesuatu dan tidak dapat petunjuk?" (al-Maa'idah: 103-104).

Sumber agama, sebagai yang diserukan pada ayat ini sudah tegas sekali, yaitu peraturan dari Allah dan Rasul. Di luar itu, Bid'ah namanya. Segala perbuatan Bid'ah itu nyatalah tidak bersumber dari pengetahuan dan tidak dari petunjuk (hidayah Ilahi).

Dalam kalangan kita kaum Muslimin yang telah jauh jarak zamannya dengan Nabi, bisa saja timbul aturan yang tidak-tidak, yang tak masuk akal, tidak dari Al-Qur'an dan tidak dari Sunnah Rasul. Namun, kalau ditegur mereka marah dan bersitegang urat-leher mengatakan bahwa begitulah yang diterima dari nenek moyang. Inilah yang bernama taqlid, yaitu memikul saja, menyandang saja apa yang diterima dengan tidak memakai pikiran.

Golongan adat ini tidak semata-mata zaman sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi rasul, tetapi segala penyelewengan dari garis agama yang benar lalu dikatakan bahwa itu pun agama, termasuklah dalam jahiliyyah.

BINATANG TERNAK

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutlah apa yang diturunkan Allah!' Mereka katakan, 'Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek moyang kami.' Bagaimana kalau keadaan nenek moyang mereka itu tidak mengerti suatu apa pun dan tidak mendapat petunjuk? Dan perumpamaan orang-orang yang tidak mau percaya itu ialah seumpama orang yang mengimbau kepada barang (29) yang tidak mendengar kecuali panggilan dan seruan, tuli, bisu, buta. Oleh sebab itu, tidaklah mereka berakal." (al-Baqarah: 170-171).

(29) Yakni: Binatang.

Ada lagi orang yang telah dipengaruhi Setan dalam lain bentuk, yaitu dirayu Setan supaya tetap memegang pendirian yang salah.

Karena perdayaan Setan juga, "Mereka berkata, 'Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek moyang kami!'" Benar ataupun salah adalah nenek moyang kami. Kami akan mempertahankan pusaka mereka, yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Jawaban begini menunjukkan bahwa pikiran tidak berjalan beres lagi atau berkeras mempertahankan adat lama pusaka usang. Bukan akal lagi yang berkuasa, melainkan hawa nafsu.

Dimisalkan di sini laksana orang yang mengimbau, ialah bila gembala menggembalakan binatang-binatang ternaknya. Kerja binatang-binatang itu hanya makan, memamah biak. Sedang memakan rumput, mulutnya mengunyah, walaupun tidak sedang memakan rumput, mulutnya tetap mengunyah juga. Walaupun dia dihalau ke mana saja, tidaklah dia peduli. Yang penting baginya ialah mengunyah. Mudharat atau manfaat tidak ada dalam perhitungan mereka, sebab mereka telah terbiasa digembala orang. Walaupun sudah datang waktu buat meninggalkan tempat itu, mereka tidak akan beranjak kalau tidak dihalau. Maka, orang-orang yang menjadi Pak Turut atau yang disebut muqallid samalah dengan binatang di padang penggembalaan itu. Tidak ada kegiatan dari diri mereka sendiri. Tidak ada yang diharapkan dari pendengaran atau suara atau penglihatan mereka. Matanya tidak bersinar selain dari sinar kebodohan, sinar yang kosong dari isi. Ingatlah lembu yang telah dihalau ke pembantaian akan dipotong. Walaupun telah bergelimpangan bangkai temannya karena disembelih, tetapi yang masih tinggal sepak-menyepak dan tanduk-menanduk juga sesama mereka. Ini karena tidak mereka ketahui bahwa yang mereka hadapi adalah penyembelih mereka juga. Mereka tidak sempat berpikir bahwa giliran akan tiba juga pada mereka. Bukanlah setiap yang didengar atau diterima dari nenek moyang langsung dilulur saja. Orang yang telah sanggup berpikir tentang alam, janganlah sampai menjadi Pak Turut dalam soal-soal kepercayaan dan pendirian.

IMAN, HIJRAH DAN JIHAD

Hijrah itu habis sendirinya bila Mekah sudah dapat dibebaskan dari kekuasaan orang-orang yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri, dengan membelokkan ajaran Allah dari aslinya.

MENUHANKAN GURU

"Telah mereka ambil guru-guru mereka dan pendeta-pendeta mereka menjadi Tuhan-Tuhan selain Allah ... Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan itu." (at-Taubah: 31).

Termasuk juga dalam rangka ini, yaitu menganggap ada kekuasaan lain di dalam menentukan ibadah selain daripada kekuasaan Allah, ialah menambah-nambah ibadah atau wirid, doa dan bacaan pada waktu-waktu tertentu yang tidak berasal dari ajaran Allah dan Rasul saw. Ibadah tidak boleh ditambah dari yang diajarkan Rasul saw. dan tidak boleh dikurangi. Menambah atau mengurangi, memaksa-maksa dan berlebih-lebihan dalam ibadah adalah ghuluw. Dan, ghuluw adalah tercela dalam syari'at. Sama pendapat (ijma) sekalian ulama mencela perbuatan itu. Inilah dia Bid'ah!

MUNAFIK

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Kemarilah, kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul!' Engkau lihatlah orang-orang yang munafik itu berpaling dari engkau sebenar-benar berpaling." (an-Nisaa': 61).

Di ayat 59 sudah diserukan, jika terjadi pertikaian pikiran, pulangkanlah kepada Allah dan Rasul, niscaya perselisihan dan pertikaian pikiran itu akan habis dan akan mendapat kata sepakat. Tetapi orang yang munafik tidak mau begitu. Mereka hanya mau kembali kepada Allah dan Rasul kalau ada keuntungan untuk diri sendiri, dan kalau akan merugikan bagi diri mereka, mereka tidak mau. Mereka turut bersorak, mendabik dada mengatakan percaya kepada Allah, tetapi di saat dibawa kepada Allah, mereka enggan menurut.

GEMBIRA BUAT YANG MUNAFIK?

Meskipun munafik dan kafir sama-sama masuk neraka, namun tempat munafik adalah di alas yang di bawah sekali. Sebab karena dipandang lebih hina.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 309, Jilid 3 Hal. 55-56, Jilid 1 Hal. 309-312, Jilid 4 Hal. 55, Jilid 4 Hal. 137, Jilid 2 Hal. 350-499, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MUNAFIK

Munafik adalah perangai jahat yang diberi kulit baik. Siapakah orang yang munafik? Orang munafik itu sendiri lebih tahu siapa dirinya. Yaitu orang yang hendak menipu orang lain dia memperdayakannya. Musang yang meminjam bulu ayam yang sudah dibunuhnya, lalu dipakainya untuk menipu ayam lain.

(Buya HAMKA, LEMBAGA HIDUP: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 55, Republika Penerbit, 2015).

SYIRIK

Kalau Allah SWT sudah dipersekutukan dengan yang lain, sudah mulai syirik, kita sendirilah yang telah memutuskan perhubungan dengan Dia. Tamatlah ceritanya. Tidak ada lagi perjuangan di dalam Islam. Kita sudah terhitung orang luar.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM, Hal. 419, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

SAAT KESADARAN

Allah takdirkan menimbulkan mujaddid yang pertama untuk kebangkitan yang sekarang ini. Itulah Muhammad bin Abdul Wahab di Nejed. Kebangunan Muhammad bin Abdul Wahab yang mula-mula itu adalah seumpama "bom" yang amat keras memukul kubu-kubu pertahanan Islam yang bobrok. Dia memukul sekeras-kerasnya Islam yang telah rusak. Dipandangnya kaum Muslimin di mana-mana di seluruh dunia telah sesat, telah musyrik. Kemusyrikan itu wajib dibanteras dan umat dibawa kembali kepada Tauhid yang khalis.

(Buya HAMKA, ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI, Hal. 67, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

TERSINGGUNG PUNCAK BISULNYA

Kita pun harus sadar akan ada golongan yang tersinggung puncak bisulnya jika kita membuka soal agama. Kadang-kadang kita akan dituduh pemecah persatuan, dilarang membuka-buka, mengutik-utik masalah khilafiyah. Dengan segala daya upaya kita telah memilih jangan menyinggung, jangan berkhilafiyah. Tetapi oleh karena soal khilafiyah itu ternyata sangat relatif, maka kadang-kadang jika kita membanteras perbuatan yang tidak berasal dari Islam, kita pun dituduh memecah persatuan.

Berjuanglah terus, hai mubaligh, menegakkan citamu, dan serahkanlah dirimu kepada Tuhan. Terhadap sesama pemeluk Islam ambillah satu sikap yang paling baik. Jika engkau dipandang musuh, pandanglah mereka kawan. Jika engkau dihina, muliakan mereka! Jika engkau diinjak, angkat mereka ke atas biar sampai tersundak ke langit. Adapun kemuliaan yang sejati, hanyalah pada siapa yang lebih taqwa kepada Allah. Oleh sebab itu, di dalam orang rebut-merebut keuntungan duniawi, mari kita merebut taqwa!

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 73-79, Penerbit Galata Media, Cet. I, 2018).

KEMULIAAN

Biarkan daku berkata dan namailah saya apa pun yang kau suka namakan,
Saya adalah pemaaf dan pemurah, Cuma satu yang saya tak sanggup menjualnya, yaitu kemerdekaan hati saya sendiri, Cobalah katakan kepadaku, siapakah yang sudi menjual kemerdekaan hatinya?

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 286, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

LEBIH DARI WAHABI

Jamal Syauqi putra Irak yang senantiasa memandu jalan saya selama di Irak, seorang pemuda yang luas pengetahuannya, baik budi dan amat besar khidmatnya kepada bangsa Indonesia sambil tersenyum, ia berkata kepada saya, "Di ruangan ini (sambil menunjukkan sebuah ruangan di antara ruangan-ruangan itu bangsa Indonesia bersembahyang. Almarhum Dahlan Abdullah pun bersembahyang di sini) ruang Madzhab Syafi'i." Dengan tersenyum, saya menjawab, "Bagi saya, dalam melakukan sembahyang, keempat madzhab boleh bersama-sama. Imam asy-Syafi'i sendiri, setiba di Irak lagi, ia memakai Qunut pada waktu sembahyang Shubuh. Berlainan madzhab jangan membawa perpecahan."

"Kalau begitu, Anda berpaham Wahabi," ujarnya. "Lebih dari Wahabi, saya berpaham Muhammadi karena Nabi Muhammad melarang umatnya berpecah." Mukhtar berkata, "Tuan Hamka di Indonesia termasuk Kaum Muda. Pahamnya memang agak dekat dengan Wahabi."

(Buya HAMKA, DI TEPI SUNGAI DAJLAH, Hal. 93-94, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

NASEHAT HADRATISY-SYAIKH HASYIM ASY'ARI TENTANG KHILAFIYAH

HADRATISY-SYAIKH Kiyai Haji Hasyim Asy'ari adalah neneknya Nahdlatul Ulama. Sebagaimana di Sumatera Barat, Sumatera Thawalib bersumber dari pondok, maka Nahdlatul Ulama pun bersumber dari pondok Tebuireng Jombang, tempat Kiyai Hasyim Asy'ari mendidik mengasuh dan membentuk jiwa para santri dengan pelajaran agama Islam. Perbedaan pandangan hidup beliau dengan Kiyai H.A. Dahlan adalah bahwa K.H.A. Dahlan mengemukakan faham yang "revolusionair" dan K.H. Hasyim Asy'ari menghendaki secara "evolusi". Di kala bergejolaknya pertentangan-pertentangan itu keluarlah Al-Mawaa'izh dari Kiyai H. Hasyim Asy'ari, yaitu nasehat-nasehat keagamaan yang mendalam, dijadikan peringatan bagi ummat dan disiarkan dalam Kongres Nahdlatul Ulama ke-XI di Banjarmasin 1935. Al-Mawaa'izh adalah satu testamen keagamaan yang amat penting, yang bukan berguna bagi kaum Nahdlatul Ulama saja, tetapi berguna bagi kita seluruh kaum Muslimin Indonesia. Bukan saja di zaman Hadratisy-Syaikh masih hidup, bahkan menjadi pedoman kita pun setelah beliau wafat (wafat Juli 1947).

AL-MAWAA'IZH (RANGKUMAN)

Demi Allah! Ini adalah bala-bencana yang besar! Ini adalah kerugian yang tak ada taranya!

Wahai kaum Muslimin! Taqwalah kepada Allah dan kembalilah semua kepada kitab Tuhan-mu dan beramallah menurut sunnah Nabi-mu dan ikutilah jejak salaf-mu yang saleh, supaya kamu beroleh kemenangan, sebagaimana kemenangan yang dahulu telah mereka capai. Taqwalah kepada Allah, perbaikilah hubungan di antara kamu, bantu-membantulah atas kebajikan dan taqwa, jangan berbantu-bantuan di atas dosa dan permusuhan. Semoga Tuhan Allah melimpahkan rahmat-Nya di atas kamu semuanya dan melimpahi kamu dengan ihsan anugerah-Nya. Dan janganlah kamu menyerupai orang yang berkata, "Kami dengar nasehat itu", padahal tidak didengarnya.

MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI
Tebuireng, Jombang.

BEBERAPA PENJELASAN (OLEH HAMKA):

Ta'ashshub artinya ialah fanatik. Kalimat ini satu rumpun dengan kata 'ashabiyah, yaitu membela golongan dan partai sendiri. Maka apabila berkeras mempertahankan golongan sendiri, meskipun golongan itu berpendirian yang tiada benar, dinamailah ta'ashshub.

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 80-88, Penerbit Galata Media, Cet.I, 2018).

AL-QUR'AN: LAFAZH DAN MAKNA

Kami jelaskan sekali lagi. Kalau ada orang yang berani menafsir-nafsirkan saja Al-Qur'an yang berkenaan dengan ayat-ayat hukum yang demikian, tidak berpedoman pada Sunnah Rasul, maka tafsirnya itu telah melampaui, keluar dari garis yang ditentukan oleh syari'at. Sebab itu, tidak seyogianya, tidak masuk akal bahwa seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul berani-berani saja menafsirkan Al-Qur'an yang berkenaan dengan halal dan haram menurut kehendaknya sendiri, padahal Sunnah Nabi telah ada berkenaan dengan itu. Nabi telah meninggalkan kepada kita jalan yang lurus dan jelas, malamnya sama terang dengan siangnya dan selama-lamanya kita tidak akan tersesat dari dalam agama ini atau terpesong keluar dari dalam garisnya, selama kita masih berpegang teguh pada yang dua itu, yaitu Kitab dan Sunnah.

UMPAMA KELEDAI MEMIKUL BUKU

Keledai memikul buku-buku ini bukan saja mengenai diri orang Yahudi yang menerima Taurat. Orang Islam umat Muhammad saw. pun serupa juga dengan "keledai memikul buku-buku" yang tidak tahu atau tidak mengamalkan apa isinya. Berapa banyaknya kaum Muslimin yang fasih sangat membaca Al-Qur'an, tetapi tidak paham akan maksudnya. Atau bacaannya itu hanya sampai sebatas leher saja, tidak sampai ke lubuk hati dan jiwa. Sebab itu dengan tegaslah al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menulis dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in, bahwa ayat ini, "Walaupun dijadikan perumpamaan bagi orang Yahudi, namun makna yang terkandung di dalamnya mengenai juga bagi orang-orang yang memikul Al-Qur'an, namun mereka tidak mengamalkannya dan tidak memenuhi haknya dan tidak memelihara maksudnya dengan sepatutnya."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 26, Jilid 9 Hal. 124, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SAMPAIKAH DOA KITA YANG HIDUP UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL?

Kesimpulannya, tidak ada nasikh dan mansukh di antara ayat 152 surah al-Baqarah dan ayat 54 surah Yasin dengan hadits Aisyah tersebut. Karena kedua ayat itu mengenai keadaan pada hari Kiamat kelak, bukan mendoakan atau bersedekah atas nama orang yang telah meninggal ketika kita masih hidup di dunia ini. Dengan begitu, jelaslah, jika kita berdoa untuk keselamatan orang yang telah meninggal agar dilapangkan kuburnya, diringankan azabnya, dijauhkan dengan kesalahannya sejauh masyriq dengan maghrib dan sebagainya. Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa sampailah orang yang telah meninggal itu segala kebajikan yang kita perbuat sebagaimana sedekah atau shalat, atau lainnya. Perselisihan sedikit hanya sekadar tentang menghadiahkan pahala. Dibiasakan orang membaca al-Fatihah itu untuk Nabi. Sampai atau tidak hadiah itu? Soalnya bukanlah sampai atau tidak. Persoalannya sekarang adalah, "Apakah Nabi berbuat ibadah seperti itu atau tidak?" Kalau tidak, niscaya kita telah menambah-nambah.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 68-69, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

KIAI DAHLAN VS. HAJI ROSUL

Sejak periode awal pembentukannya di awal Abad ke-20, perdebatan antara Jawa dan luar Jawa telah berlangsung di Muhammadiyah. Dari sisi ideologi, barangkali Muhammadiyah banyak dibentuk oleh pemikiran Haji Rosul, ayah Buya HAMKA, dari Sumatra Barat. Kiai Dahlan dan Haji Rosul itu merupakan dua sosok yang pemikiran keagamaannya sulit dipertemukan. Haji Rosul adalah ulama yang banyak mewarisi pemikiran kelompok Padri yang kaku dalam beragama. Alfian (1989) menyebut Rosul sebagai puritan sejati. Pendekatan keagamaannya keras dan tanpa ampun.

(Ahmad Najib Burhani, MUHAMMADIYAH BERKEMAJUAN: Pergeseran dari Puritanisme ke Kosmopolitanisme, Hal. 121-122, Penerbit Mizan, Cet.1, 2016).

PENGAKUAN DAN PENYESALAN

Mereka ingin berkhidmat kepada Allah SWT, meratakan jalan-Nya di muka bumi, sedangkan kamu hanya menjadi tukang cemooh. Mereka berjuang di bawah pimpinan wahyu Ilahi, karena kasih sayang kepada kamu, supaya kamu keluar dari dalam lembah kehinaan, kejahilan dan kemusyrikan. Mereka tidaklah memusuhi kamu. Padahal kamu adalah mengingkari Allah SWT, kamu hanya menuhankan hawa nafsumu dan seleramu. Kamu merasa, bahwa kamulah yang di atas, sedang para pejuang untuk Kami, kamu pencilkan dan hinakan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 234, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Ya Tuhanku, penuhilah apa yang engkau janjikan kepadaku. Ya, Tuhanku, jika binasa rombongan Ahlul Islam ini tidaklah akan ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini!" (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi).

AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK RIWAYATNYA

Rasulullah saw. pernah bersabda, "Kamu akan mengikut jejak pemeluk agama yang sebelum kamu tapak demi tapak (Yahudi-Nasrani) ..." (HR. Bukhari dan Muslim).

Bertemulah apa yang dikatakan Nabi Muhammad saw. itu.

Bunyi kitab karangan manusia itulah yang mereka namakan nash!

(Buya HAMKA, ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI, Hal. 48-51, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

BELIAU MURKA

Sungguhpun begitu, beliau (Haji Abdul Karim Amrullah) pernah murka besar pada Muhammadiyah, yaitu pada Tahun 1928 M. Beliau melihat yang memimpin atau yang memberi penerangan agama dalam Muhammadiyah itu umumnya di Minangkabau, khususnya di Sungai Batang, hanyalah orang-orang yang pandai bicara, tetapi tidak berilmu. Banyak ahli pidatonya, tetapi sedikit ahli ilmunya. Banyak beliau lihat perbuatan-perbuatan yang menurut keyakinan beliau, tidak berdasar pada agama. Kebanyakan pemimpinnya (baik yang laki-laki dalam Muhammadiyah maupun yang perempuan dalam Aisyiyah) hanya "taqlid" saja pada perbuatan-perbuatan yang ada di Yogyakarta.

Perempuan berpidato di hadapan kaum laki-laki menurut keyakinan beliau adalah "haram" karena dapat mendatangkan fitnah. Seluruh badan perempuan adalah aurat. Demikian pula, meskipun beliau menyetujui sembahyang ke tanah lapang, beliau tidak dapat menyetujui kaum perempuan ikut pula ke tanah lapang itu. Meskipun ada hadits menyatakan boleh bagi perempuan pergi. Namun, dengan berdasar pada perkataan Aisyah r.a., jika Nabi saw. masih hidup, tentu Nabi saw. melarang perempuan-perempuan turut pergi sembahyang ke tanah lapang, beliau berpendapat tidak boleh. Beliau sangat tidak setuju jika utusan-utusan Aisyiyah itu pergi ke salah satu rapat, yang jauh dari kampungnya, tidak ditemani oleh mahramnya.

(Buya HAMKA, AYAHKU, Hal. 217-218, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2019).

PROPAGANDA

Di dalam Abad ke-19, Kerajaan Turki menyuruh Mohammad Ali Pasya penguasa Negeri Mesir memerangi penganut paham Wahabi di Tanah Arab. Untuk ini, dibuat propaganda di seluruh dunia Islam bahwa Wahabi itu telah keluar dari garis Islam yang benar, sehingga sisa dakinya sampai sekarang masih bersarang dalam otak Golongan Tua dalam Islam.

Golongan Muda menjelma jadi Muhammadiyah pada 1912, sedangkan Golongan Tua menjelma menjadi Nahdhatul Ulama pada 1925.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 503-504, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAUHID YANG SUCI BERSIH

Menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad Ibnu Abdil Wahhab (Wahabi).

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 94, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

DAKWAH TAUHID

Pewarisan menegakkan Keesaan Allah di atas dunia ini janganlah kiranya terputus. Dan Rasulullah saw. telah menjelaskan bahwa pewarisan itu sekali-kali tidak akan putus. Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya ulama (orang-orang yang berilmu) adalah penerima waris dari nabi-nabi. Dan nabi-nabi itu tidaklah mewariskan dinar dan dirham, yang mereka wariskan ialah ilmu pengetahuan." (HR. Abu Dawud).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 453, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PUSAT TAUHID

Pada 29 Syawal 1206 H (1792 M), wafatlah guru besar pencipta paham pembaharuan Islam, Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab pada usia 95 tahun. Matanya telah buta karena amat tuanya dan terlalu banyak membaca pada waktu mudanya. Banyak kitab-kitabnya tentang Tauhid yang banyak dicetak di Bombay, Mesir dan Mekah. Ia sempat menyaksikan perkembangan dari pahamnya dan mengalami perubahan Kota Dar'iyah dari desa kecil menjadi pusat Tauhid di tengah-tengah padang pasir. Ia meninggalkan beberapa orang anak, di antaranya 18 anak laki-laki setelah berdiam di Dar'iyah selama 46 tahun. Keturunannya disebut keturunan al-Syaikh.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 290, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENYEMBAH SETAN

"Bukankah sudah Aku pesankan kepada kamu, wahai Anak Adam supaya kamu jangan menyembah Setan. Sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata. Dan bahwa hendaklah kamu menyembah kepada-Ku. Inilah jalan yang lurus ... Pada hari ini Kami tutup atas mulut-mulut mereka dan Kami buat bercakap tangan-tangan mereka dan naik saksi kaki-kaki mereka atas apa yang mereka usahakan." (Yaasiin: 60-65).

Akibat dari orang yang menukar persembahan itu, dari menyembah Allah lalu mereka tukar dengan menyembah Setan.

Dari menempuh jalan lurus, shirathal mustaqim, mereka tempuh jalan berbelok-belok tidak menentu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 442, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JANJI ILAHI DAN PENGHARAPAN

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang sudi berbuat baik, bahwa sesungguhnya mereka akan diberi warisan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang telah pernah diberikan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum mereka dan akan dikukuh teguhkan kedudukan agama mereka yang telah disukai oleh Allah untuk mereka. Pun akan ditukar Allah sesudah mereka merasa takut, menjadi aman sentosa. Ialah karena mereka menyembah Aku dan tidak mempersekutukan Aku dengan yang lain. Tetapi barangsiapa yang ingkar sesudah itu, merekalah orang-orang yang jahat." (an-Nuur: 55).

Ayat 55 surah an-Nuur inilah pegangan Nabi Muhammad saw. bersama sekalian pengikutnya dari Muhajirin dan Anshar, selama 10 tahun di Madinah. Ayat inilah bekal Abu Bakar menundukkan kaum murtad, pegangan Umar bin Khaththab meruntuhkan dua kerajaan besar, yaitu Persia dan Rum. Kekuasaan pasti diserahkan ke tangan kita dan agama kita pasti tegak dengan teguhnya dan keamanan pasti tercapai.

Perjuangan menegakkan cita Islam, mencapai tujuan menjadi penerima waris di atas bumi, bukanlah kepunyaan satu generasi, dan jumlahnya bukanlah sekarang, melainkan menghendaki tenaga sambung-bersambung. Ayat inilah sumber inspirasi buat bangkit.

Di ayat 56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warisan, melaksanakan kehendak Ilahi di atas dunia ini.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 323, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MENGHADAPI HARI KIAMAT

"Beri peringatanlah mereka tentang hari yang telah dekat itu! Seketika semua hati itu akan mendesak ke kerongkongan dari menahan perasaan, tidak ada bagi orang yang zalim seorang teman setia dan tidak pula seorang pemberi syafaat yang akan dituruti kehendaknya." (al-Mu'min: 18).

Orang-orang yang telah berlaku zalim, artinya orang yang telah menempuh jalan yang salah di kala hidupnya, menempuh jalan gelap yang bukan dituntunkan oleh Rasul, melainkan menuruti jalan gelap yang ditunjukkan oleh Setan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 90, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Tidaklah ada seorang jua pun nabi yang diutus Allah kepada umatnya sebelum aku, melainkan ada baginya di kalangan umatnya itu hawari-hawari dan sahabat-sahabat yang memegang teguh sunnahnya dan melaksanakan perintahnya. Kemudian, muncullah (sesudah mereka) keturunan-keturunan yang berkata, tetapi tidak mengerjakannya dan memperbuat apa yang tidak diperintahkan. Maka, barangsiapa yang menentang mereka dengan tangannya, itulah dia orang yang beriman. Barangsiapa yang menentang mereka dengan lidahnya, itulah orang yang beriman. Dan barangsiapa yang menentang mereka dengan hatinya, itulah dia orang yang beriman. Di belakang itu tidak ada yang patut disebut iman lagi, walaupun sebesar biji sawi." (HR. Muslim).

MERASA MENDAPAT PETUNJUK

"Satu golongan diberi-Nya petunjuk dan satu golongan (lagi) tertimpalah atas mereka kesesatan. Sesungguhnya, mereka telah mengambil Setan-setan jadi pemimpin-pemimpin selain Allah dan mereka mengira bahwa mereka adalah mendapat petunjuk." (al-A'raaf: 30).

Demikianlah halusnya bujukan Setan-setan itu sehingga di dalam kesesatan itu mereka merasa mendapat petunjuk. Yang salah mereka sangka benar, yang bengkok mereka sangka lurus. Yang batil mereka sangka hak, sehingga kerapkali kejadian bahwa orang yang betul-betul hendak menegakkan kebenaran mendapat keaniayaan daripada orang yang mempertahankan barang yang salah. Kebanyakan orang yang tersesat dalam kepercayaan dan amalan, menyangka mereka mendapat petunjuk. Mereka akan mempertahankan pendirian yang salah, seperti Fir'aun mempertahankan kekuasaannya di hadapan Musa, dan Abu Jahal mempertahankan berhalanya di hadapan Muhammad saw. Sebab, semuanya menyangka bahwa mereka di pihak yang benar. Sehingga orang yang benar-benar berdiri mempertahankan petunjuk dan hidayah Ilahi selalu mesti menghadapi perjuangan yang sengit, kadang-kadang dibayar dengan nyawa sendiri, barulah kebenaran sejati dapat tegak berhadapan dengan kebenaran saduran.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 401, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PERANG BADAR

Menurut riwayat Ibnul Ishaq, Abu Jahal sebagai pimpinan tertinggi kaum Quraisy di Perang Badar itu telah berdoa, "Ya Allah! Aku tidak tahu, siapa yang sebenarnya di antara kami yang telah memutuskan silaturahim. Berikanlah keputusan Engkau besok!" Menurut as-Suddi, pemuka-pemuka Quraisy sebelum pergi ke Badar telah berlutut di hadapan Ka'bah dan menyeru Allah, "Ya Allah, tolonglah mana yang lebih mulia di antara kedua tentara ini, mana yang lebih baik di antara dua golongan, dan mana yang lebih tinggi di antara dua kabilah."

Dan, ini pun bukan saja peringatan kepada Quraisy yang telah kalah. Dia adalah mengenai juga kepada pejuang Islam sendiri bahwa mereka akan tetap menang menghadapi musuhnya, berapa pun banyaknya, asal mereka tetap beriman. Dan, Allah akan meninggalkan mereka, jika mereka berjuang tidak karena iman.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 681-682, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

GERAKAN WAHABI DI INDONESIA

Wahabi dijadikan kembali sebagai alat, untuk menekan semangat kesadaran Islam oleh beberapa golongan tertentu, yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar.

Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentimen umat Islam dengan membangkit-bangkit nama Wahabi.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 215, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).


KAUM MUDA DAN WAHABI

Mufti Johor telah mengenal saya sebagai Kaum Muda dan Wahabi dari Indonesia.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 70, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

DASAR ORANG MUSYRIK

"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, memberikan keterangan, engkau ketahui pada wajah-wajah orang-orang yang kafir itu keingkaran. Hampir saja mereka menyerbu orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka ..." (al-Hajj: 72).

Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti wali Allah.

Mereka pergi ke kuburan orang yang mereka anggap di masa hidupnya jadi wali, lalu dia memohon apa-apa di situ. Padahal ayat-ayat itu menyuruh orang bertauhid, mereka lakukan sebaliknya, jadi musyrik. Kalau ditegur dia marah, hingga mau dia menyerang orang yang menegurnya itu, seperti tersebut pada ayat 72 di atas tadi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 156, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JANGAN MEMOHONKAN AMPUN UNTUK MUSYRIKIN

"Tidaklah ada bagi Nabi dan orang-orang yang beriman bahwa memohonkan ampun untuk orang-orang yang musyrik, meskipun adalah mereka itu kaum kerabat yang terdekat, sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang itu ahli neraka. Dan tidaklah permohonan ampun Ibrahim untuk ayahnya, melainkan karena suatu janji yang telah dijanjikan kepadanya. Tetapi tatkala telah jelas baginya bahwa dia itu musuh bagi Allah, berlepas dirilah dia darinya. Sesungguhnya Ibrahim itu seorang yang penghiba lagi penyabar." (at-Taubah: 113-114).

Tiada Dia bersekutu dalam keadaan-Nya dengan yang lain. Demikian juga tentang mengatur syari'at agama, tidak ada peraturan lain, melainkan dari Dia.

Allah telah menegaskan bahwa sekalian dosa dapat diampuni-Nya, kecuali dosa syirik, mempersekutukan yang lain dengan Allah. Kalau dosa syirik tidak terampun, teranglah orang musyrik itu ahli neraka.

Ketika menafsirkan ayat 74 dari surah al-An'aam pada Juz 7 telah pula kita temui hadits-hadits tentang Rasulullah saw. yang sangat cinta kepada ibu kandungnya Aminah bahwa beliau meminta izin kepada Allah menziarahi kuburan ibu beliau itu, maka Allah telah memberi izin. Tetapi setelah Rasul saw. memohon izin hendak memintakan ampun untuk ibunya itu, Allah tidaklah memberinya izin.

MADZHAB YANG BENAR DARI AHLI SUNNAH WAL JAMAAH (ASWAJA)

AYAH BUNDA RASULULLAH SAW.

Seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw., "Di mana ayahku, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Di neraka!" Setelah orang yang bertanya itu berdiri hendak pergi, dia dipanggil oleh Rasulullah saw. dan beliau bersabda, "Sesungguhnya bapakku dan bapak engkau di neraka!" (HR. Muslim). Lalu ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam syarah-nya, "Di sini jelas bahwa barangsiapa yang meninggal dalam keadaan kafir maka masuk nerakalah dia dan tidaklah bermanfaat baginya karena kerabat (kekeluargaan). Dan di dalam hadits ini pun dapat dipahamkan bahwa orang yang mati dalam zaman fitrah dalam keadaan apa yang dipegang oleh orang Arab, menyembah berhala, dia pun masuk neraka. Dan ini tidaklah patut diambil keberatan yang mengatakan bahwa belum sampai kepada mereka dakwah karena kepada mereka sudahlah sampai dakwah Ibrahim dan Nabi-nabi yang lain. Dan Nabi saw. mengatakan ayahku dan ayahmu dalam neraka, ialah untuk menunjukkan pergaulan yang baik dan pengobat hati yang bertanya karena sama-sama dalam menderita sedih." Demikian syarah (komentar) Imam Nawawi.

"Memohon izin aku kepada Tuhanku hendak memintakan ampun untuk ibu, tetapi tidak diberi izin kepadaku. Lalu aku mohon izin hendak menziarahi kuburnya lalu aku diberi izin." (HR. Muslim).

Malahan dalam hadits yang lain diterangkan bahwa beliau sampai menangis di kubur itu dan memberi anjuran umatnya supaya ziarah ke kubur untuk mengingat mati.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 300-304, Jilid 3 Hal. 190-191, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TIDAKKAH ADA ULAMA DI SINI?

"Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab, mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan mereka pun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat." (al-Baqarah: 159).

Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-orang yang curang, yang telah melakukan korupsi atas kebenaran karena mempertahankan golongan sendiri. Orang yang semacam itu pantaslah mendapat laknat Allah dan laknat manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam kitab-kitab Allah, hanya semata-mata untuk mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.

Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang Al-Qur'an dan Hadits telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang berkuasa atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikut-pengikut mereka, kutuk yang terkandung dalam ayat ini pun akan menimpa mereka.

Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan, keterangan-keterangan dan petunjuk, kutuk laknat Allah-lah yang akan menimpa dirinya. Manusia pun mengutuk pulalah sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, bertanyalah orang, "Tidakkah ada ulama di sini?"

"Kekal mereka di dalamnya, tidak akan diringankan adzab atas mereka dan tidaklah mereka akan dipedulikan." (al-Baqarah: 162).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 294-296, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

HUJJAH YANG KEKAL

"Maka jikalau adalah suatu kitab bacaan yang (dapat) digeserkan dengan dia gunung-gunung atau dibelah dengan dia bumi, atau dipercakapkan dia dengan orang mati (maka Al-Qur'an inilah). Bahkan kepunyaan Allah-lah semua hal. Apakah tidak mengerti orang yang beriman, bahwa kalau Allah menghendaki, niscaya akan diberi-Nya petunjuk manusia semuanya. Dan senantiasalah mereka yang tidak mau percaya ditimpa adzab lantaran perbuatan mereka, atau mengena dekat dari kampung mereka, sehingga datanglah kepada mereka janji Allah. Sesungguhnya Allah tidaklah memungkiri janji." (ar-Ra'd: 31).

Maka menulislah Ibnu Katsir dalam tafsirnya, sesungguhnya tidaklah ada satu alasan (hujjah) atau mukjizat yang lebih besar pengaruhnya dan memesona akal dan jiwa melebihi Al-Qur'an, yang kalau kiranya dia diturunkan Allah ke puncak sebuah gunung, akan engkau lihatlah gunung itu tunduk berkeping-keping karena takutnya kepada Allah. Dan tersebutlah dengan nyata dalam sebuah hadits yang shahih bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Tidaklah ada seorang nabi pun, melainkan telah didatangkan kepadanya hal yang menimbulkan iman dalam hati manusia. Tetapi yang didatangkan kepadaku ialah wahyu dari Allah. Maka saya mengharapkan bahwa sayalah yang akan lebih banyak pengikut di hari Kiamat." Artinya (kata Ibnu Katsir selanjutnya) bahwasanya mukjizat tiap-tiap nabi habis sendiri dengan matinya nabi itu, namun Al-Qur'an ini adalah hujjah yang kekal sampai akhir zaman, yang tidak pernah akan habis keajaibannya, tidak dijadikan banyak-banyak bantahan, tidak kenyang-kenyang ulama dalam merenungnya, dia adalah kesungguhan, bukan main-main. Barangsiapa yang meninggalkan Al-Qur'an karena takut kepada orang yang berkuasa, akan berhadapanlah dia dengan Allah, dan barangsiapa yang mengharapkan petunjuk kepada yang selain dia akan disesatkan oleh Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 72, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

NAJD 

Sejak munculnya cahaya Islam 1000 tahun sebelumnya boleh dikatakan bahwa di tanah Arab sendiri sedikit sekali Islam meninggalkan jejak. Kebesaran Islam telah dikecap nikmatnya oleh negeri-negeri dan umat lain. Damsyik dan Baghdad telah merasakan nikmat itu. Pahlawan-pahlawan Islam yang banyak telah berpindah dibawa kewajiban suci mengembangkan Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka, seperti Mesir, Syam, Kufah, Basrah, Wasith. Bahkan, ada sahabat yang wafat di Qairuan, Afrika, dan ada yang berkubur di Konstantinopel. Oleh sebab itu, Tanah Arab menjadi sepi lahir dan batin. Pemikiran-pemikiran besar tidak tumbuh lagi di sana. Hanya Kota Mekah dan Madinah yang masih dapat memelihara kebesarannya karena disana tempat beribadah. Adapun negeri-negeri yang lain kian lama kian muram. Kehidupan tidak ada perubahan (statis). Kemajuan ilmu pengetahuan tidak ada sama sekali. Orang-orang telah amat jauh dari hakikat ajaran Islam. Mereka menjadi penyembah kuburan, penyembah keramat dan budak azimat serta tangkal. Dari empat Imam madzhab besar, hanya seorang yang muncul di Madinah, yaitu Imam Malik ibnu Anas. Demikianlah halnya yang terjadi selama 1000 tahun.

Barulah muncul cahaya baru di tengah-tengah padang pasir itu pada Tahun 1116 H (1704 M), yaitu 12 abad setelah tiadanya Nabi saw. dengan lahirnya Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab, guru besar ajaran Wahabi yang masyhur. "Kembali pada ajaran Rasul saw. yang asli", adalah dasar pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik sedikit juga ke sanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia dan akhirat. Perbaharui kembali keimanan dan bangkitkan semangat baru adalah sari ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab. Ajaran ini muncul setelah ia mengembara terlebih dahulu keluar dari negerinya, belajar agama di Kota Damsyik, dan sangat dipegangnya ajaran Ibnu Taimiyyah, murid dari Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab dan lain-lain. Semua adalah ulama-ulama Madzhab Hambali.

MUHAMMAD IBNU SA'UD

Pelajaran yang hangat ini termakan oleh sang Kepala Kabilah Inzah dan Atub yang amat disegani bernama Muhammad ibnu Sa'ud. Setelah ajaran itu masuk dalam batinnya, demi dilihatnya keadaan umat di sekeliling negerinya yang telah tenggelam dalam kemusyrikan, ia berjanji akan menjadi pembela paham itu dengan pedang dan nyawanya.

Sebuah paham agama yang besar (orang sekarang menyebutnya sebuah ideologi) tidak akan bertumbuh kalau tidak ada kekuasaan. Sebaliknya, suatu kekuasaan tidak bisa kekal kalau tidak mempunyai ideologi yang kokoh. Begitulah tiap pendiri negara yang besar di dunia sejak dahulu, kini dan nanti. Kebesaran Islam yang mengagumkan bukankah karena ideologi yang diterima Muhammad saw. dari Allah, yaitu "Tidak ada Tuhan selain Allah?"

Sehingga muncullah niat besar pada orang yang senama dengan Nabi Muhammad saw., yaitu Muhammad ibnu Sa'ud hendak mendirikan kekuasaan untuk menerapkan ajaran gurunya yang senama pula dengan Nabi Muhammad saw., yaitu Muhammad ibnu Abdul Wahab. Maksud itu disampaikannya pada gurunya bahwa ia hendak menegakkan kekuasaan untuk menerapkan ajaran gurunya yang diberi nama Madzhab Salaf. Anjuran itu diterima baik oleh gurunya. Pedang dan Al-Qur'an, yakni pedang dalam tangan Amir Muhammad ibnu Sa'ud dan Al-Qur'an dalam tangan Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab. Mulailah Muhammad ibnu Sa'ud menyiarkan ajaran itu, membongkar Syirik dan Bid'ah di kalangan kabilah yang dipimpinnya dalam kota kecil Dar'iyah. Tunduklah semua pada ajaran itu dengan sendirinya pula, kuatlah kedudukannya sebagai kepala (amir). Kemudian, disusunnya satu angkatan kecil dengan tombak dan bedil si tenggar, berbaris dua-dua pergi ke desa-desa berkeliling menyampaikan ajaran itu dan menegakkan kekuasaan. Di sana pula, duduk Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab menerima taubat dan memberikan nasihat-nasihatnya kepada amir dalam hal hukum agama. Pada Tahun 1159 H ditaklukkannyalah negeri Ukainah lalu Huraimalah. Namun, ketika sampai angkatannya di Riyadh, yang dikepalai oleh Daham ibnu Dawas, terjadilah perlawanan. Karena ia kurang sehat, putranya (Abdul Aziz) yang memimpin penyerbuan ke Riyadh. Kuat juga pertahanan Riyadh sehingga setelah 2 tahun baru Riyadh dapat dikalahkan. Sementara mengepung Riyadh, dikirimnya pula satu angkatan untuk mengalahkan negeri-negeri yang lain. Akhirnya, Riyadh jatuh ke tangannya dan Daham ibnu Dawas menyingkirkan diri ke negeri lain. Kebangkitan di Najd ini cepat tersiar ke seluruh pelosok. Amir-amir di tiap dusun, desa, negeri yang selama ini berkuasa sendiri merasa cemas. Dengan pimpinan dari seorang amir di antara amir-amir yang ada di Tanah Yaman yang bernama Hasan ibnu Haibatullah mereka mencoba menyerang gerakan baru itu langsung ke pusatnya, Dar'iyah yang dalam beberapa tahun saja sudah menjadi kota yang ramai. Di antara yang menyerang itu ikut pula Daham ibnu Dawas hingga Riyadh pun dapat direbutnya kembali.

Dengan mati-matian dan keimanan yang teguh atas kebenaran pendiriannya Muhammad dan putranya mempertahankan kekuasaannya hingga Hasan ibnu Haibatullah terpaksa mundur ke negerinya dan Daham ibnu Dawas tidak dapat bertahan lagi, ia menyingkir ke negeri al-Ahsaa. Kemudian, masuklah Muhammad ke Kota Riyadh pada Tahun 1185 H (1772 M). Kian lama kian besarlah lawan yang dihadapi, dan kian lama kian luaslah daerah kekuasaannya yang berbenturan dengan Bani Khalid yang menguasai al-Ahsaa dan dengan Bani al-Makrami yang menguasai Najran al-Yaman.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 288-290, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

FIQIH BUKANLAH SUMBER HUKUM DALAM ISLAM

Sumber yang diakui oleh sekalian Madzhab dalam Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah (Hadits).

Dimasukkan juga oleh sebagian madzhab, yaitu ijma' dan qiyas.

IJMA'

Sumber hukum Islam resmi ketiga, menurut sebagian besar ahli fiqih adalah ijma'. Arti yang populer adalah persamaan pendapat ulama dalam satu masalah, di dalam satu zaman. Ini pun boleh dijadikan sumber hukum resmi. Dalam peraturan ijma' itu pun dikatakan, meskipun hanya 1 orang yang membantah, dengan sendirinya ijma' itu gugur, dan tidak boleh lagi dijadikan hujjah atau hukum resmi!

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 222-223, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

SURAH AL-FURQAAN

PENDAHULUAN

Surah-surah yang diturunkan di Madinah kita mendapat kenyataan suatu masyarakat yang telah teratur, suatu cita-cita yang telah menjadi kenyataan dan peraturan-peraturan yang timbul karena tumbuhnya masyarakat itu. Tetapi dengan surah-surah yang diturunkan di Mekah kita melihat perjuangan sengit di antara kebenaran dengan kebatilan, kekuatan cita-cita dan hebatnya rintangan. Tujuan tunggal yang tidak mengenal putus asa berhadapan dengan kekerasan hati pihak lawan mempertahankan yang lama.

Oleh sebab itu sebagai Muslim tidaklah kita akan sampai ke suasana Madinah sebelum melalui suasana Mekah.

Surah al-Furqaan adalah suatu di antara surah Mekah, di ayat yang pertama sekali sudah terpancang nama surah ini, al-Furqaan artinya pemisah di antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah.

Jahiliyyah dengan Islamiyah, Syirik dengan Tauhid.

Membaca surah al-Furqaan dengan penuh minat memberi kita bekal untuk hidup, obat yang nyaris patah hati, kegembiraan meneruskan perjuangan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 341-342, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).



"TIDAK DIMENGERTI OLEH HAMKA"

Madzhab Hambali di antara madzhab yang empat dari kalangan Sunni, adalah madzhab yang paling berusaha sekeras-kerasnya agar amal ibadahnya persis menurut Sunnah Nabi saw. Oleh sebab Madzhab Hambali terang mempertahankan Sunnah. Teranglah bahwa apa yang ditulis oleh Parlindungan ini betul-betul hal-hal yang tidak dikuasainya! Adapun keterangan lain seperti perampokan Tentara Wahabi di Masjid Rasulullah, yang hasil rampokan itu untuk hidup mewah dengan wanita-wanita Islam Madzhab Syafi'i rampasan, tidaklah akan saya sanggah sekeras di atas tadi, karena kalau perkataan demikian saya sanggah pula, berpuluh banyaknya soal-soal merampok wanita, merampas wanita, memperkosa wanita menjadi perhiasan dari kitab Tuanku Rao, hingga mengomentarinya adalah termasuk sesuatu yang jijik!

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Hal. 80, Republika Penerbit, Cet.I, Mei 2017).





WAHABI

Negeri-negeri Melayu mulai merasakan kebangkitan yang baru dari Islam karena masuknya paham-paham yang diajarkan oleh kaum Wahabi.

Muncul permulaan KAUM MUDA di Malaysia, Syekh Taher Jalaluddin, Sayid Syekh al-Hadi, Syekh Muhammad al-Kalali, Sayid Abdullah Ibnu Aqil, dan Za'ba. Terbit majalah Islam yang membawa pembaharuan paham Islam yang mula-mula, yakni AL-IMAM (1906-1909), dan di Sumatra Barat (Minangkabau) muncul gerakan KAUM MUDA dengan majalah AL-MUNIR (1911), muncullah murid-murid Syekh Ahmad Khatib yang baru pulang dari Mekah, 3 orang di antaranya yang sangat terkenal, yakni Haji Abdullah Ahmad Padang, Haji Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang, dan Syekh Muhammad Jamil Jambek di Bukit Tinggi. Di Jawa muncullah kebangkitan kesadaran politik yang dipelopori oleh Islam dan dipimpin oleh Haji Samanhudi, H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Muncul kebangkitan pembaharuan paham agama yang dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah, dan Syekh Ahmad Surkati dengan mendirikan perkumpulan al-Irsyad.

Kemudian, seluruh kebangkitan dan kesadaran Islam itu bersatu-padu dengan gerakan kebangsaan sehingga tercapai Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada Tanggal 17 Agustus 1945.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 521, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

AKAN BALIK DIMARAHI ORANG

Di negeri kita ini banyak jahiliyyah ditimbulkan atau dibangkit-bangkitkan oleh penguasa sendiri, dijadikan tradisi yang menyerupai ibadah, dan orang yang menegurnya sebab tidak berasal dari agama, akan balik dimarahi orang. Inilah akibatnya orang tidak senang kalau Syari'at Islam yang berasal dari Allah dan Rasul dijalankan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 56-57, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JANGAN MENGORAK BUHUL

"... Dan janganlah menimbulkan benci padamu penghalangan suatu kaum. Bahwa mereka pernah mengambat kamu daripada Masjidil Haram ..." (al-Maa'idah: 2).

Ayat ini sebagaimana diketahui diturunkan ketika Haji Wada'. Kaum Muslimin naik Haji mengiringkan Rasul beramai-ramai. Maka jangan mereka mengingat akan kesalahan orang-orang Mekah itu, yang dahulu pernah menghambat mereka di Hudaibiyah, sehingga tidak jadi naik umrah tahun itu. Janganlah mereka berdendam kepada orang-orang itu, sebab pada hakikatnya mereka pun sudah takluk, bahkan syukurilah karena sekarang keadaan sudah aman.

Tetapi meskipun sebab nuzul demikian itu, menjadi peringatanlah seterusnya kepada kaum Muslimin, agar meskipun mereka hanya diganggu orang di negeri Mekah itu, pandai-pandailah menahan hati, jangan bertengkar, jangan memperbesar perkara-perkara yang kecil. Hendaklah tiap-tiap orang yang datang tidak membawa dendam. Apatah lagi yang menunggu di sana, hendaklah memelihara keamanan orang yang berhaji. Kadang-kadang bertemu dalam sejarah betapa aniaya yang dilakukan oleh penguasa-penguasa Mekah itu kepada orang-orang haji, seumpamanya penyamunan dan pembegalan orang-orang Arab di antara Mekah dan Madinah, cukai dan biaya yang berat dikenakan oleh amir-amir dan raja-raja di Mekah sendiri kepada orang-orang haji, sebagai di zaman syarif-syarif dahulu.

Barulah tercapai keamanan setelah kekuasaan diambil oleh kaum Saudi. Moga-moga demikian hendaknya seterusnya sehingga kehendak Allah atas keamanan manusia di Tanah Haram itu terjamin.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 589, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PENGANTAR PENERBIT. Kenang-Kenangan Hidup sungguhlah istimewa, ditulis dan dikisahkan langsung oleh seorang HAMKA. Meskipun beliau sudah tiada, nama dan pemikirannya tetap panjang umur dan abadi hingga saat ini.

(Buya HAMKA, KENANG-KENANGAN HIDUP, Hal. vi, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Mei 2018).

PUNCAK PEPAYA PATAH

Di Tebing Tinggi, Tuan Syekh Baringin, seorang syekh tarekat Naqsabandiyah, telah membisikkan kepada muridnya bahwa tidak lama lagi Jepang mesti jatuh. Indonesia pasti merdeka! Beliau pun menyatakan kebenciannya kepada pemimpin-pemimpin "boneka" Jepang, termasuk Haji HAMKA kepala Kaum Muda dan Wahabi terkutuk.

(Buya HAMKA, KENANG-KENANGAN HIDUP, Hal. 388, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Mei 2018).

ZAMAN PANCAROBA

"A'Arabi Anta ya Syab?" (Apa engkau orang Arab, hai orang muda?).

"La, ana Jawi." (Tidak, saya orang Jawa).

"La, la, anta 'Arabi, lisanak fasih!" (Tidak, tidak! Tentu engkau orang Arab, lidahmu petah!).

"La, Wallah, ana Jawi!" (Tidak! Demi Allah, saya orang Jawa!).

Orang sangat ramai naik haji pada tahun itu. Dari seluruh Kepulauan Indonesia tidak kurang dari 64.000 orang. Memang, sebab setahun dahulu dari itu dua pemimpin besar Indonesia, Tjokroaminoto dan K.H. Mas Mansur, telah menziarahi Mekah, menghadiri Muktamar Islam yang diadakan oleh Ibnu Saud. Negeri Hijaz baru saja jatuh di bawah kekuasaannya.

Berita jatuhnya tanah Hijaz di tangan Ibnu Saud dan kenaikan harga getah menyebabkan orang ramai naik haji. Sudah bertahun-tahun masa berlalu belum juga pernah orang naik haji seramai itu. Banyak pula pemuka-pemuka Muhammadiyah dan Syarikat Islam yang naik haji.

(Buya HAMKA, KENANG-KENANGAN HIDUP, Hal. 76-78, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Mei 2018).

-Indonesia pada zaman dahulu, lebih populer dengan sebutan "Jawi".

SEJARAH RIAU

Pendapat kita tentang masuknya agama Islam ke tanah air kita ini tidak lagi semata-mata menurut kepada apa yang ditentukan oleh kaum Orientalis Barat, melainkan mulai ada penghargaan terhadap pendapat dari pihak kita sendiri, sehingga tidak ganjil lagi didengar telinga jika dikatakan di Abad Pertama Islam, agama ini telah masuk ke negeri ini dan sudah ada orang yang berani mengatakan misalnya:

"Menurut Snouck Hourgronye dan Schrieke, Islam masuk ke Indonesia dalam Abad ke-13, tetapi menurut hasil penyelidikan HAMKA di Abad Hijriyah Pertama sudah mulai masuk."

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 140-141, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).


BUYA HAMKA SOSOK TELADAN: Pengawal Akidah Umat

kemenag.go.id/home/artikel/12724

IKUTLAH APA YANG DITURUNKAN ALLAH!

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutlah apa yang diturunkan Allah!' Mereka katakan, 'Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek moyang kami.' Bagaimana kalau keadaan nenek moyang mereka itu tidak mengerti suatu apa pun dan tidak mendapat petunjuk?" (al-Baqarah: 170).

SUDAH TEGAS SEKALI

"... Marilah kepada apa yang diturunkan oleh Allah dan kepada Rasul ..." (al-Maa'idah: 104).

Sumber agama, sebagai yang diserukan pada ayat ini sudah tegas sekali, yaitu peraturan dari Allah dan Rasul.

Di luar itu, BID'AH namanya.

TEGUHKAN PRIBADIMU

"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu! Tidaklah akan membahayakan bagi kamu orang yang telah tersesat, apabila kamu telah mendapat petunjuk." (al-Maa'idah pangkal ayat 105).

Karena kalau petunjuk Allah telah memenuhi jiwa, kita tidak akan ditimpa rasa takut berhadapan dengan siapa pun yang sesat dari jalan Allah.

Hendaklah terlebih dahulu tiap-tiap Mukmin itu menjaga dirinya sendiri, memupuk imannya, memperdalam pengetahuannya tentang agamanya, belajar dan berguru, dan bertanya kepada yang pandai supaya mengetahui mana-mana perintah Allah dan Rasul, yang dilarang, mana yang Sunnah, dan mana yang Bid'ah.

Sehingga tidak ada tempat takut lagi, selain Allah.

Dan mulailah amar ma'ruf nahi munkar.

Bertawakal kepada Allah, walau apa pun yang akan terjadi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 55-61, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SORAKAN SAMBUTAN



TIDAK ADA TEMPATNYA TAKUT MELAINKAN ALLAH SWT

"Janganlah kamu menyangka, bahwa orang-orang yang kafir itu akan dapat menguasai keadaan di muka bumi ini. Dan tempat diam mereka ialah Neraka. Sungguh amat buruklah akhir-akhir kesudahan mereka." (an-Nuur: 57).

"Akan datang zaman itu, seorang perempuan berjalan kaki sendirian dari Hirak (dekat Iraq) menuju Mekah, tidak ada tempatnya takut melainkan Allah." (Hadits).

Kemudian pada ayat 57 diobatlah keraguan hati orang yang beriman, jika dia terpesona oleh kekuasaan, kemegahan, dan keangkuhan orang yang kafir di atas bumi ini. Betapapun gagah perkasanya orang yang kafir itu, namun mereka tidaklah dapat menguasai seluruh persoalan karena kekafiran itu tidaklah akan terluput dari adzab siksa di atas bumi ini juga. Tangannya yang mencencang, maka bahunya jua yang akan memikul. Hukum itu berlaku buat semua orang, karena kebenaran itu terang dan lurus jalannya, sedang kebatilan itu gelap dan bengkok-bengkok. Akal yang sehat dan pikiran yang benar dapatlah merasai adanya hukum keadilan, yaitu yang bungkuk dimakan sarung, yang curang masuk jurang.

Makna kafir ialah menampik dan menolak, tidak mau menerima kebenaran, ingkar akan ajakan menuju jalan yang lurus.

Oleh sebab itu, janganlah ayat ini dipandangkan semata-mata kepada orang kafir kitabi. Sebab ada juga umat Islam sendiri, menerima pusaka agama dari ayah-bundanya, tetapi hukum agama yang dituntunkan oleh Rasul itu diadakannya saringan. Maka yang sesuai dengan hawa nafsunya diikutnya dan mana yang tidak atau yang berat ditinggalkannya.

Untuk memahami ayat ini perhatikanlah sejarah umat beragama sejak wahyu diturunkan Allah SWT.

Seluruh Anbiya' dan Mursalin membawa satu pokok perintah, yaitu mempercayai satu Tuhan dan mencintai sesama manusia. Datang umat Yahudi dengan bangga mengatakan, bahwa merekalah "Bangsa yang dipilih Allah" dan istimewa di atas dunia ini. Lalu mengumpul harta sebanyak-banyaknya, hingga tak tahu halal dan haram. Bunyi kitab Taurat dipegang teguhnya, isi dan inti sarinya tidak dipedulikannya. Maka datang Nabi Isa menyadarkan mereka kembali, supaya kembali ke pokok ajaran yang asli tadi. Beliau katakan, bahwa mengumpulkan harta tidaklah akan masuk ke dalam surga, sebelum orang dapat memasukkan unta ke dalam liang jarum.

Kemudian Nabi Isa pun wafat. Maka datang pula umat di belakangnya yang karena sangat cintanya kepada Nabi Isa, dikatakannya, bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan, dan Tuhan itu adalah tiga, tetapi ialah satu. Dan pendeta-pendeta mempergunakan pengaruhnya yang besar, sehingga dia merasa berkuasa buat mengusir kucil orang dari dalam agama atau mengampuni dosa orang.

Maka datanglah Nabi Muhammad saw. memberi peringatan supaya orang benar-benar mempergunakan akal. Tuhan Tiga-Satu, Satu-Tiga, adalah kepercayaan yang tidak masuk akal. Dan Isa al-Masih sendiri pun tidak disuruh mengajarkan demikian. Dan pendeta-pendeta itu bukanlah Tuhan.

Sekarang dalam kalangan umat Muhammad saw. sendiri pun tidak kurang terdapat penyakit yang terdapat pada umat yang terdahulu itu. Ada yang berkata, bahwa umat yang paling tinggi di dunia ini hanyalah umat Islam, meskipun mereka tidak mengamalkan ajaran Islam dan tidak pernah menuruti langkah Rasul. Dan ada pula kaum sufi yang mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw. itu adalah penjelma Allah SWT (Ibraza Haqiqatihil Muhammadiyah), malahan marah kalau ditegur kepercayaannya yang sesat itu. Bahkan ada pula ulama-ulama Islam yang berkata kepada muridnya, asal suka membayar azimat (jimat) yang diberikannya, niscaya akan terlepas dari adzab api neraka,

"Akan kamu ikuti jejak umat yang terdahulu dari kamu, jejak terompah di atas jejak terompah."

Oleh sebab itu sebagai kesimpulan dari ketiga ayat ini, ayat 55-57 adalah sebagai berikut.

1. Cita-cita menjadi Khalifah Allah di atas bumi ini, artinya memegang tampuk pemerintahan di atasnya, pasti berhasil, asal kamu masih tetap beriman dan beramal saleh. Yang cita-cita itu pasti tercapai, yaitu agamamu tegak tidak ada gangguan dan keamanan timbul, segala kekacauan hilang. Sebab semuanya itu didapat dengan teguh percaya kepada Allah SWT. Tetapi siapa yang menyeleweng, terhitunglah dia orang yang fasik mendurhaka.

2. Untuk memelihara hasil yang telah didapat dan untuk mengejar cita yang belum dicapai hendaklah perteguh pribadi dengan shalat dan suburkan masyarakat dengan zakat dan tegakkan disiplin dengan taat kepada Rasul.

3. Orang yang membantah atau menampik atau menolak kebenaran Ilahi, walaupun siapa, walaupun dia mengakui dirinya orang Islam, tidaklah akan luput dari akibat kedurhakaan itu di bumi ini. Tempatnya ialah Neraka. Neraka dunia karena kegelisahan hidup, sehingga mungkin menyebabkan gila, atau cemas, takut, cemburu kepada orang, benci dan dendam. Dan Neraka akhirat yang lebih dahsyat lagi. Maka akhir kesudahan dari orang yang keluar dari garis kebenaran adalah buruk sekali, atau tragis sekali.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 325-327, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAUHID adalah puncak tertinggi dari kecerdasan manusia.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 141, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DALIL

"Katakanlah! Tunjukkanlah kemari alasan kamu!" (al-Anbiyaa': 24).

Di sini kita diberi suatu petunjuk bahwa di dalam menegakkan suatu kepercayaan hendaklah ada alasan atau dalil yang akan dijadikan pegangan.

TAUHID ULUHIYAH DAN TAUHID RUBUBIYAH

Isi atau inti, pokok atau pangkal agama, ialah dua ini.

Kedatangan wahyu Allah yang dibawa oleh Rasul saw. mengajarkan Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah, bukan saja menunjukkan pokok aqidah, bahkan kebenaran dalam segala cabangnya: Mengenai akhlak, pemerintahan, peraturan hidup.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 23, Jilid 4 Hal. 411, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BENCANA ALAM (KARENA ADA DOSA-DOSA YANG SUDAH SANGAT MEMUNCAK)

Bahwa bencana-bencana alam yang terjadi ialah karena ada dosa-dosa yang sudah sangat memuncak. Maka Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya, untuk menanamkan keinsafan bagi manusia supaya segera bertobat kepada Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 603, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

LCBT (LINGKARAN CHURAFAT BID'AH TAHAYUL) TERKUTUK

MENDUSTAI DIRI SENDIRI

"Mereka itulah orang-orang yang mengutuk Allah akan mereka. Dan barangsiapa dikutuk oleh Allah, maka sekali-kali tidaklah akan engkau dapati pembantu baginya." (an-Nisaa' ayat 52).

Pertama, mencampur-aduk kebenaran agama dengan kesesatan, atau jibti. Sehingga dibangsakan kepada agama, hal-hal yang sama sekali ditolak oleh agama sehingga timbul Bid'ah, Khurafat, Tahayul.

Kedua, menuhankan manusia, sampai memberikan kepadanya pemujaan yang mendekati pemujaan kepada Allah. Begitu mereka perbuat kepada ulama-ulama dan pimpinan mereka.

Ketiga, berani memutar-balik kebenaran karena mengharapkan kemenangan pengaruh dan politik.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 325, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAUHID YANG SEJATI

Tidak pernah ada Mazhab Hambali di Minangkabau, hanya ada penganut Mazhab Syafi'i yang terpengaruh oleh semangat ajaran Imam Muhammad bin Abdul Wahhab.

Yaitu kembali kepada ajaran Tauhid yang sejati.

Dilanjutkan terus sampai kini.

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Hal. 140, Republika Penerbit, Cet.I, Mei 2017).

PEMBUNUHAN BESAR-BESARAN TERHADAP KELUARGA RAJA PAGARRUYUNG

Sumber berita bahwa kaum Padri membunuhi keluarga Raja Pagarruyung ini adalah dari orang Belanda.

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Hal. 343, Republika Penerbit, Cet.I, Mei 2017).



MUFTI KERAJAAN ACEH

GAGAH PERKASA MEMPERTAHANKAN SUNNAH

Syekh Nuruddin ar-Raniri karena sikapnya yang gagah perkasa mempertahankan Sunnah atau Madzhab Salaf, yang disebut dalam istilah Orientalis Barat Orthodox karena ketegasan dan kekerasan sikapnya itu, di zaman Sultanah Tajul Alam Shafiyatuddin, diangkatlah beliau menjadi Mufti Kerajaan Aceh.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 240, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

IBU-BAPAK NABI SAW.

Rasa cinta kepada Rasulullah saw. dan kepada neneknya Ibrahim, menyebabkan orang "tidak sampai hati" akan menyebut bahwa ibu-bapak Nabi saw. atau ibu-bapak Ibrahim tidak Islam atau kafir atau masuk neraka.

Ulama-ulama Salaf walaupun yang berpegang teguh pada hadits-hadits yang shahih itu sendiri, tidaklah kurang hormat mereka kepada Rasul dalam hal yang berkenaan dengan ibu-bapak dan keluarga beliau.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 190-191, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KLIK DISINI: UNTOLD STORY BUYA HAMKA DAN MAULID NABI SAW.

Apabila kita teguh berbenteng dengan IMAN, kita akan jadi Hizbullah, golongan Allah dan apabila kita terpedaya oleh Setan kita PASTI jadi anggota Hizbusy-Syaitan. Na'udzubillah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 349, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BER-KHILAFIYAH TENTANG PERINTAH ALLAH

"Orang-orang yang mempertengkarkan pada ayat-ayat Allah tidak dengan alasan yang sampai kepada mereka, amat besarlah dosanya di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mencap hati tiap-tiap orang yang sombong lagi angkuh." (al-Mu'min: 35).

Artinya kalau datang ayat-ayat Allah bukanlah mereka musyawarah bagaimana supaya dapat diamalkan, melainkan jadi buah pertengkaran dan perdebatan.

Umumnya mereka sangat ahli memperdebatkan dan bertengkar, ber-khilafiyah tentang perintah Allah, bukan buat diamalkan, melainkan buat mencari jalan keluar. Sebab itu Allah mengutuk dan orang yang beriman pun bosan dengan mereka.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 100, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

NERAKA BALASAN ORANG KAFIR

"Demikianlah balasan terhadap musuh-musuh Allah; Neraka untuk mereka di dalamnya negeri yang kekal; sebagai ganjaran oleh karena mereka telah mengingkari ayat-ayat Kami." (Fushshilat: 28).

Orang-orang seperti ini sudah diberi cap yang sangat jelek, yaitu "musuh-musuh Allah". Kebenaran datang dari Allah. Kebenaran itulah yang mereka tolak, mereka dustakan, mereka bantah. Balasan itu tidak lain: Neraka. "Untuk mereka di dalamnya negeri yang kekal." Artinya, neraka itulah negeri yang kekal untuk mereka, tidaklah mereka akan berpisah dari sana lagi selama-lamanya.

Memang di segala zaman terlalu banyak manusia yang hanya mengiyakan saja percakapan orang lain dengan tidak usul periksa. Padahal dia diberi mata untuk melihat sendiri, telinga untuk mendengar dan hati untuk berpikir dan memahamkan. Tidak mempunyai keberanian buat menyelidiki sendiri dengan alat yang telah diberikan Allah kepadanya. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan mereka menjawab, "Si Anu mengatakan begitu, saya pun menurut saja. Si Fulan mengatakan begini, saya pun percaya!"

Maka setelah nyata bahwa dia dihukum juga, Jahannam juga yang akan jadi tempatnya dimohonkannya kepada Allah supaya kedua macam penipu, pembujuk dan perayu itu yang rayuan dan tipuannya telah menyebabkan mereka tersesat supaya segera dipertemukan dengan dia. "Supaya kami letakkan keduanya di bawah injakan telapak kaki kami." Biar mereka kami injak-injak karena mereka itu adalah orang jahat yang telah membawa kami ke tempat yang sengsara buat selama-lamanya.

Itulah ucapan penyesalan yang sangat gemas, luapan dari rasa marah dan kecewa dan jengkel. Dibayangkan yang akan kejadian itu di dalam wahyu Allah kepada Rasul-Nya agar diperintahkan kepada orang yang beriman agar mereka jangan menempuh jalan yang sangat goblok itu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 162-163, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Pendiri dan Ketua Majelis Ulama -Mufti- Indonesia: Buya HAMKA

mui.or.id/tentang-mui/ketua-mui/buya-hamka.html

KAUM MUDA DAN WAHABI

Mufti Johor telah mengenal saya sebagai Kaum Muda dan Wahabi dari Indonesia.

LARANGAN Mufti Johor, meskipun sebuah negeri kecil, sebesar satu kecamatan atau kurang, dapat kita jadikan pula perbandingan bahwa memaksakan suatu paham agama dengan kekuasaan, payahlah akan berhasil, MALAHAN ITULAH YANG AKAN MEMECAHKAN PERSATUAN.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 70, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENGUBAH SYARI'AT (KEDUSTAAN ATAS NAMA ALLAH)

"Katakanlah: 'Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan sesuatu kedustaan atas nama Allah tidaklah mereka akan menang.'" (Yuunus: 69).

Menambah-nambah syari'at dari apa yang telah tergaris dengan nyata dari Allah, atau menguranginya dan lain sebagainya.

Seumpama berbagai macam gerakan Tasawuf yang mengatakan kalau kita sudah yakin, kita tidak perlu beribadah lagi, atau pun mewajibkan membaca-baca bacaan sebagai wirid, padahal tidak ada keterangan daripada Al-Qur'an atau Hadits.

"Kemudian itu akan Kami rasakan kepada mereka adzab yang sangat sekali, dari sebab apa yang telah mereka kufurkan itu." (ujung ayat 70).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 468-469, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

NABI MENYERU KEPADA JALAN YANG LURUS

"Sesungguhnya engkau mengajak mereka kepada jalan yang lurus." (al-Mu'minuun ayat 73).

Sebab itu di dalam menegakkan jalan yang lurus tidaklah diadakan tolak-angsur.

"Supaya Dia kukuhkan kebenaran dan Dia hancur-leburkan kebatilan walaupun orang yang durjana tidak menyukainya." (al-Anfaal: 8).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 214-215, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SERULAH SEKUTU-SEKUTU KAMI ITU

Kemudian dengan lebih berani lagi, Nabi saw. disuruh mengatakan,

"Serulah sekutu-sekutu Kami itu." (al-A'raaf: 195).

Cara kita sekarang, pasanglah dupa, bakarlah kemenyan, ratib tegaklah memanggil segala barang pujaan itu, wahai berhala anu, hantu pemburu anu, wahai nan di bigak nan di bigau, wahai wali keramat di Luar Batang dan segala tempat atau kubur yang dikeramatkan, wahai arwah kyai anu di kampung anu, habib fulan di kampung fulan, tolonglah kami, perkenankan doa kami.

"Kemudian itu cobakanlah tipu dayamu kepada-Ku." (al-A'raaf: 195).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 637, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PERINGATAN YANG TEGAS

Pada Tahun kedelapan Hijrah, kota Mekah dikepung dan ditaklukkan dan Muslimin mencapai kemenangannya dan kedaulatan berhala habis dimusnahkan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 329, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BUYA HAMKA SOSOK TELADAN: Pengawal Akidah Umat

kemenag.go.id/home/artikel/12724

INTI TAUHID

"Tidak ada kewajiban bagi Rasul, melainkan menyampaikan." (al-Maa'idah pangkal ayat 99).

Rasul sekali-kali tidak membuat jalan sendiri.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 47, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TEGASNYA, JALAN YANG LURUS HANYA SATU

Yaitu yang digariskan oleh Allah.

Dengan petunjuk Allah, Nabi Muhammad saw. telah menempuh jalan Allah yang satu dan lurus itu.

Asal jalan Muhammad itu yang kamu turuti maka itulah jalan Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 340-341, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

THAGHUT

"Tidakkah engkau lihat kepada orang-orang yang berkata bahwa mereka telah beriman dengan apa yang telah diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau, padahal mereka meminta hukum kepada thagut sedang mereka sudah diperintah supaya jangan percaya kepadanya! Dan inginlah Setan hendak menyesatkan mereka, sesat yang sejauh-jauhnya." (an-Nisaa': 60).

Mengaku dirinya Islam.

Tetapi ganjil sekali sikap orang itu.

Padahal sudah nyata bahwa Allah memerintahkan bahwa peraturan Thagut tidak boleh diikut.

Tetapi orang yang munafik tidak mau begitu.

Mereka hanya mau kembali kepada Allah dan Rasul kalau ada keuntungan untuk diri sendiri dan kalau akan merugikan bagi diri mereka, mereka tidak mau.

Mereka turut bersorak, mendabik dada mengatakan percaya kepada Allah, tetapi di saat dibawa kepada Allah, mereka enggan menurut.

Mereka telah berani membekukan hukum Allah.

Tidak mereka insafi bahwa itulah yang membawa selisih dan sengketa.

Bahwasanya peraturan Allah hendaklah ditaati 100%, jangan dicampur-aduk dengan hukum Thagut yang membawa kesesatan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 349-355, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MUNAFIK

Lantaran itu tinggallah penghuni bumi terhadapnya tiga macam pula:

1. Muslim dan Mukmin.

2. Kafir yang berdamai dengan dia dan mereka dijamin.

3. Yang takut kepadanya, tetapi selalu dalam suasana perang.

Terhadap kaum munafik, Rasulullah saw. disuruh menerima saja yang lahir dari mereka. Adapun isi batinnya, serahkan kepada Allah saja. Mereka ini diperangi dengan ilmu dan hujjah. Dan, terhadap mereka sikap harus tegas (halal tetap halal, haram tetap haram) dan keras menegakkan hukum. Selalu adakan seruan kepada mereka, sehingga sampai ke dalam jiwa mereka. Tetapi kalau mereka mati, dilarang menshalatkan mereka dan tidak boleh berdiri ke dekat kubur mereka. Katakan terus terang kepada yang munafik itu, meskipun Rasulullah saw. memohonkan ampun buat mereka atau tidak dimintakan ampun, namun Allah takkan memberi ampun mereka. Demikianlah sikap Rasulullah saw. terhadap musuh-musuhnya, dari kalangan kuffar (orang-orang kafir) ataupun terhadap yang munafik!

Sekian cukilan dari keterangan Ibnul Qayyim mengenai ayat-ayat yang tengah kita tafsirkan dan kita perbincangkan ini.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 79, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MENGHORMATI KEMERDEKAAN BERPENDAPAT

Kerapkali benar agama itu diambil menjadi perkakas untuk menentang pendapat yang baru dan kemerdekaan bersuara, baik di Barat dan di Timur.

Galilei seketika mula-mula menyatakan pendapat bahwasanya bumi itu bulat, seluruh gereja di Eropa mengafirkan dan memutuskan pendapatnya itu sesat lagi menyesatkan. Dia diancam kalau tidak mencabut pendapatnya itu, dia akan dihukum murtad dari agama. Dia hanya menjawab, "Ya, meskipun tuan-tuan hukumkan saya murtad dari agama, lantaran perbuatan tuan-tuan itu, bumi ini tidaklah akan berubah menjadi picak, tetapi bulat terus dan beredar dikelilingi matahari".

Hal ini telah diderita oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, yang dituduh kafir lantaran tidak mengakui adanya syafaat wali-wali keramat.

Orang yang marah-marah menyambut pendapat baru, membuktikan kelemahannya, membantah alasan dengan alasan.

(Buya HAMKA, LEMBAGA HIDUP: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 167-168, 172, Republika Penerbit, 2015).

SAMA SAJA

Di zaman sekarang terdapatlah hampir di seluruh dunia Islam orang-orang yang menghormati kuburan orang-orang yang telah meninggal dunia, sama saja dengan kaum musyrikin menyembah berhala.

Kuburan itu mereka hiasi dengan berbagai hiasan, mereka bernazar kalau maksudnya tercapai akan pergi ziarah mengucapkan syukur kepada kuburan itu. Bahkan ada kuburan itu yang sampai diberi kelambu seperti kelambu pengantin. Mereka katakan bahwa Tuan Syekh atau Waliyullah yang berkubur di sana akan menjadi syafaat di akhirat kelak, atau permintaan dan doa di waktu di dunia ini pun sebaiknya jangan langsung kepada Allah, lebih baik dengan "berkat jaah (kebesaran) beliau" yang berkubur itu. Tiap tahun berkumpul ramai-ramai di sana, makan dan minum, berhari raya, berkenduri, berdzikir, berdoa, sehingga sama keadaannya dengan Ka'bah kecil-kecilan.

Kalau mereka mengakui diri orang Islam, mengapa mereka tidak saja memohon kepada Allah, dengan tidak usah meminta syafaat kubur itu, padahal ayat-ayat ini sudah terang mengatakan bahwa seluruh kekuasaan di langit dan di bumi adalah mutlak dengan tangan Allah?

Dan mengapa mesti ke kuburnya? Padahal doa kita didengar Allah walau di mana kita ucapkan!

Oleh sebab itu maka tepat sekalilah apa yang dikisahkan Allah tentang nasihat Luqman kepada putranya tentang berbahaya mempersekutukan Allah,

"Sesungguhnya syirik itu adalah aniaya yang paling besar." (Luqmaan: 13).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 46, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

LANDASAN DAKWAH ISLAMIYAH

"Katakanlah, 'Hanya satu saja nasihat yang akan aku berikan kepadamu, (yaitu) bahwa kamu menghadap Allah berdua-dua dan sendiri-sendiri, kemudian itu hendaklah kamu pikirkan tidaklah ada pada teman kamu itu sakit gila. Dianya lain tidak hanyalah menjadi Pengancam bagi kamu di hadapan adzab yang sangat.'" (Saba' ayat 46).

Di sini Nabi disuruh Allah menganjurkan orang-orang itu supaya berpikir sendiri-sendiri, direnungkan dan tinjau ke dalam hati sendiri.

Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang Esa.

Mereka menyembah berhala hanyalah sebagai perantara saja.

Dalam anjuran Nabi ini mereka disuruh berdua-dua atau sendiri-sendiri menghadap langsung kepada Allah.

Tinggalkan pengaruh yang lain.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 330-331, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KAFIR

"Telah dicap (dimaterai) oleh Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan atas penglihatan mereka ada penutup." (al-Baqarah pangkal ayat 7).

Lantaran sikap mereka yang demikian, kesombongan, juhud (menentang), inad (keras kepala), maka hati dan pendengaran mereka telah dicap (dimaterai) oleh Tuhan atau telah disegel. Artinya, kekafiran itu telah menjadi sikap hidup mereka. Tidak bisa diubah lagi.

"Dan bagi mereka adalah adzab yang besar." (al-Baqarah ujung ayat 7).

Kita pun akan berjumpa pertentangan dengan kekufuran yang demikian. Hati mereka menerima kebenaran itu, tetapi mereka timbuni, mereka sembunyikan.

Atau dengan tidak kita sadari, kita mengakui diri orang Islam. Al-Qur'an kita baca dan lagukan dengan tajwid yang baik, tetapi isinya tidak kita pahamkan dengan saksama. Lalu, datang orang menyerukan kebenaran supaya kita benar-benar kembali pada ajaran Rasul. Hati kecil mengakui kebenaran itu, tetapi ditolak dengan keras karena diri tersinggung, karena dengki, karena merasa "dilintasi".

Ada di antara orang Islam yang marah dan merasa dihina kalau dikatakan dia kafir. Akan tetapi, amal Islam tidak dikerjakannya, dan jika diajak pada ajaran Islam, dia marah.

Tahu akan kebenaran, tetapi tidak mau mengakuinya; itulah corak kafir yang terbanyak di zaman Nabi saw.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 104-106, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAQLID ADALAH MUSUH KEMERDEKAAN AKAL

"Adakah akan bersamaan orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan?" (QS. az-Zumar [39]: 9).

Maka iman atau Islam yang hanya dipusakai belaka, atau hanya dikerjakan karena ikut-ikutan, belumlah tentu kesempurnaannya. Meskipun bagaimana teguhnya mereka memegang segala pokok agama, maka pegangan itu mudahlah lepas, karena pertahanannya tidak ada di dalam lubuk kesadaran jiwanya sendiri.

Dan agama yang dikerjakan hanya karena ikut-ikutan (taqlid) amat takut akan ujian akal. Dia lekas sekali murka menuduh "keluar dari agama" kalau ada orang menyatakan pikiran yang berbeda dari apa yang diterimanya dari guru-guru dan nenek moyangnya.

Dan mungkin pula orang-orang yang telah mengakui dirinya Islam, umat Islam dan ibu bapaknya Islam, hidup dalam masyarakat Islam, harus memeriksa kepercayaannya itu kembali, sebab sudah terlalu jauh keluar dari pokok asalnya. Dan jauh benarlah perbedaan arti "percaya (iman)" dengan "menurut sajalah". Sebab, iman adalah pendapat sendiri, di dalam perjalanan hidup mencari kebenaran, yakni kesungguh-sungguhan yang tidak pernah berhenti, sehingga insaf kelemahan diri di hadapan kebesaran Yang Maha Besar. Adapun "percaya sajalah" adalah menurut dengan membuta-tuli apa yang dikatakan orang lain, atau apa yang diterima dari guru, sehingga akal sendiri menjadi beku tidak bergerak. Dan apabila telah timbul kebekuan itu, beku pulalah paham agama dan tidak lagi bercahaya sinarnya. Itulah yang bernama "taqlid". Taqlid adalah musuh kemerdekaan akal.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM Jilid 1, Hal. 27-29, Republika Penerbit, Cet.1, April 2018).

ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI

SAAT KESADARAN

Rumah keislaman itu telah bobrok, rusaknya bukan dari satu pihak saja. Atapnya telah tiris, dindingnya sudah jarang dan masuk angin dari celah-celah dinding itu, orang yang di dalam kedinginan. Batu-batu sendinya telah teranjak dari tempatnya yang bermula, menyebabkan tonggaknya tidak sama lurus lagi tegaknya, tunjang-tenjengan (tinggi-rendahan), rumput yang ada di halaman rumah itu telah panjang, jenjang telah runtuh, pagarnya rompak dan dapurnya tiada beratap lagi, batunya telah berlumut. Jika kita hendak memanggil tukang untuk memperbaiki, tukang itu tidaklah cukup seorang, melainkan berdua, bertiga, bahkan berpuluh. Kalau perlu rumah itu harus diruntuhkan sama sekali. Perumahannya saja yang wajib didatarkan. Di atas perumahan itu didirikan gedung yang baru, yang kukuh dan kuat. Penganjur-penganjur dan pembangun-pembangun Islam yang datang sejak permulaan Abad ke-19 Masehi adalah seumpama tukang yang datang meruntuhkan rumah lama dan mendatarkan perumahan, serta menegakkan rumah yang baru itu.

Sudah jatuh Kerajaan Bani Abbasiyah di Abad ke-7 Hijriyah (656 M), maka tiap-tiap angin datang yang agak keras, runtuh jugalah rumah itu sehingga yang belum ketirisan dan belum lapuk ke ruang yang tinggal sedikit itulah umat Muslimin yang menumpang di dalamnya, datang melindungkan diri. Itulah Kerajaan Turki Utsmani. Itulah lagi negeri yang dipandang "pertahanan akhir bagi Islam". Namun, kebangunan Turki adalah laksana geraknya seekor ayam yang telah disembelih ketika hendak mengembuskan napasnya yang penghabisan. Sesudah Turki di zaman Muhammad al-Fatih dapat menaklukkan Kerajaan Byzantium, Sulaiman al-Qanuni dapat menyerang Balkan dan mengepung ibu kota Oostenrijk, negeri Weenen yang masyhur. Namun, setelah itu Turki surut ke bawah, turun dan turun lagi, sampai di zaman Sultan Abdul Hamid. Waktu itu negeri-negerinya di Eropa diambil satu per satu dari tangannya oleh bangsa-bangsa Rusia, Prancis, Oostenrijk, di Timur pun demikian pula. Pemerintahan tiada teratur, agama sangat kolot, pengaruh budak-budak kebiri amat besar di dalam istana. Kepala-kepala perang mengambil uang suap (risywah). Tunisia diambil Prancis, demikian juga Algeria, Mesir diambil Inggris, Balkan memberontak dengan bantuan Rusia, Tripoli diambil Itali. Turki dapat gelar orang sakit di Eropa. Di zaman itulah timbul beberapa pembangun, dari segala segi.

Awal Abad ke-19 adalah zaman kebangunan.

Mula-mula sekali muncul dahulu "seorang" besar di dalam Abad ke-18. Kedatangan yang seorang bermula ini, ialah ketokan yang pertama. Yang dibangunkan ialah jiwa, bukankah jiwa itu pangkal kerusakan dan kesadaran jiwa pangkal kebangunan umum.

1001 macam penyakit menimpa tubuh masyarakat Islam, pangkalnya hanya satu, yaitu kerusakan Tauhid, kerusakan kemerdekaan jiwa.

Kemunduran siasat, kemunduran ekonomi, masyarakat, kezaliman raja-raja, ulama, kelalaian kepala-kepala perang, kemesuman istana. Kerusakan dan kecabulan di dalam negeri pangkal pokoknya hanya satu, ialah kerusakan perhubungan dengan Tuhan, maka Allah takdirkan menimbulkan mujaddid yang pertama untuk kebangkitan, yang sekarang ini. Itulah Muhammad bin Abdul Wahab di Nejed.

Kebangunan Muhammad bin Abdul Wahab yang mula-mula itu adalah seumpama "bom" yang amat keras memukul kubu-kubu pertahanan Islam yang bobrok. Dia memukul sekeras-kerasnya Islam yang telah rusak. Dipandangnya kaum Muslimin di mana-mana di seluruh dunia telah sesat, telah musyrik. Kemusyrikan itu wajib dibanteras dan umat dibawa kembali kepada Tauhid yang khalis.

Kerajaan Turki dipandangnya sebagai induk dari kemusyrikan di dalam Islam. Mekah al-Mukarramah, tempat Ka'bah didirikan, dipandangnya serupa dengan keadaan mula-mula Nabi Muhammad diutus, yakni telah dicampuri syirik. Kubur yang ada di Mekah dan kubur yang ada di Najaf dan Karbala sarang menyerikatkan Tuhan belaka.

Sebab itu Kerajaan Turki merasa bahwa pertahanannya dan kebesarannya terancam. Lalu diperbuatnya sarana di mana-mana menuduh bahwa Muhammad bin Abdul Wahab dan Raja Saudi yang membantunya adalah paham yang sesat di dalam Islam. Banyak belanja dipergunakan untuk sarana itu, sehingga kaum Wahabi dibenci betul-betul oleh seluruh dunia Islam. Banyak "ulama resmi" yang dipergunakan mengarang buku-buku mencela kebangunan itu.

Turki waktu itu telah lemah. Sendiri tiada sanggup dia menghadapi kebangunan di tanah Arab itu, sebab itu disuruhnyalah kerajaan muda yang baru naik, yaitu Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali Basya menyerang kaum Wahabi dan kerajaannya yang telah rata pengaruhnya di seluruh tanah Arab itu. Sebetulnya kalau sekiranya boleh dibentuk menurut kehendak kita yang datang kemudian, tidak patut Kerajaan Wahabi dengan Kerajaan Mesir berperang. Keduanya itu sama-sama hendak bangun dan tidak puas dengan susunan lama, cuma ubahnya. Wahabi bangun dari segi ruh iman dan Mesir bangun dari sebab masuknya tamadun yang dibawa Napoleon ke sana.

Muhammad Ali Basya disuruh Sultan Turki memerangi Wahabi. Peperangan itu adalah jenjang bagi Muhammad Ali Basya untuk meningkatkan derajat lebih tinggi, yaitu pengakuan Turki bahwa Mesir Kerajaan Merdeka, hanya bersahabat dengan Turki di dalam persatuan agama saja. Permintaannya ini terpaksa dikabulkan oleh Turki. Setelah dikabulkan maka Muhammad Ali Basya pergi memerangi Wahabi sehingga kalah dan raja-rajanya ditangkap dan dikirim ke Istanbul serta dihukum bunuh! Kepalanya digantungkan di pintu gerbang kota berbulan-bulan lamanya.

Dengan kemenangan menghadapi kerajaan Wahabi, Muhammad Ali Basya bertambah kuat. Sampai sekali lagi Turki meminta bantu kepada Mesir mengalahkan Yunani. Setelah itu Muhammad Ali meluaskan kuasa mengalahkan Sudan, sampai tentaranya memasuki tanah Habsyi. Akhirnya dirampasnya tanah-tanah wilayah Turki sendiri sampai ke Syam dan tidak berapa jauh lagi tentaranya akan masuk ke Istanbul ibu kota Turki. Kalau sekiranya tidaklah kerajaan Barat campur tangan, tentulah Muhammad Ali Basya sudah sanggup menumbangkan Turki Utsmani. Jadi adalah Turki Utsmani membesarkan anak harimau.

Meskipun Wahabi terpukul jatuh, tetapi awal kebangunan Islam kedua kali dan yang membangkitkan kesadarannya ialah mereka, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab dan pengikut-pengikutnya.

Raja Ibnu Sa'ud di Dariyah tanah Nejed menerima ajaran beliau dan menjadikan dasar perjuangan mempersatukan tanah Arab.

Muhammad bin Abdul Wahab itulah yang meletakkan batu pertama dari kebangkitan ini. Sudah itu barulah masuk Abad ke-19, di Abad itulah tumbuh beberapa orang besar yang memperbaiki Islam dan kaum Muslimin dari seginya masing-masing.

(Buya HAMKA, ISLAM: REVOLUSI DAN IDEOLOGI, Hal. 67-71, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Maret 2018).

PESAN-PESAN ISLAM KH. AGUS SALIM

Maka aliran kelima ini, yang keseluruhannya dikenal dengan sebutan kaum Syi'ah, yaitu aliran yang membangkang.

Aliran Syi'ah ini pun berpecah-belah berulang kali, dan golongan Syi'ah yang berkuasa terdapat di Kerajaan Yaman, di ujung Barat Daya Jazirah Arab, serta kaum penganut Aga Khan, ayahanda Ali Khan, yang di Amerika lebih terkenal sebagai suami bintang film Rita Hayworth. Berkenaan dengan kekuasaan Aga Khan, pengaruhnya amat kuat, sekalipun ia tidak memegang kekuasaan pemerintah negara terhadap kaum pengikutnya.

Telah saya singgung bahwa kaum Syi'ah sepanjang sejarah menjadi penganut paham teokrasi melalui golongan pendeta atau imam.

Pemerintahan Kerajaan Usmani di Turki semata-mata merupakan pemerintah sekuler, di mana agama diberi kedudukan dalam suatu Majelis yang dipimpin oleh seorang yang diberi gelar Syekh Al-Islam.

Kerajaan Ibn Saud, yang sungguh adalah seorang Muslim yang keras dan telah mengumpulkan kaum ulama di sekitarnya, namun pemerintahnya tidaklah dipimpin oleh kaum ulama.

Demikianlah keempat madzhab dalam hukum agama Islam selalu terbuka untuk perubahan dan penyesuaian.

Demikianlah keadaan sejak semula.

Abu Hanifah adalah seorang murid Jafar Shadiq, dan ia mendirikan madzhabnya sendiri. Dalam Madzhab Hanafi itu pun seorang muridnya yang terdekat, yaitu Abu Yusuf, menyimpang pula dari Madzhab Hanafi. Kemudian, ada Maliki yang berbeda pula dengan Madzhab Hanafi. Demikian pula Ibn Hanbal, murid Imam Syafi'i mendirikan madzhab yang berbeda sama sekali dengan madzhab-madzhab yang terdahulu; madzhabnya adalah yang keempat, dan ia berhadapan dengan ketiga madzhab terdahulu yang mapan, maka ditegaskannya bahwa tidak terdapat kewajiban untuk berpegang pada ajaran suatu madzhab yang terdahulu karena pada setiap waktu manusia bertanggung jawab sendiri terhadap caranya ia memahami ajaran Al-Qur'an dan hukum agama.

Bahkan ada hadits yang mengatakan bahwa Nabi berkata bahwa setiap Abad akan ada orang yang lebih sempurna memahami Al-Qur'an daripada orang-orang zaman sebelumnya. Hal ini memang wajar dan masuk akal. Terdapat pula hadits versi lain, yang menurutnya Nabi bersabda,

"Pada awal setiap Abad akan tampil segolongan di kalangan Muslim yang akan memulai suatu pembaruan agama."

Ada orang berkata bahwa tidak terdapat pembaruan sejak Tahun 1100 H, yaitu 274 Tahun yang lampau. Maka sudah waktunya ada pembaruan lagi. Di Dunia Islam terdapat segolongan orang yang telah menikmati pendidikan modern, yang agaknya mempunyai pandangan dan pertimbangan yang asing bagi golongan santri, yang mempelajari ajaran yang berasal dari 400 Tahun dahulu, membaca dan mempelajari buku-buku yang itu-itu juga.

Selanjutnya, terdapat pula beberapa madzhab lain yang masing-masing disebut madzhab kelima. Golongan ini tidak mengakui keabsahan keempat madzhab hukum yang ada dalam Islam, dan tidak mengakui keabsahan khalifah. Mereka adalah kaum Syi'ah.

Lama-kelamaan mereka menaruh kepercayaan bahwa senantiasa terdapat seorang Imam keturunan Ali, sekalipun berwujud gaib, yang menjadi pemimpin kaum Muslim, dengan siapa kaum mistik yang tinggi perkembangan batinnya, bisa berkomunikasi. Kemudian, mereka membentuk suatu keseluruhan sistem hierarki imam yang bertata-tangga, bertingkat-tingkat, yang dikatakan berasal dari Tuhan melalui Ali, sebagai wakil Tuhan, melalui pucuk tertinggi, sebagai Imam pada masanya, yang hadir, walaupun tak kasat mata.

Kemudian di bawahnya menyusul sekelompok pendeta-pendeta puncak dari kaum Syi'ah, dan seluruh hierarki berjenjang turun begitu saja. Hal itu tidak pernah ada sebelum masa Ali, juga belum ada pada masa Husain. Hal itu hanya berkembang belakangan dan utamanya di Iran. Persia memeluk agama Islam, mengambil Islam tanpa menerima kekhalifahan yang ada. Dengan demikian, mereka bisa mengukuhkan dirinya sebagai negeri Islam yang terpisah di bawah kepemimpinan Ali. Sebagaimana diketahui dinasti di Persia disebut sebagai dinasti Ali dan di dalam perjalanan waktu, kelompok-kelompok partisan bermunculan. Masing-masing mengarah kembali ke salah satu dari keturunan Ali. Ada 12 keturunan Ali yang diketahui, kepada siapa, masing-masing daripadanya, satu bagian dari Syi'ah dipersembahkan, dan yang terakhir dari ke-12 imam adalah Muhammad Al-Mahdi Al-Hujjah.

Tapi, ini sama sekali suatu perkembangan yang terpisah dari perkembangan Islam, yang menurut Al-Qur'an dan Hadits.

Para pemimpin Syi'ah, masing-masing secara terpisah berhak memberikan penafsiran dari Al-Qur'an, dan kemudian pengikut-pengikutnya dibenarkan untuk mengikutinya. Tentu saja ini sesuatu perkembangan agama dengan sistem kependetaan. Jika diakui oleh para pendetanya barulah benar.

Demikianlah mengenai kaum Syi'ah.

(KH. AGUS SALIM, PESAN-PESAN ISLAM: KULIAH-KULIAH MUSIM SEMI 1953 DI CORNELL UNIVERSITY AMERIKA SERIKAT, Hal. 213, 245-246, Penerbit Mizan, Cet.I, Mei 2011).

PANGGILAN BERSATU

Kalau memikirkan bisa timbulnya tuduh-menuduh, fitnah-memfitnah karena bergerak menyiarkan Islam, kadang-kadang maulah kita takut dan berdiam diri saja. Tetapi kalau kita ingat bahwa kita mempunyai tujuan yang besar, yaitu tajdidul Islam, yang telah kita junjung tinggi sejak datangnya 3 ulama WAHABI dari Mekkah ke Minangkabau Tahun 1802, sejak tersebarnya faham Jamaluddin-Abduh di sini, sejak K.H.A. Dahlan memulai langkah perbaharuannya, sejak kita membaca karangan-karangan Bung Karno tentang "Mempermuda Pengertian Islam" dan "Islam Sontoloyo" dan "Surat-surat dari Endeh", dan kalau kita renungkan hari depannya Islam di tanah air kita ini, akan ingatlah kita bahwa tugas ini tidak boleh dihentikan. Dihentikan adalah dosa!

Pernahkah Anda ketahui bahwasanya pada Tahun 1912, dalam satu pertemuan K.H.A. Dahlan ditempeleng kepalanya hingga jatuh serbannya, dengan makian bahwa dia ulama sesat lagi menyesatkan, tetapi sekarang menjadi salah seorang "Pahlawan Kemerdekaan Nasional", dan dengan terang-terang Bung Karno mengatakan bahwa beliaulah yang memberinya pengertian tentang Islam?

Berjuanglah terus, hai mubaligh, menegakkan citamu, dan serahkanlah dirimu kepada Tuhan. Terhadap sesama pemeluk Islam ambillah satu sikap yang paling baik. Jika engkau dipandang musuh, pandanglah mereka kawan. Jika engkau dihina, muliakan mereka! Jika engkau diinjak, angkat mereka ke atas biar sampai tersundak ke langit. Adapun kemuliaan yang sejati, hanyalah pada siapa yang lebih taqwa kepada Allah. Oleh sebab itu, di dalam orang rebut-merebut keuntungan duniawi, mari kita merebut taqwa!

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 75-79, Penerbit Galata Media, Cet. I, Januari 2018).

"Ibnu Taimiyah Nusantara." (Riwayat Hidup HAMKA - Dr Rozaimi Ramle).

youtube.com/watch?v=irIWCrvw9Hw

"HAMKA - The Single Fighter." (Dato Dr Asri).

youtube.com/watch?v=Wio8_VMDGsU

KESIMPULAN bahwa ayat ini adalah undang-undang yang tetap dari Allah, bahwasanya DOSA SUATU MASYARAKAT dari satu negeri bisa menyebabkan datangnya KUTUK ALLAH kepada negeri itu.

Orang jadi ketakutan selalu, takut dirampok, takut garong dan takut serangan dari luar. Yang kuat menganiaya yang lemah sehingga tempat berlindung tak ada lagi.

Mungkin dalam negeri itu ada juga orang baik-baik, namun mereka telah terbawa rendang dan menjadi korban dari kesalahan orang-orang yang berbuat durjana.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 225-226, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

UMPAMA KELEDAI MEMIKUL BUKU

Dengan tegaslah al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menulis dalam kitabnya, I'Iamul Muwaqqi'in, bahwa ayat ini, "Walaupun dijadikan perumpamaan bagi orang Yahudi, namun makna yang terkandung di dalamnya mengenai juga bagi orang-orang yang memikul Al-Qur'an, namun mereka tidak mengamalkannya dan tidak memenuhi haknya dan tidak memelihara maksudnya dengan sepatutnya."

Hendaklah kita camkan, bahwa sebab turun ayat ini karena ada di zaman Nabi kita, Yahudi-yahudi berperangai demikian, lalu mereka ditegur.

Bukan karena Yahudi-nya, melainkan karena perangainya.

Dan Nabi pun pernah mengatakan bahwa kamu akan mengikuti jejak mereka setapak demi setapak.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9 Hal. 124-127, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DZIKIR

"Dan, sebutlah Tuhan engkau di dalam hatimu dengan merendah diri dan takut, dan tidak dengan kata-kata yang keras pada pagi hari dan petang." (al-A'raaf pangkal ayat 205).

Berkata Ibnu Katsir, "Lantaran itu sebaiknya janganlah berdzikir itu dengan bersorak-sorai atau suara keras."

Di sinilah terletak kepentingan dzikir: ingat selalu.

Lantaran itu maka jelaslah dzikir yang dilakukan oleh kebanyakan penganut ajaran Tasawuf, sebagai ratib-tahlil beramai-ramai, bersama-sama dengan suara keras, sampai saking asyik dan lupa diri, terjadi yang mereka namai jadzab sampai pingsan, bukanlah dzikir ajaran Nabi Muhammad saw. melainkan yang dibuat-buat kemudian (bid'ah) yang tidak berasal dari ajaran agama.

Dzikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. ialah tasbih: Subhaanallah, tahmid: Alhamdulillah, tahlil: La Ilaha Illallah, takbir: Allahu Akbar, Hauqalah: La Haula wala Quwwata Illa Billahi, dan istighfar: Astaghfirullah.

Maka, datanglah ahli-ahli Tasawuf membuat berbagai dzikir ciptaan sendiri, yang tidak berasal dari ajaran Allah dan Rasul. Ada dzikir yang hanya membaca Allah saja berkali-kali dengan suara keras-keras, bersorak-sorak sampai payah dan sampai pingsan. Ada dzikir yang huw saja. Karena kata mereka huwa yang berarti Dia, ialah Dia Allah itu sendiri.

Kadang-kadang mereka adakan semacam demonstrasi sebagai menentang terhadap orang yang teguh berpegang kepada Sunnah.

Maka, dzikir-dzikir semacam itu adalah berasal dari luar Islam atau telah menyeleweng sangat jauh dari pangkalan Islam.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 651-652, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PUNCAK SEGALA DARI SEGALA PERBUATAN ZALIM

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan atas nama Allah suatu kedustaan?" (Huud pangkal ayat 18).

Bahwasanya mengada-ada atau mengarang-ngarangkan suatu keterangan dusta tentang Allah adalah puncak segala dari segala perbuatan zalim.

"Ketahuilah, sungguh laknat Allah atas orang-orang yang zalim." (ujung ayat 18).

Mereka telah dilaknat oleh Allah, kutuk telah menimpanya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 538-539, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PEMBERONTAKAN DI CILEGON (1888 M)

Ulama tidak boleh memilih yang selemah-lemah iman. Melainkan naik setingkat lagi ke atas. Ubah dengan tangan.

Semangat mereka rupanya berpadu satu dan sama sepakat bahwa perubahan tangan akan dilakukan. Berpuluh orang santri di bawah pimpinan Haji Wasit sendiri pergi ke tanah perkebunan, tempat tumbuh kayu yang dikeramatkan itu. Mereka bawa kampak dan lading. Mereka tebang pohon keramat itu hingga tumbang, mereka bersihkan, potong-potong dahan dan rantingnya dan mereka campakkan. Sehingga ketika datang orang berziarah, kayu pujaan mereka sudah tidak ada lagi. Niscaya yang empunya tanah, yang mendapat banyak keuntungan dari pemujaan kayu itu, dapat dihasut oleh orang lain, bahwa penebangan kayu oleh orang di dalam pekarangannya adalah melanggar haknya. Ia pun mengadu kepada pemerintah setempat, sebab ia dirugikan. Orang masuk ke dalam pekarangannya dan merusakkan kayu harta miliknya dengan tidak seizinnya, ia menuntut.

Kiai Haji Wasit dipanggil ke kabupaten dan akhirnya diperkarakan. Niscaya susunan berpikir UNDANG-UNDANG BARAT, TEGASNYA, UNDANG-UNDANG KOLONIAL tidak mendapat jalan untuk membebaskan Kiai Wasit. Alasan-alasan agama yang dikemukakannya di muka pengadilan hanya akan diterima oleh hakim dengan senyum bergumam. Niscaya ia hanya akan dituduh fanatik saja. Akhirnya Kiai Haji Wasit didenda 3 ringgit. (F 7,50,-). Denda 3 ringgit itu sangatlah menyinggung perasaan keagamaan orang Bantam. Kiai yang sangat mereka hormati, yang menurut keyakinan mereka telah bertindak menurut HUKUM ISLAM SEJATI telah dihinakan, telah dipandang salah dan didenda.

DI MANAKAH KEMERDEKAAN AGAMA DALAM NEGERI INI?

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 83, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

IMAN, HIJRAH DAN JIHAD

Ingatlah TUJUAN HIDUP menyelamatkan JALAN ALLAH.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 420, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

AGAMA ALLAH

"Sesungguhnya yang agama di sisi Allah, ialah Islam." (Aali 'Imraan: 19).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 502, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

HAKIKAT ISLAM

"Sesungguhnya, yang agama di sisi Allah ialah Islam." (Aali 'Imraan pangkal ayat 19).

Dia mengaku Islam, tetapi tempatnya menyerahkan dirinya ialah gurunya, dia TAQLID saja kepada guru itu.

Atau, dia mengaku Islam, tetapi KUBURAN yang dikatakannya keramat lebih diramaikannya daripada masjid tempat menyembah Allah. Dia lebih banyak meminta dan memohon kepada yang mengisi kubur itu atau mereka itu dijadikan PERANTARA buat menyampaikan permohonannya kepada Allah.

Orang semacam ini semuanya mungkin telah termasuk golongan Islam di dalam perhitungan (statistik) dan dalam geografi (ilmu bumi), tetapi belum tentu jiwanya sendiri adalah Muslim, yang menyerah bulat kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 598, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SEGALA PERBUATAN BID'AH itu nyatalah tidak bersumber dari pengetahuan dan tidak dari petunjuk (hidayah Ilahi).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 55, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DUA GOLONGAN

"Satu golongan diberi-Nya petunjuk dan satu golongan (lagi) tertimpalah atas mereka kesesatan. Sesungguhnya, mereka telah mengambil Setan-setan jadi pemimpin-pemimpin selain Allah dan mereka mengira bahwa mereka adalah mendapat petunjuk." (al-A'raaf ayat 30).

Seluruh manusia telah diciptakan Allah dari keturunan Adam. Kemudian, hidup dalam dunia ini dan kelak akan mati. Setelah mati semuanya pun akan kembali hidup di alam lain, alam akhirat. Kebangkitan kedua kali ini menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang mengikuti petunjuk Allah, kedua golongan yang tersesat.

Mengapa ada yang tersesat?

Lanjutan ayat telah memberikan jawaban, mengapa ada golongan yang tersesat:

"Sesungguhnya mereka telah mengambil Setan-setan jadi pemimpin-pemimpin selain Allah."

Ingatlah kembali bahwa sejak semula Adam dijadikan dan iblis disuruh sujud lalu menolak, sudah tampak bahwa golongan ini akan terbagi dua. Dan, setelah iblis mencoba memerdayakan Adam dan istrinya, sudah bertambah jelas bahwa golongan ini akan terbagi dua. Pada ayat 28 Allah memperingatkan bahwa apabila Adam dan keturunannya telah disuruh meninggalkan surga bersama iblis itu, barangsiapa yang mengikut petunjuk Allah, tidak usah mereka khawatir, tak usah mereka merasa takut ataupun bersedih hati. Sebab, mereka akan selamat. Di ayat 29 dijelaskan lagi bahwa orang yang menolak dan kafir, yang mendustakan ayat-ayat Allah, nerakalah tempatnya dan akan kekallah dia di dalam.

Rupanya setelah hari Kiamat itu nanti, seluruh insan akan dihidupkan kembali. Sebagaimana dahulu mereka diadakan daripada tidak ada, sekarang mereka dibangkitkan pula daripada tidak ada kepada ada.

MERASA MENDAPAT PETUNJUK

"Dan, mereka mengira bahwa mereka adalah mendapat petunjuk." (al-A'raaf ujung ayat 30).

Demikianlah halusnya bujukan Setan-setan itu sehingga di dalam kesesatan itu mereka merasa mendapat petunjuk.

Yang salah mereka sangka benar, yang bengkok mereka sangka lurus. Yang batil mereka sangka hak, sehingga kerapkali kejadian bahwa orang yang betul-betul hendak menegakkan kebenaran mendapat keaniayaan daripada orang yang mempertahankan barang yang salah.

Kebanyakan orang yang tersesat dalam kepercayaan dan amalan, menyangka mereka mendapat petunjuk. Mereka akan mempertahankan pendirian yang salah, seperti Fir'aun mempertahankan kekuasaannya di hadapan Musa, dan Abu Jahal mempertahankan berhalanya di hadapan Muhammad saw. Sebab, semuanya menyangka bahwa mereka di pihak yang benar. Sehingga orang yang benar-benar berdiri mempertahankan petunjuk dan hidayah Ilahi selalu mesti menghadapi perjuangan yang sengit, kadang-kadang dibayar dengan nyawa sendiri, barulah kebenaran sejati dapat tegak berhadapan dengan kebenaran saduran.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 400-401, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

YAKIN AKAN PERLINDUNGAN ALLAH

"Bilamana mereka diserang ombak dan gelombang besar bergulung-gulung, waktu itu mereka menyeru Allah dengan seikhlas-ikhlasnya karena agama. Tetapi bilamana mereka telah terlepas ke daratan, waktu itu juga mereka akan kembali musyrik."

Begitulah tabiat dan watak manusia di setiap zaman. Tetapi bukan itu pula yang menjadi pedoman. Pedoman ialah beberapa orang yang tidak banyak jumlahnya yang benar-benar ikhlas. Cahaya merekalah yang meliputi semua. Marilah kita berusaha, semoga diri kita termasuk golongan yang sedikit itu! Aamiin.

(Buya HAMKA, KENANG-KENANGAN HIDUP, Hal. 630, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Mei 2018).

KATA PENGANTAR

Ahmad Syafii Maarif

Mantan Menteri Agama RI di era Orde Baru, dr. Tarmizi Taher mengatakan bahwa, pada saat itu dirinya masih berusia muda, tapi sudah memiliki hubungan yang dekat dengan Buya HAMKA. Saat itu dr. Tarmizi Taher menghadap Buya HAMKA dan menanyakan alasan mundur dari MUI. Menanggapi pertanyaan itu, Buya HAMKA menjawab, "Tarmizi, Ulama itu tidak boleh dipaksa-paksa. Ulama itu yang justru dengan ilmu dan ijtihad-nya yang harus memaksa umat yang salah agar bersedia mengakui kesalahannya dan kembali pada jalan yang benar."

Dalam pandangan saya, Buya HAMKA dapat diumpamakan sebagai mutiara amat langka yang pernah dimiliki bangsa ini. Beliau adalah salah satu idola saya, dan pemikiran-pemikirannya sangat memengaruhi pemikiran-pemikiran dakwah saya selama ini. Kekaguman saya terhadap Buya HAMKA semakin bertambah, ketika setiap kali berada di Luar Negeri orang-orang sibuk membicarakan HAMKA berikut karya-karyanya. Khususnya Tafsir Al-Azhar yang sangat fenomenal itu. Alangkah populernya nama HAMKA di mancanegara.

(Haidar Musyafa, BUYA HAMKA SEBUAH NOVEL BIOGRAFI, Hal. 14-15, Penerbit Imania, Cet. I April 2018).

BUYA HAMKA MENJAWAB

"Adanya toleransi yang Anda kemukakan itu, ialah karena di Indonesia ini rakyatnya beragama Islam." Lalu, diuraikannya keadaan di negara-negara lain, yang Islam menjadi umat minoritas. Di Philipina selama belasan tahun terjadi pertentangan umat beragama, di India, dan juga di Inggris. "Tunjukkan kepada saya di mana negara yang mayoritas rakyatnya Islam menindas golongan minoritas agama lain?" tantang Ayah.

(Rusydi HAMKA, PRIBADI DAN MARTABAT BUYA HAMKA, Hal. 229-230, Penerbit Noura, Cet.I, Januari 2017).

MENJAWAB PERTANYAAN

Seorang saudara bernama Markasim, dari Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban, mengirimkan beberapa pertanyaan, di antaranya demikian: "Di dalam Al-Qur'an, surah 2, ayat 62, disebutkan kecuali orang-orang yang beriman juga ada orang-orang yang bernama Yahudi, Nashara, dan Shabiin, semuanya bisa mendapat ganjaran Tuhan, karena beriman kepada Allah dan Hari Akhirat dan beramal saleh. Saya mohon diberi keterangan; Yahudi, Nashara, dan Shabiin yang manakah yang dimaksud?"

JAWABAN

Pada surah 2 (al-Baqarah) ayat 285 rangkaian kepercayaan itu telah dirumuskan demikian bunyinya:

"Telah beriman Rasul itu kepada apa yang turun kepadanya dari Tuhannya, dan telah beriman pula orang-orang yang beriman. Semuanya telah beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Tidak kami bedakan di antara seorang pun dari rasul-Nya itu. Dan semuanya berkata: 'Kami dengar dan kami taati, kami memohon ampunan Engkau ya Tuhan, dan kepada Engkaulah kami semua akan kembali'."

Ayat ini telah MENEGASKAN bahwa orang yang telah mengakui beriman kepada Allah itu, selain dari memercayai malaikat, kitab-kitab, dan rasul-rasul, tidak membedakan di antara seorang pun dari rasul Allah.

Kalau ada di antara mereka yang hanya mengakui Nabi Isa dan Nabi Muhammad, sebagaimana orang Yahudi selama ini, tentu iman mereka belum diterima.

Kalau mereka hanya percaya kepada Nabi Isa saja, dan menolak dengan keras kerasulan Nabi Muhammad, niscaya iman mereka belum diterima.

(Buya HAMKA, PELAJARAN AGAMA ISLAM Jilid 3, Hal. 9-10, Republika Penerbit, Cet.1, April 2018).

PENEGASAN ALLAH, DENGAN SUMPAH bahwa orang yang tidak mau menerima Tahkim dari ALLAH dan RASUL-NYA,

TIDAKLAH termasuk ORANG yang BERIMAN,

"Walau shallaa, walau shaama!"

WALAUPUN dia SHALAT, walaupun dia PUASA.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 353, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TUGAS SEORANG MUBALIGH

"Menyeru umat untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenar-benarnya, bersandar pada kitab suci Al-Qur'an dan sunah-sunah Rasulullah saw. itu tidak gampang, apalagi di saat khurafat dan takhayul memperbudak masyarakat seperti saat ini, Anakanda HAMKA," kata Ayahanda Haji Rasul dalam sebuah kesempatan. "Tapi hal itu tidak boleh menyurutkan langkahmu untuk berbuat demi agamamu, karena kamu adalah seorang mubaligh. Tugas seorang mubaligh itu adalah bekerja dan berjuang untuk umat, mengajak mereka kembali pada Allah dan rasul-Nya."

(Haidar Musyafa, BUYA HAMKA SEBUAH NOVEL BIOGRAFI, Hal. 347, Penerbit Imania, Cet. I April 2018).




KAFIR! HABIS PERKARA!

Kenanglah kisah iblis. Tersebut di dalam riwayat bahwasanya iblis itu pada mulanya adalah penghulu segala malaikat karena ketaatannya. Dikatakan bahwa tidak ada lagi sejengkal bumi pun dan setempa langit pun, yang di sana iblis belum pernah beribadah. Namun pada suatu masa ia diperintah menundukkan mukanya, sujud kepada Adam. Ia enggan dan membesarkan diri!

"Maka adalah ia menjadi kafir!"

Sederhana saja hukuman itu. Ia keluar dari disiplin Ilahi. Ia disuruh sujud, tetapi tidak mau sujud. Kafir! Habis perkara! Pengakuannya selama ini tentang keesaan Allah tidaklah berfaedah lagi. Karena, pengakuannya tidak diikuti oleh ketaatan ketika perintah datang.

(Buya HAMKA, Kesepaduan Iman Dan Amal Saleh, Hal. 5-7, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

GAGAH PERKASA MEMPERTAHANKAN SUNNAH

Dan kalau yang menegur itu berkata,

"Bagaimana kalau seruan ini lebih benar, berdasar Al-Qur'an dan Sunnah?"

Dia pun akan menjawab,

"Kami tidak mau ikut ajakan-ajakanmu itu. Kamu mau apa???"

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 225, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).




KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBANGKIT-BANGKIT bahwa pemuka-pemuka Islam dari Sumatra, yang datang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum WAHABI, kepada mereka orang-orang dari Sumatra itu MENGUCAPKAN BANYAK-BANYAK TERIMA KASIH. Sebab kepada mereka telah diberikan KEHORMATAN YANG BEGITU BESAR.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 216, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

WASIAT ALLAH

TEGASNYA, JALAN YANG LURUS HANYA SATU. Lain dari jalan yang satu itu, ada lagi bermacam-macam jalan, bersimpang-siur jalan. Yakni jalan yang dibuat Setan atau jalan yang dibuat khayalan Manusia, jalan SYIRIK, jalan KHURAFAT, dan jalan BID'AH. Kadang-kadang diperbuat oleh Manusia, dikatakannya agama, padahal bukan agama. Datanglah lanjutan ayat tadi, jangan dituruti jalan yang bersimpang-siur itu. Karena kalau masing-masing kamu menuruti salah satu jalan itu, niscaya kamu akan berpecah-belah, bercerai-berai.

"Ash-Shirathal Mustaqim" memang HANYA SATU.

Lain dari itu adalah jalan bersimpang-siur tak tentu arah dan tujuan. Meskipun ada yang bernama agama, ia adalah agama yang batil, bikinan dan khayal Manusia, diubah-ubah, ditambah-tambah, sehingga hilang yang asli karena tambahan, hilang yang asal karena yang pasal. Demikian juga segala maksiat karena menuruti jalan Setan. Asal dituruti jalan yang bersimpang-siur itu, terpecah-belahlah umat, sengsaralah yang akan terjadi. Di penutup, Allah menyatakan dengan tegas,

"Demikianlah Dia wasiatkan kepada kamu, supaya kamu semuanya bertakwa." (ujung ayat 153).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 340-341, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).


PENDEKNYA, suasana pada waktu itu adalah suasana kuburan. Niscaya suara Ibnu Taimiyah telah mengejutkan, laksana geledek di siang hari. Ulama-ulama Fiqih sendiri mencari dalil buat membantah teguran Ibnu Taimiyah itu.

(Buya HAMKA, Perkembangan & Pemurnian Tasawuf, Hal. 313, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

SURAH AL-JINN

PENDAHULUAN. Maka dalam surah al-Jinn bersama ayat-ayat yang terkandung di dalamnya, dengan langsung kita mendapat keterangan dari Al-Qur'an tentang jin sebagai makhluk Allah, dan terbantah dengan sendirinya dongeng-dongeng yang dikarang-karangkan orang bahwa ada jin bersuami manusia, atau manusia bersuami jin, lalu ahli-ahli fiqih sampai memperkatakan bagaimana kawinnya! Ada pula dongeng yang banyak bertemu dengan buku cerita 1001 Malam menerangkan bahwa jin itu dihukum oleh Nabi Sulaiman, dimasukkan ke dalam guci, lalu dilemparkan ke laut, sampai terbenam di laut besar beratus-ratus tahun, lalu terpukat oleh manusia. Setelah guci itu dibuka sumbatnya, keluarlah asap. Lama-lama asap itu jadi menyerupai manusia, lama-lama bertambah besar dan bertambah besar, dan cerita-cerita lain.

Maka cerita-cerita semacam ini bukan ajaran agama.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9 Hal. 343, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BUYA HAMKA TENTANG WAHABI DAN LCBT (LINGKARAN CHURAFAT BID'AH TAHAYUL) TERKUTUK

MUKADIMAH

Madzhab yang dianut oleh penafsir ini adalah Madzhab Salaf.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 38, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SYARAT ORANG MASUK ISLAM DAN AJARAN ISLAM

PENDAHULUAN. Ilmu dalam Islam adalah yang ada dasar dan dalilnya, terutama dari dalam Al-Qur'an dan dari As-Sunnah, termasuk JUGA PENAFSIRAN ULAMA-ULAMA yang telah mendapat kepercayaan dari umat, yang disebut SALAFUS SHALIHIN, serta sesuai dengan akal yang sehat.

Kalau tidak ada dasar-dasar yang tersebut itu, bukanlah itu suatu ilmu, melainkan hanya dongeng, khurafat, takhayul, kepercayaan karut yang membawa beku otak orang yang menganutnya atau hanya boleh dipercayai oleh orang yang tidak beres akalnya.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 305, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

Kenapa sampai demikian kerasnya adzab yang mesti mereka terima?

"Yang demikian, ialah karena sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab dengan kebenaran." (pangkal ayat 176).

"Dan sesungguhnya orang-orang yang masih berselisih dari hal Kitab adalah di dalam pecah belah yang jauh." (ujung ayat 176).

Tentu! Sebab kalau masing-masing telah membawakan tafsiran Kitab mengandung kebenaran itu menurut kemauan sendiri, tentu akan timbul perpecahan. Kian lama perpecahan itu tidak dapat dipertautkan lagi. Karena bukan Kitab yang salah, tetapi pemutarbalikan Kitab itu yang salah. Orang telah lebih mementingkan kehendak hawa nafsunya daripada kehendak Allah. Masing-masing mau menang sendiri. Bagi penyembunyi-penyembunyi kebenaran ini, Kitab hanya membawa celaka, bukan membawa bahagia.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 317-320, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MUFTI KERAJAAN ACEH

Niscaya tidaklah ada yang berani berdebat bertantangan dengan ulama yang kuat hujjah-nya itu.

Syekh Nuruddin ar-Raniri karena sikapnya yang gagah perkasa mempertahankan SUNNAH atau Madzhab Salaf, yang disebut dalam istilah Orientalis Barat Orthodox karena ketegasan dan kekerasan sikapnya itu.

Di zaman Sultanah Tajul Alam Shafiyatuddin, diangkatlah beliau menjadi Mufti Kerajaan Aceh.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 239-240, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

SATU BUKTI LAGI bahwa penjajahan selalu memupuk orang-orang ala Mufti Johor.

MASALAH KHILAFIYAH DAN TENTANG TAKLID DAN IJTIHAD

Saya sudah mengalami satu bukti bagaimana bangkrutnya (gagalnya) kekolotan dipertahankan dengan kekuasaan di Johor itu pada Tahun 1960.

Mufti Johor telah mengenal saya sebagai KAUM MUDA dan WAHABI dari Indonesia.

Setelah mendengar bahwa saya akan datang ke beberapa negeri dalam Kerajaan Johor, mufti memerintahkan kepada seluruh qadhi dalam Kerajaan Johor untuk tutup pintu sekalian masjid dalam Kerajaan Johor buat HAMKA mengadakan syarahan (tabligh-ceramah).

Akhirnya apa yang terjadi?

Saya masih berada dalam sebuah Guesthouse di Malaka, telah datang utusan dari D.O Muar (District Officer), setingkat Bupati di Indonesia, meminta supaya saya datang ke Muar mengadakan syarahan (tabligh-ceramah). Bukankah mufti melarang saya bersyarah di masjid? Tanya saya. Utusan D.O itu menjawab sambil tersenyum, "Kuasa mufti hanya di masjid, di tempat-tempat di luar masjid, seumpama tanah lapang tidak ada kuasa mufti. Apatah lagi kalau Tuan HAMKA yang bersyarah (tabligh) di masjid pun tidak juga akan muat."

Begitulah saya terus bersyarah di Sindian, Kluang, Batupahat, dan Kota Johor sendiri, di klub pertemuan atau di tanah lapang.

Larangan Mufti Johor, meskipun sebuah negeri kecil, sebesar satu kecamatan atau kurang, dapat kita jadikan pula perbandingan bahwa memaksakan suatu paham agama dengan kekuasaan, payahlah akan berhasil, MALAHAN ITULAH YANG AKAN MEMECAHKAN PERSATUAN.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 67-73, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

BANTAHAN TERHADAP TINJAUAN PROF. DR. VERKUYL PERIHAL TALAK

Orang yang tidak mengetahui hakikat sumber hukum dalam Islam dapat menyangka bahwa fiqih adalah sumber hukum. Padahal, fiqih bukanlah sumber hukum dalam Islam, melainkan hasil analisis hukum dari fuqaha (ahli fiqih). Fiqih artinya 'paham' atau lebih tegas lagi 'hasil pemikiran'. Hasil pemikiran itu ijtihad namanya, yang mungkin benar dan mungkin pula salah.

Adapun sumber yang diakui oleh sekalian Madzhab dalam Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah (Hadits). Dimasukkan juga oleh sebagian madzhab, yaitu ijma' dan qiyas. Ahli-ahli fiqih sendiri selalu mengatakan bahwa ijtihad itu tidaklah yakin kebenarannya, melainkan zhan, artinya boleh ditinjau kembali, "kalau sesuai dengan sumber aslinya (Al-Qur'an dan hadits) boleh diakui terus, dan kalau tidak haruslah segera ditinggalkan dan dibuang." Demikian pesanan dari pelopor-pelopor mujtahid yang terdahulu seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.

Oleh karena itu, kalau orang ingin berlaku jujur dan benar-benar menghendaki pengupasan ilmiah, ia harus mengetahui atau mengemukakan bahwa dalam sumber hukum Islam yang benar-benar resmi (Al-Qur'an dan Hadits, ijma' dan qiyas).

Sumber hukum Islam resmi ketiga, menurut sebagian besar ahli fiqih adalah ijma'. Arti yang populer adalah persamaan pendapat ulama dalam satu masalah, di dalam satu zaman. Ini pun boleh dijadikan sumber hukum resmi.

Dalam peraturan ijma' itu pun dikatakan, meskipun hanya 1 orang yang membantah, dengan sendirinya ijma' itu gugur, dan tidak boleh lagi dijadikan hujjah atau hukum resmi!

Sumber hukum Islam keempat bagi ahli fiqih Islam (kecuali Madzhab Zhahiri) adalah qiyas. Qiyas adalah hasil perbandingan hukum atas satu perkara yang baru terjadi -- yang tidak ada nash-nya dalam Al-Qur'an atau Sunnah. Lalu dicari persamaan illat-nya (sebabnya), untuk mencari persamaan hukumnya.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 221-223, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Muhammad bin Abdul Wahab dan Sayid Jamaluddin al-Afghany.

Tidaklah cukup kitab untuk memaparkan jasa masing-masing dari pejuang itu.

(Buya HAMKA, LEMBAGA HIDUP: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 377-378, Republika Penerbit, 2015).

Demikianlah penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matinya pun dalam penuh cinta. Tetapi sungguh pun dia meninggal, namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi; kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak.

Sesudah dia menutup mata, barulah orang akan insaf siapa sebetulnya dia ...

(Buya HAMKA, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Hal. 28, Penerbit Gema Insani, Cet.1, November 2017).

KLIK DISINI: WASIAT ALLAH, TENTANG ASWAJA (AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH) SEJATI (JALAN YANG LURUS VS. JALAN YANG BERSIMPANG-SIUR)

KHURAFAT dan BID'AH, demikian juga adat lama pusaka usang yang telah ditinggalkan zaman, bukan sedikit memusnahkan harta.

Lihat dan perlihatkanlah berapa banyak ongkos yang percuma dikeluarkan oleh satu rumah bangsa kita yang bodoh, sejak seorang lahir ke dunia sampai matinya, sampai 100 hari setelah dia masuk kubur.

Seketika anak lahir, perlu dibacakan doa "selamat". Cukup umurnya 10 Tahun, dikhitankan, dengan doa "selamat" pula. Setelah mulai mengaji Al-Qur'an, maka jika pindah dari satu surat kepada surat yang lain, misalnya menyeberang dari surat Wadhdhuha ke Alif Laam Mim, demikian juga seterusnya, pakai "selamatan" pula. Setelah itu dia pun besar, kawinnya "selamatan", beranaknya "selamatan".

Dia pun mati. Sehari matinya "selamatan" pula. Sebelum mayat masuk kubur perlu pula lebih dahulu "selamatan" dengan makan besar. Sampai hari pertama, kedua, ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus!

Semuanya memerlukan ongkos yang tidak sedikit, meminta "selamat" yang membawa celaka.

Upacara perkawinan merupakan pesta besar.

Orang yang penghasilan hidupnya 100, hendak memperlihatkan kepada orang lain, dia sanggup mengadakan pesta 200 melebihi pendapatannya. Orang yang 200 hendak memperlihatkan dia sanggup 300, dan seterusnya. Untuk memperlihatkan itu, maka tidak kaya jenjang dikeping; tidak emas bungkal diasah, Perlu menggadai, menggadai. Perlu meminjam, meminjam, perlu pergi kepada tukang menernakkan uang, sehingga tidak lepas dari utang, bertahun, berpuluh tahun, bahkan sampai masuk kubur, tidak mengapa. Asal terbayar malu yang sekali itu.

Menurut keterangan yang kita terima dari orang tua di kampung, banyak negeri yang jatuh melarat, kekurangan sawah, sebab sawah pindah ke tangan orang-orang kaya. Tersebab digadaikan ketika akan menujuh hari, yaitu pesta kenduri pada hari yang ke tujuh sesudah mayit dikuburkan. Sehingga pada beberapa negeri banyak sawah itu yang pindah ke tangan bangsa asing.

Itulah jenis pertama dari keterbelakangan bangsa kita yaitu kekolotan dan karena suka mencari popularitas.

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 226-227, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

JANGAN MENGAMBIL TUHAN SELAIN ALLAH!

"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi?" (pangkal ayat 21).

Ayat ini adalah berupa tempelak dari Allah kepada mereka yang mengambil tuhan, tempat mereka memohon pertolongan, tempat mereka memuja dan memuji, tempat mereka mengatur persembahan. Tuhan-tuhan yang mereka sembah itu, yang kadang-kadang mereka beri berbagai sajian banyak sekali. Mereka cari semuanya dari muka bumi, ada yang berupa batu, ada yang berupa kayu, ada yang berupa kubur dari manusia yang telah lama mati, dan ada juga yang berupa keris. Mereka ambil tuhan-tuhan itu dari bumi, padahal bumi itu adalah di bawah kaki mereka sendiri. Sebagai manusia sepatutnya mereka sadar bahwa mereka tinggi dan mulia daripada benda-benda yang mereka junjung tinggi menjadi tuhan-tuhan itu.

Mengapa benda-benda yang mereka pungut dari bumi itu yang mereka ambil menjadi berbagai macam tuhan? Mereka puja, mereka sembah?

"Akan tetapi merekalah yang akan ditanya." (ujung ayat 23).

Merekalah, artinya manusialah, hamba Allah inilah yang akan diminta pertanggungjawaban mereka tentang perbuatan yang mereka lakukan, kalau perbuatan atau amal itu baik, sesuai dengan yang dikehendaki Allah, terpujilah mereka di sisi Allah dan diberi pahala. Tetapi kalau perbuatan itu melanggar yang ditentukan Allah, melanggar larangan Allah, murkalah Dia dan berdosalah di sisi-Nya. Maka banyaklah hamba Allah yang sombong, lupa akan kedudukannya. Lalu dialah yang bercakap seakan-akan meminta pertanggungjawaban atas keadaan dirinya, "Orang lain mengapa dijadikan kaya, sedang saya miskin? Saya sudah selalu berdoa, setiap malam saya shalat tahajjud, namun permohonan saya tidak juga dikabulkan."

Dengan begini mereka telah melanggar batas yang semestinya mereka jaga dalam hubungan dengan Allah. Mereka tidak lagi bersopan santun, yang wajib dipelihara oleh seorang hamba terhadap Tuhannya.

Mengapa aku jadi miskin? Mengapa doaku tidak dikabulkan? Padahal kalau dia seorang hamba Allah yang baik, dirinya sendirilah yang terlebih dahulu mesti ditanyainya: Sudahkah cukup dia menyelenggarakan apa yang diperintahkan Allah?

Orang yang menanyai Allah, mengapa saya dibeginikan? Mengapa saya miskin? Mengapa doa saya tidak dikabulkan? Orang begitu adalah orang yang telah mulai kufur nikmat. Kesalahannya yang paling besar ialah bahwa dia hendak mengatur Allah Yang Maha Kuasa atas seluruh alam, agar tunduk kepada kehendaknya, bukan dia yang bersedia taat dan menghambakan menuruti kehendak Allah.

"Atau apakah mereka mengambil selain Dia menjadi tuhan-tuhan." (pangkal ayat 24).

Di ayat 21 mereka mengambil berbagai tuhan dari bumi untuk mereka puja dan sembah, ini sudah juga dijelaskan kepalsuannya.

Sekarang hal itu ditanyakan kembali,

"Katakanlah! Tunjukkanlah kemari alasan kamu!"

Dari mana kamu dapat pelajaran mengambil tuhan-tuhan banyak itu? Sejak kapan? Siapa yang mengajarkan? Siapa gurunya?

Di sini kita diberi suatu petunjuk bahwa di dalam menegakkan suatu kepercayaan hendaklah ada alasan atau dalil yang akan dijadikan pegangan. Kalau suatu kepercayaan hanya menurut yang dikira-kira akan bagus saja. Kelihatan suatu barang yang ganjil, lalu diangkat jadi tuhan, alangkah banyak tuhan kelaknya di dunia ini. Maka setiap datang seorang guru, dia pun membuat tuhan atau dewa baru dan ajaran baru. Sebab tangan manusia telah campur di dalamnya. Lalu Rasulullah saw. disuruh melanjutkan keterangannya bahwa ajaran yang beliau bawa tidaklah berubah-ubah sejak dahulu sampai sekarang,

"Ini adalah peringatan bagi siapa yang sertaku dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku."

Yakni, bahwa ajaran tauhid adalah ajaran untuk tiap zaman.

"Orang-orang yang sertaku" ialah umat-umat yang aku datangi. "Dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku" ialah umat nabi-nabi yang dahulu. Semuanya sama ajarannya, yaitu menolak segala perbuatan manusia mengambil tuhan-tuhan selain Allah,

"Namun sebagian besar mereka tidaklah mengetahui yang benar."

Untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, orang hendaklah mempergunakan akalnya. Jangan hanya turut-turutan semata-mata. Orang yang beragama dengan tidak mempergunakan akal itulah yang selalu terombang-ambing dalam soal kepercayaan.

"Tidak ada satu Tuhan pun kecuali Aku, maka sembahlah olehmu akan Daku." (ujung ayat 25).

Isi atau inti, pokok atau pangkal agama, ialah dua ini.

Pertama, mengakui tiada Tuhan melainkan Allah. Itulah yang bernama Tauhid Uluhiyah. Mengakui hanya satu Tuhan.

Kedua, bernama Tauhid Rububiyah. Mengakui hanya Allah yang satu itu saja yang mengatur, mengasuh, memelihara alam ini. Sesudah Dia sendiri menciptakan, Dia yang mengatur.

Sebab itu maka hanya Dia saja yang patut disembah dan dipuja.

Kepada-Nya saja ucapan syukur dan terima kasih.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 20-23, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DAKWAH

Suatu dakwah yang mendahulukan hukum halal dan hukum haram, sebelum orang menyadari agama, adalah perbuatan yang percuma,

Sama saja dengan seseorang yang menjatuhkan talak kepada istri orang lain.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 25, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

MAKSUD AGAMA

Disini dapatlah diketahui maksud agama, yaitu Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 21, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Nabi kita Muhammad saw. diberi bekal untuk perjuangannya.

Dijelaskan inti perjuangan, yaitu menegakkan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 643, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PEDOMAN DALAM BERDAKWAH

"Orang-orang yang beriman adalah menarik, dan tidaklah ada kebaikan pada orang yang tidak menarik dan tidak dapat ditarik." (HR. Ahmad).

Pada masa kita yang sudah-sudah tidaklah kita memandang penting sikap yang menarik ini.

Kita membenci orang lain kalau pahamnya tidak sama dengan paham kita.

Kalau perlu kita mau menentang lawan. Kita bersorak mengatakan bahwa kita hanya berpegang kepada Al-Qur'an dan al-Hadits, segala BID'AH akan kita hantam, kita cela, kita maki. Kita pakai hadits,

"Katakan yang benar walaupun itu pahit."

Kalau ada orang yang menyelimuti kina yang pahit dengan gula di luarnya agar orang dapat menerima, kita terus menuduh orang itu tidak tegas, plintat-plintut, dan sebagainya.

Di manakah kita letakkan sabda Nabi saw.,

"Gembirakanlah, jangan dibuat hati orang sakit; mudahkanlah jangan dipersulit." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sikap yang menarik adalah modal dakwah yang utama.

Hal ini kerap kita rasa tidak penting sehingga menimbulkan antipati!

(Buya HAMKA, PRINSIP DAN KEBIJAKSANAAN DAKWAH ISLAM, Hal. 141-142, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2018).

TOBAT NASUHA

Saya tidak akan berbicara tentang pribadi Bung Karno, tetapi seorang Muhammadiyah yang benar-benar telah mengenal perjuangan Muhammadiyah akan sependapat dengan saya bahwa gelar "anggota setia" yang diberikan kepada diri Bung Karno adalah berlawanan dengan jiwa orang-orang yang memberikan sendiri.

Kemudian, oleh Universitas Muhammadiyah, Soekarno diberi gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu tauhid.

Sampai profesor dan sarjana perempuan yang kita banggakan, Ny. Bararah Baried menjadi promotor.

Namun, di saat itu juga Allah menunjukkan bahwa Dia tidak ridha atas perbuatan itu.

Sebab dalam promosinya, Bung Karno sendiri menganjurkan supaya orang ziarah ke kubur ibu atau bapaknya, meminta supaya ibu atau bapaknya itu menyampaikan permohonannya kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan kepada yang meminta.

Padahal, itulah yang oleh kalangan Muhammadiyah diberantas selama 54 Tahun sampai sekarang ini.

Itulah yang dikatakan "At-Tawassul wal Wasilah" yang dikarang oleh al-Imam Ibnu Taimiyyah.

Buku "At-Tawassul wal Wasilah" ini adalah salah satu buku pegangan kaum mubaligh dan ulama Muhammadiyah.

Inilah program pertama Muhammadiyah sejak ia berdiri, yaitu memberantas kemusyrikan.

Ini pulalah sebab terpenting ulama-ulama Sumatera Barat seperti almarhum Syekh M. Jamil Jambek dan Syekh Dr. Abdulkarim Amrullah menjadi penyokong Muhammadiyah.

Sebab, sama pendirian memberantas permohonan melalui orang yang telah mati dikubur.

Oleh karena itu, Doctor Honoris Causa tentang ilmu tauhid yang dianugerahkan kepada Bung Karno telah dibatalkan oleh Bung Karno sendiri dalam pidatonya itu.

Muhammadiyah yang kami cintai.

Yang sebagian besar dari kami telah mengorbankan segenap usia muda untuknya, kadang-kadang pergi jauh meninggalkan kampung halaman karena hendak menyebarkan pahamnya, kadang-kadang kena fitnah dan derita, tetapi rela karena merasa berjuang untuk menyebarkan cita-cita Muhammadiyah.

Muhammadiyah? Maukah mengambil teladan dari putranya sendiri, Himpunan Mahasiswa Islam, yaitu mengakui bahwa ketiga perbuatan itu salah besar? Lalu, tobat kepada Allah. Sebab, telah mengabaikan prinsip yang diperjuangkan selama ini hanya semata-mata karena menjaga supaya jangan dituduh "kontra revolusi"?

Kesalahan ini tidak dapat dipertahankan dan tak perlu kita membela diri dan mengatakan semuanya ini tidak salah.

Pimpinan Pusat di kala itu sudah terlalu tenggelam dalam lautan ketakutan sehingga lupa prinsip yang telah berpuluh tahun diperjuangkan.

Sehingga, kita lupa mengambil contoh dari para ulama-ulama yang jadi ikutan kita.

Lupa kepada Imam Ahmad bin Hanbal yang sudi menderita masuk penjara 30 bulan karena mempertahankan prinsip pendirian beliau bahwa Al-Qur'an bukanlah makhluk, melainkan tetap Kalam Allah.

Lupa kita kepada Ibnu Taimiyah, yang selama ini jadi ikutan, yang karena tidak mau mengubah keyakinan sampai meringkuk dalam penjara bertahun-tahun, sampai akhir hayatnya.

Kita hendak mempertahankan hidup organisasi Muhammadiyah walaupun untuk itu, "Jiwa utama Muhammadiyah" sendiri telah mati.

Kita telah mempertahankan bangkai.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 155-160, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

SYAIKH AHMAD SOORKATI

Beliau pun banyak memberikan inspirasi pada Kiyai H. A. Dahlan, dalam usaha beliau mendirikan Muhammadiyah. Karena persamaan cita hendak membersihkan agama dari bid'ah, khurafat, pemujaan kubur keramat dan haul yang diadakan di kubur-kubur yang dikeramatkan itu setiap tahun pada beberapa kota besar di tanah Jawa.

SAYYID MUHAMMAD RASYID RIDHA

Beliau menulis dalam Al-Manar Juz 3, Jilid 32 demikian:

"... maka lahirlah pada masa itu sebuah perkumpulan bernama "Al-Irsyad". Tujuannya ialah mendirikan sekolah-sekolah dan menyebarkan pelajaran agama dan ilmu-ilmu umum yang sesuai dengan zaman dan semangat kemerdekaan dan menghidupkan petunjuk dari Qur'an dan Sunnah, dan membanteras segala khurafat yang tersebar dengan jalan bid'ah pada agama ..."

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 15-17, Penerbit Galata Media, Cet. I, Januari 2018).

ENGKAU AKAN MATI

"Maka siapakah yang lebih zalim?" (pangkal ayat 32).

Atau siapakah yang lebih aniaya kelakuannya, lebih jahat pekertinya,

"Dari orang yang membuat dusta terhadap Allah."

Yaitu dikarang-karangnya dusta tentang Allah, misalnya dikatakannya bahwa Allah itu beranak, atau dikatakannya bahwa kalau akan memohon apa-apa kepada Allah itu tidak boleh secara langsung saja, mesti adakan orang perantaraan, dan bilang perantaraan itu hendaklah orang yang disebut wali Allah, hendaklah datang meminta kepada wali itu di kuburnya.

"Dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?"

Ketika datang keterangan yang dibawakan oleh utusan-utusan Allah sendiri, atau wahyu yang disampaikan hendaklah langsung sendiri memohon kepada Allah dan janganlah dipersekutukan yang lain dengan Allah, mereka dustakan keterangan yang benar itu dan mereka masih tetap mempertahankan pendiriannya yang salah.

"Bukankah di dalam Jahannam tempat berdiam orang-orang yang kafir?" (ujung ayat 32).

Kedua suku ayat bersifat pertanyaan karena dia menyadarkan pikiran tentang suatu perbuatan yang sangat salah terhadap Allah.

Zalim biasa kita artikan aniaya, ambilan kata ialah dari zhulm yang berarti gelap. Orang yang berbuat suatu pelanggaran terhadap ketentuan Allah sama artinya dengan menempuh jalan yang gelap, yang tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. Gelap, tidak tentu ujung pangkalnya. Dan dengan sendirinya tempat orang yang seperti itu menurut pertimbangan akal yang sehat ialah dalam neraka Jahannam. Tidak mungkin masuk ke dalam surga yang indah dan nyaman.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 34-35, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Walaupun tidak merasa senang orang-orang yang kafir." (ujung ayat 14).

Biar si kafir itu benci, biar si kafir itu tidak senang.

Walaupun untuk itu dia akan dibenci orang.

Walaupun yang membencinya itu mengaku Islam juga!

Karena mereka telah mengotori tauhid, ikhlas, dan Muslim (menyerah bulat kepada Allah) dengan memberhalakan kubur-kubur.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 87-88, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DINDING PEMBATAS

"Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu, sendiri-Nya saja di dalam Al-Qur'an, yaitu bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah saja, berpalinglah mereka membelakang dengan benci." (ujung ayat 46).

Inilah yang dikatakan ta'ashshub, atau keras kepala bertahan pada satu pendirian yang salah. Mereka tidak berani berhadapan muka dengan kebenaran itu. Mereka takut. Baru saja didengarnya, mereka takut kena! Lalu lari. Inilah pertentangan yang hebat di antara tauhid yang hendak ditegakkan dengan syirik yang masih hendak dipertahankan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 295, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KEPENTINGAN PEMBERI PERINGATAN

Salah satu sebab merosotnya budi pekerti suatu umat ialah jika tidak ada dalam kalangan itu orang-orang yang disebut ulu baqiyatin, artinya yang mempunyai dasar-dasar baik, yang sudi membendung kemerosotan itu dengan keteguhan hatinya dan berani menghadapi tanggung jawab.

Sebab itulah, datang peringatan Allah,

"Alangkah baiknya ada dari angkatan-angkatan sebelum kamu, orang-orang yang mmpunyai peninggalan, yang melarang dari berbuat kerusakan di bumi." (pangkal ayat 116).

Di dalam ayat ini bertemu dua kalimat penting yang kita artikan ke dalam bahasa Indonesia dengan agak panjang.

Pertama ialah kata-kata quruun, jamak dari qamin, yang kadang-kadang diartikan orang dalam bahasa Indonesia modern Abad. Qurun berarti berabad-abad dan qam diartikan 1 Abad. Tetapi dia pun mengandung arti lain yang cocok dipasangkan di sini, yaitu angkatan-angkatan atau generasi. Sedang kata lain yang kita artikan pula ke dalam bahasa Indonesia, yaitu uluu baqiyatin, kita artikan orang-orang yang mempunyai peninggalan.

Pangkal ayat 116 ini menjelaskan betapa pentingnya ada orang-orang baik yang meninggalkan peninggalan atau meninggalkan jejak yang selalu akan dikenang oleh generasi-generasi yang akan datang.

Karena pada masa yang telah lampau itu ada orang-orang yang sudi berkorban mendidik dan mengasuh, menyuruh berbuat ma'ruf, mencegah berbuat mungkar, maka generasi yang akan datang di belakang niscayalah akan selamat.

Di dalam ayat ini diperingatkanlah bahwasanya adzab siksa Allah yang menimpa kepada suatu kaum bukanlah semata-mata tiba di waktu itu saja.

Mereka menjadi generasi yang tersiksa karena pada zaman yang lampau tidak ada yang memberikan tuntunan.

Saya teringat kepada kemenangan gilang-gemilang Partai Masyumi di Sumatera Barat pada Tahun 1955. Di dalam satu rapat umum menyusuri kemenangan itu saya berpidato bahwa yang menang sekarang ini bukanlah kita generasi yang sekarang. Ini adalah bekas tangan dari ulama-ulama yang telah lalu, yang kebanyakan sudah meninggal dunia.

Kemenangan Islam di Sumatera Barat pada Tahun 1955 itu telah ditanamkan oleh Imam Bonjol pada Tahun 1822, lebih 100 Tahun yang lalu.

Maka kalau di daerah lain Islam kalah ialah karena dari lama sebelum kekalahan itu tidak ada orang yang mempunyai peninggalan, orang yang meninggalkan jejak, yaitu orang-orang yang berani menentang dan melarang usaha membuat kerusakan di muka bumi.

"Kecuali sedikit dari mereka yang Kami selamatkan."

Hanya sedikit orang yang terlepas dari adzab siksaan Allah, diselamatkan dari bahaya, karena sedikit pula usaha orang yang meninggalkan jejak baik, sedikit bilangannya maka sedikit pula hasilnya.

"Dan mengikuti orang-orang yang zalim akan kemewahan yang telah biasa mereka padanya."

Lanjutan ayat ini demikian jelasnya bahwa orang yang zalim, yang bersikap aniaya, baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri, bukanlah mereka mengikuti seruan kepada kebenaran; yang mereka ikuti ialah kemewahan, hidup berlebih-lebihan, yang tersebab nafsu tidak dapat dikendalikan lagi. Dikatakan "yang ada mereka padanya", artinya kehidupan mereka, kekayaan, pangkat, dan jabatan memberikan kesempatan kepada mereka untuk hidup bermewah-mewah dan marah kalau ditegur. Tidak ada suatu ajaran agama yang mengendalikan diri mereka. Tidak mereka dengar nasihat-nasihat dari orang-orang yang disebut meninggalkan jejak tadi.

"Dan adalah mereka itu orang-orang yang durhaka." (ujung ayat 116).

Mereka tantang segala seruan kepada kebenaran. Mereka durhakai nilai-nilai kebenaran yang disampaikan orang kepada mereka.

Kemudian datanglah ayat yang selanjutnya,

"Dan sekali-kali tidaklah Allahmu akan membinasakan negeri-negeri dengan kezaliman, padahal penduduknya berbuat kebaikan." (ayat 117).

Ayat ini adalah penegas apa yang telah dibayangkan, tidaklah akan terjerumus ke dalam lembah kehinaan kalau dalam generasi yang telah lampau masih ada orang-orang yang mempunyai peninggalan atau meninggalkan bekas ajaran, agar dunia ini jangan dirusak oleh perbuatan manusia.

Kalau ada sedikit yang dipelihara Allah, tidak termasuk dalam adzab. Mereka itu ialah penerima pusaka ajaran orang tua-tua yang berjasa.

Yang banyak menjerumuskan suatu negeri ke dalam kecelakaan ialah kemewahan beberapa gelintir manusia yang zalim, yaitu yang tidak mau terikat dirinya oleh tuntunan Ilahi. Proses atau perkembangan dan perjalanan selanjutnya pasti akan mencapai klimaks. Pada akhirnya mesti datang keputusan dari Allah, yaitu kehancuran.

Untuk ini, manusia harus memeriksai dirinya sendiri.

Kalau dalam suatu negeri masih ada orang baik-baik, Allah tidaklah akan membinasakan negeri itu dengan aniaya, dengan tidak ada sebab. Karena itu, manusia harus mencari kesalahannya sendiri jika terdiri apa-apa.

Jangan Allah yang disesali.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 626-627, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SYIRIK

Jika ada orang zalim menganiaya memerintah, lalu didiamkan saja dan tidak ditegur, ketahuilah bahwa dia sudah sampai di ambang pintu kemusyrikan, walaupun orang itu shalat, walaupun dia puasa.

(Buya HAMKA, FALSAFAH KETUHANAN, Hal. 113, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Mei 2017).

ISTIQAMAH

La tarkanuu: jangan kamu condong ke sana!

Ibnu Abbas dan Hatim al-Asham menafsirkan, "Jangan kamu condong serambut pun dalam urusan agamamu kepada orang yang zalim."

Menurut tafsir dari Abul Aliyah, "Jangan kamu tunjukkan suka atas amal-amal perbuatan orang yang zalim."

Menurut tafsiran Qadatah, "Jangan kamu masuk di rombongan orang-orang musyrikin."

Menurut as-Suddi dan Ibnu Zaid, "Jangan kamu ambil muka kepada mereka."

Tersebutlah perkataan tentang al-Muwaffaq. Wali Negara menjalankan pemerintahan Khalifah Bani Abbas. Al-Mu'tmid (256 H - 279 H, 870 M - 892 M). Meskipun bukan dia yang khalifah, tetapi dia yang berkuasa, karena gagah perkasanya dan disegani. Pada suatu hari, pahlawan al-Muwaffaq itu shalat jadi makmum di suatu masjid di Baghdad. Tiba-tiba imam shalat membaca ayat la tarkanuu ini. Al-Muwaffaq mendengar dengan khusyuk. Sehabis ujung ayat ini, kedengaran orang jatuh, imam meneruskan shalat. Rupanya al-Muwaffaq, pahlawan Bani Abbas yang besar itu, yang jatuh pingsan mendengar ayat itu yang dibaca imam dalam shalat. Setelah beliau siuman dari pingsannya, beliau berkata, "Sedangkan condong saja kepada orang zalim sudah begitu siksaannya, betapa lagi kalau berlaku zalim. Ya, Allah! Peliharakan daku dari kezaliman."

Orang yang menyandarkan jiwa kepada si zalim, apatah lagi si zalim itu sendiri tidaklah akan merasa tawar dan sejuk dalam jiwanya. Jiwanya selalu terbakar, menggelegak dan mendesak untuk meneruskan kezaliman. Orang yang iman satu kali telah meresap ke dalam hatinya, akan turut terbakar jika mendekat ke situ. Akhirnya iman itu sendiri pun terbakar.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 619-620, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Maka Setanlah yang telah menipu mereka dan merayu mereka." (ujung ayat 25).

Perdayaan Setan tidak saja akan datang merayu orang bodoh, bahkan orang sangat pandai pun dapat dirayunya dengan kepandaiannya. Seorang ulama besar, Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengarang sebuah kitab bernama Naqdul Ilmi wal Ulamaa yang isinya ialah menguraikan bagaimana Setan merayu dan memperdayakan manusia dalam segala bidang. Orang alim, ahli tasawuf, ahli fiqih dan berbagai macam keahlian agama, semuanya dicoba oleh Setan merayu mereka sampai jatuh.

Itulah sebabnya maka kita dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. agar membaca doa sehabis shalat, "Ya Allah yang dapat memutarbalikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku di dalam agama Engkau dan taat kepada Engkau."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 347, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Abdullah ibnu Sa'ud dijatuhkan hukuman untuk dibunuh, dipotong kepalanya, dan digantungkan di pintu Kota Istambul.

Semenjak kejadian itu hingga 100 Tahun kemudian hilanglah kebesaran kaum Wahabi sampai munculnya Abdul Aziz ibnu Sa'ud mendirikan kerajaan itu kembali dan melanjutkan kembali cita-cita nenek moyangnya,

Yaitu mempersatukan Tanah Arab dan membersihkannya dari kekotoran SYIRIK.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 255, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

"Dan barangsiapa yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka adalah mereka itu orang-orang yang kafir." (ujung ayat 44).

Tentang ketiga ayat ini banyaklah pula perbincangan ahli tafsir, apakah dia hanya terkhusus sebagai ancaman kepada Yahudi dan Nasrani, ataukah mengenai juga kita kaum Muslimin?

Riwayat yang diterima dari Maqaam, Maula Ibnu Abbas pun menyatakan demikian pula, bahwa ayat ini diturunkan kepada Ahlul Kitab dan kepada kita kaum Muslimin.

Cuma tambahannya ialah bahwa kafir di sini bukanlah mencapai kafir syirik, dan zhulm di sini pun bukan mencapai zhulm syirik, dan fasik di sini pun bukan mencapai fasik syirik.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 702-707, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BAB VI

DAULAH-DAULAH ISLAMIYAH DI MESIR, SYAM DAN SEMENANJUNG ARABIA

MUHAMMAD ALI PASYA

Rupanya, Muhammad Ali Pasya telah mengetahui bahwa bukan saja kerajaan Wahabi yang dipandang berbahaya oleh Sultan Turki, melainkan dirinya pun dipandang berbahaya. Oleh sebab itu, sepeninggalan Muhammad Ali Pasya yang pulang kembali ke Mesir, ia menyuruh anaknya, Thouson, mengikat perjanjian dengan kaum Wahabi untuk meletakan senjata.

Ketika itu kaum Wahabi berada di bawah perintah Amir Abdullah ibnu Sa'ud. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Abdullah wajib memulangkan harta benda yang dirampasnya dari kuburan Rasulullah saw. di Madinah, dan Amir Abdullah akan diakui sebagai amir di negerinya sendiri dengan syarat mau mengaku taat pada Muhammad Ali Pasya. Dengan perjanjian itu, berhentilah peperangannya yang pertama dengan Wahabi, Thouson pun kembali ke Mesir. Tidak berapa lama setelah ia sampai di Mesir, Thouson Pasya yang masih muda meninggal dunia.

Kaum Wahabi menyangka bahwa kekuatannya telah cukup sehingga mereka berusaha hendak melepaskan diri dari ikatan perjanjian dengan Muhammad Ali Pasya.

Mereka merasa amat hina bertuankan Muhammad Ali Pasya yang dipandang kafir menurut pengajaran guru Abdullah, Muhammad ibnu Abdul Wahab.

Oleh sebab itu, mulailah mereka mencoba kembali hendak meluaskan kekuasaan. Melihat itu Muhammad Ali Pasya mulai menyusun kembali bala tentara di bawah pimpinan putranya sendiri bernama Ibrahim. Ibrahim adalah seorang kepala perang yang gagah berani. Hal ini terjadi pada tanggal 12 Syawal 1231 H (13 September 1816 M).

Setelah bala tentara yang besar itu sampai di Janbu', Ibrahim menujukan serangannya terus ke negeri Dari'iyah, pusat kekuasaan kaum Wahabi. Setelah dikepung selama beberapa hari, Amir Abdullah ibnu Sa'ud tunduk dan menyerah tanpa syarat. Abdullah dan kaum kerabatnya, ditawan dan dikirim ke Mesir lalu Muhammad Ali Pasya mengirimnya terus ke Istambul, pusat kedudukan khalifah.

Kemudian, Abdullah ibnu Sa'ud dijatuhkan hukuman untuk dibunuh, dipotong kepalanya, dan digantungkan di pintu Kota Istambul. Ia dituduh seorang perusak agama yang paling besar. Semenjak kejadian itu hingga 100 Tahun kemudian hilanglah kebesaran kaum Wahabi sampai munculnya Abdul Aziz ibnu Sa'ud mendirikan kerajaan itu kembali dan melanjutkan kembali cita-cita nenek moyangnya, yaitu mempersatukan Tanah Arab dan membersihkannya dari kekotoran syirik.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 254-255, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI JAZIRAH ARAB

ABDULLAH

Abdullah terpaksa menyerah dengan tidak bersyarat sesudah ia menunjukkan keberanian dan kekesatriaan yang mengagumkan. Penyerahannya pun diterima oleh Ibrahim Pasya dengan cara satria pula ketika ia menyerahkan khanjarnya. Setelah itu, ia pun dibawalah oleh Ibrahim Pasya ke Mesir sebagai tawanan terhormat. Tidak lama di Mesir oleh Muhammad Ali Pasya ia dikirim ke Istambul.

Dengan tidak mengenal ampun ia dibunuh di tanah lapang di depan Masjid Aya Sophia bersama dengan setia-usaha dan bendaharanya.

Dengan senyuman ia menjalani hukuman sesudah mengucapkan kata-katanya yang akan tetap menjadi ingatan, "Adat perang, menang atau kalah." (17 Desember 1818 M).

Dengan sebab kemenangan ini sultan memberi gelar Muhammad Ali Pasya sebagai Wali Mekah.

MUSYARI

Baru saja Ibrahim Pasya meninggalkan Najd, Musyari (saudara Abdullah) masuk kembali menduduki Dar'iyah. Kemudian, dikirimlah seorang Panglima Perang Mesir bernama Husin Bey. Musyari dapat ditawannya dan dikirimnya ke Mesir lalu ia mati dalam perjalanan. Tentara Mesir pun menghancurkan dinding Kota Dar'iyah, diadakan tentara pendudukan Mesir di bawah pimpinan Isma'il Pasya. Kemudian, ia diganti dengan komandan yang lebih gagah, Khalid Pasya. Namun, Khalid Pasya sangatlah ganas, dipandangnya hina orang Wahabi yang telah kalah, dibunuhnya sesuka hatinya. Berangkatlah beberapa ulama dalam negeri menjemput Turki ibnu Abdullah yang bersembunyi di Basrah agar ia menggantikan Musyari menjadi Imam Wahabi.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 294, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

PANGGILAN BERSATU

Ada pada orang awam dengan takhayul dan menyembah kubur!

Ulamanya kehilangan gairah, sehingga tidak tersinggung perasaannya buat berjuang menegakkan agama di tengah masyarakat yang telah sesat!

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 130, 131, Penerbit Galata Media, Cet. I, Januari 2018).

PENGANTAR

Lantaran hebatnya ancaman Allah kepada manusia yang menolak ajakan Allah yang dibawa rasul itu, orang yang lebih dahulu merasa ngeri memahamkan isinya, bukan orang lain, melainkan Nabi Muhamamd saw. sendiri. Sampai sebagian rambutnya menjadi putih, artinya mulai beruban.

Sebelum surah ini, telah turun surah Yuunus; sebelum itu, telah turun surah al-Israa', dan sebelum itu surah al-Furqaan. Bila kita kaji surah ini semua, isinya begitu padat mengajarkan tauhid dan menguatkan aqidah sehingga kita mendapat kesan bahwa betapa pun hebat dan beratnya pukulan pribadi yang dihadapi, kewajiban menegakkan aqidah tidaklah mundur walau setapak, bahkan makin jelas dan tegas. Kisah perjuangan Nabi Nuh dalam surah Huud, perjuangan Nabi Hud sendiri, perjuangan Nabi Shalih, perjuangan Nabi Syu'aib, apatah lagi perjuangan Nabi Yusuf, semuanya itu mengandung dialog, tantangan, dan sambutan,

Di antara tauhid dan syirik,

Yang tidak luput karena giliran zaman, malahan bertemu terus di sela zaman,

Selama kebenaran mendapat ujian dari kesalahan,

Yang hak ditantang oleh yang batil.

Maka kisah perjuangan nabi-nabi yang bertemu di dalam surah Huud ini dan akibat Hari Kemudian sesudah hidup yang sekarang, telah menyebabkan rambut Rasulullah saw. lekas putih.

Bagi kita sendiri pengikut Nabi Muhammad saw. yang berjuang dalam bidang dakwah, dalam perjuangan hidup kita masing-masing menegakkan kebenaran di antara hawa nafsu dan loba-tamak manusia, akan dapatlah memaklumi apa sebab rambut Rasulullah saw. lekas putih, bahkan kita sendiri pun akan lekas beruban kepala kita kalau kita berpikir meniru Nabi dan memandang soal besar ini,

Soal keselamatan manusia dunia dan akhirat bukan soal main-main, melainkan soal sungguh-sungguh.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 518-519, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TALI ALLAH DAN TALI INSAN

Dengan ayat ini, Allah membuka mata kita untuk adil dan menghargai orang lain. Agar kita mengakui bahwa orang baik yang demikian pun ada dalam agama lain. Dan kita pun mengakui, niscaya orang itu akan jauh lebih baik lagi, jika dia memegang agama menyerahkan diri yang sebenar-benarnya kepada Allah. Kita mengakui bahwa jika sampai kepada dakwah yang benar dari Islam dan diterimanya, kedudukannya, akan lebih baik lagi dunia dan akhirat.

Akan tetapi, sudah terang dia lebih baik daripada orang yang mengaku dirinya Islam, tetapi hanya pengakuan mulut atau keturunan saja, padahal hatinya tidak pernah benar-benar menyerah (Islam) kepada Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 50, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KLIK DISINI: QUOTES, KATA MUTIARA DAN WASIAT KEPADA MUBALIGH AHLI DAKWAH, 10 WASIAT ALLAH

"Dan kalau kiranya Kami binasakan mereka dengan satu siksa dari sebelumnya, niscaya mereka akan berkata: "Ya Allah kami! Mengapa tidak Engkau utus kepada kami seorang rasul, agar kami ikut ayat-ayat-Mu, sebelum kami jadi hina dan kami jadi rendah?"

Ayat inilah satu di antara beberapa ayat yang jadi pokok perselisihan pendapat di antara Madzhab Ahlus Sunnah atau Madzhab Salaf dengan Kaum Mu'tazilah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 634, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Jika kita memberantas perbuatan yang tidak berasal dari Islam, kita pun dituduh memecah persatuan.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 75, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENGHADAPI HARI KIAMAT

"Maka serulah Allah dalam keadaan memurnikan agama kepada-Nya." (pangkal ayat 14).

Aqidah (kepercayaan), ibadah (perhambaan dan persembahan), syariah (peraturan dan tata cara) yang dilakukan hendaklah murni, ikhlas kepada Allah. Dengan kalimat mukhlishiina yang berarti orang-orang yang berhati jujur, murni, maka berjumpalah kata ikhlash.

Kalimat ikhlash sama artinya dengan tauhid, yang berarti menyatukan pikiran, menyatukan tujuan kepada Allah saja.

Surah "Katakanlah! Allah itu adalah satu", bernama surah al-Ikhlaash.

"Walaupun tidak merasa senang orang-orang yang kafir." (ujung ayat 14).

Tadi pada ayat 12 sudah dinyatakan sikap orang-orang kafir itu. Kalau yang diseru itu Allah saja dalam keesaan-Nya, mereka tidak mau terima, mereka kafir. Tetapi kalau dipersekutukan yang lain dengan Allah, mereka mau beriman.

Sekarang dalam ayat ini Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman disuruh tetap pada pendirian, yaitu bahwa agama semata-mata murni untuk Allah saja.

Biar si kafir itu benci, biar si kafir itu tidak senang.

Pendirian itu adalah pertahanan jiwa sebagai Muslim.

Dengan itu kita hidup dan dengan itu kita mati, bahkan dengan itu pula kita akan bangkit kembali.

Kalau Rasulullah saw. diwajibkan memegang pendirian setegas itu menghadapi musyrikin Quraisy dahulu kala, maka pengikut Muhammad sampai di akhir zaman wajib pula mempertahankan pendirian itu.

Agamanya murni untuk Allah saja.

Kadang-kadang mereka bertemu dengan penyembah-penyembah berhala model lain; berhala tanah air, berhala diktator, berhala mendewa-dewakan pemimpin, berhala kultus individu, bahkan berhala menyembah dan memuja kubur-kubur, sampai menjadi mata pencarian.

Maka hendaklah seorang Mukmin Muslim dengan tegas menegakkan keyakinannya bahwa agama adalah murni untuk Allah semata-mata;

Walaupun untuk itu dia akan dibenci orang.

Walaupun yang membencinya itu mengaku Islam juga!

Karena mereka telah mengotori tauhid, ikhlas, dan Muslim (menyerah bulat kepada Allah) dengan memberhalakan kubur-kubur.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 87-88, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Namun, kadang-kadang mereka menjawab juga,

"Meskipun kami meminta di kubur itu, tempat kami meminta tetap kepada Allah yang satu."

Kemudian kalau kita tanya,

"Mengapa meminta kepada Allah yang satu mesti ditentukan tempatnya di kubur itu? Dan apakah Allah hanya berada di sekeliling kubur itu?"

Mereka tidak dapat menjawab lagi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 204, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DISIPLIN PENDIRIAN

"Katakanlah: Wahai sekalian manusia! Jika adalah kamu dalam keraguan dari hal agamaku." (pangkal ayat 104).

Artinya, jika kamu masih ragu tentang inti dan pokok ajaran agamaku ini, atau kamu masih menyangka bahwa aku masih bisa bertolak angsur tentang pendirian ini, atau kamu masih mengharap bahwa satu waktu aku bisa mundur dari kepercayaan yang aku tegakkan, maka lebih baik aku katakan kepada kamu terus terang bahwa pengharapan kamu itu akan hampa, sebab,

"Maka tidaklah aku menyembah apa yang kamu sembah selain Allah."

Selangkah pun aku tidak mau mundur daripada pendirian bahwa selain dari Allah tidak aku sembah.

"Dan aku diperintahkan bahwa hendaklah aku berada dalam golongan orang-orang yang beriman." (ujung ayat 104).

Tiga ayat berturut-turut, isinya satu, yaitu mengulang-ulangkan tentang bahaya syirik, dan syirik adalah zalim. Supaya jelas betul-betul bagi kita sebagai Muslim tentang benteng jiwa dengan tauhid itu. Sampai di dalam ayat-ayat ini Nabi Muhammad saw. disuruh menyampaikan seruan ini kepada manusia, tetapi mengabarkan perintah kepada dirinya sendiri sehingga beliau disuruh menyebut "Aku diperintah" dan "Aku disuruh". Menjadi penegasan bahwa ketauhidan itu mulai ditegakkan pada diri beliau sendiri, dan tidak mengenal ragu-ragu atau tolak-angsur.

Mari kita renungkan sebentar!

Kita kaum Muslimin dianjurkan, disunnahkan agar selalu memperbanyak membaca Al-Qur'an supaya kita paham isinya. Niscaya akan terbacalah ayat-ayat ini, terutama surah Yuunus yang sangat banyak mengulang-ulangi tentang tauhid itu.

Tetapi apakah yang kita lihat?

Di beberapa kuburan yang dianggap keramat, kubur yang disebut kuburan waliyullah, berkumpullah orang-orang membaca Al-Qur'an. Berkumpul membaca surah Yaasiin. Kuburan itu dipuja, di sana berdoa meminta syafa'at wali itu, memohonkan kepada beliau menjadi wasilah atau orang perantaraan kepada Allah supaya si peminta dilepaskan dari bahaya atau disampaikan suatu kehendak. Mintakan berlaba berniaga, mintakan supaya anak gadis yang telah besar lekas mendapat jodoh. Dan 1001 macam permintaan. Kadang-kadang dibawakanlah hadiah apa-apa, sampai kambing dan kerbau, untuk beliau yang dalam kubur. Tetapi karena beliau tidak lagi dapat makan daging kambing dan kerbau, diulutlah segala hasil hadiah itu oleh penjaga kubur.

Alangkah zalimnya!

Dan oleh karena salah satu makna zalim ialah gelap, maka alangkah gelapnya dan alangkah kacau-balaunya, alangkah rijs-nya jiwa berbuat ini.

Kemudian itu berpuluh orang membaca Al-Qur'an siang dan malam di kubur itu. Membaca Al-Qur'an di mana-mana sunnah! Supaya isinya satu ayat demi satu ayat bisa meresap ke dalam pikiran, buat dipahamkan dan diamalkan. Tetapi mengapa mereka khususnya membaca di kuburan itu? Kata mereka supaya pahala bacaan itu dihadiahkan kepada beliau tuan wali yang di kubur itu.

Ini pun bertambah kacau lagi!

Kalau memang beliau itu seorang wali keramat, yang telah sanggup memberi manfaat dan mudharat seperti Allah, buat apa lagi dihadiahi pahala bacaan? Bukankah bacaanmu itu sebagai upah yang kamu bagikan kepadanya karena dia telah berkenan menyampaikan permohonanmu kepada Allah?

Dan sudah pastikah bagimu bahwa kamu membaca itu berpahala?

Ibarat kwitansi tanda penerimaan pahala sudah yakin kamu terima, lalu kamu serahkan kepada kubur yang kamu sembah itu? Apakah pahala itu berupa barang?

Kamu akan menjawab, "Pahala adalah urusan gaib, yaitu janji akan masuk surga kelak di kemudian hari!"

Alangkah hebat dermawan kamu sehingga kamu demikian royal memberikan tiket masuk surga yang telah kamu terima, sebagai pahala membaca Al-Qur'an, kepada seorang yang kamu yakini sendiri bahwa dia akan masuk surga sebab dia wali, sedang kamu sendiri masih ragu apakah memang kamu akan masuk ke dalamnya. Namun, karena demikian cintamu kepada walimu itu, sampai hati kamu menyerahkan pahala itu kepadanya, biar engkau sendiri tidak masuk! Atau kurang mendapat pembahagian.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa memuja kubur dengan segala hiasannya itu, di antaranya menghadiahkan pahala membaca Al-Qur'an kepada beliau yang terkubur, adalah termasuk dalam rentetan pekerjaan syirik belaka.

Dalam kesempatan-kesempatan yang lain dalam tafsir ini telah kita berikan uraian ini dan akan kita berikan lagi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 506-509, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

WASILAH

Tetapi kemudian di kurun-kurun pertengahan, jauh dari zaman Nabi, yang biasanya timbul dari kaum Sufi, suatu perbuatan yang sudah sangat jauh daripada contoh yang diberikan Rasulullah saw. itu. Dan dinamai orang juga al-Wasilah.

Yaitu orang pergi ke kuburan orang yang telah mati, baik ke kubur Nabi, atau kubur orang yang dipandang wali, atau guru, atau ulama besar. Lalu meminta tolong, memakai orang yang telah di dalam kubur itu menjadi wasilah atau jalan buat menyampaikan doa kepada Allah.

Di sinilah timbul satu persoalan besar. Terutama setelah Taqiyuddin Ahmad Ibnu Taimiyah (662-729 H. 1263-1328 M). Dengan tegas beliau menyatakan pendapatnya bahwasanya wasilah yang dilakukan dengan meminta kepada orang yang telah mati, supaya orang itu mendoakan kepada Allah, agar kita terlepas dari bahaya, atau diberi rezeki dan sebagainya, bukan wasilah dan bukan tawassul, melainkan perbuatan syirik. Tidak pernah yang begitu dilakukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah, ketika beliau hidup atau setelah beliau mati.

Golongan yang melakukan meminta doa kepada orang yang telah mati itu mengatakan bahwa perbuatan mereka adalah wasilah kepada orang yang saleh, yang lebih dekat kepada Allah, meskipun mereka telah mati. Maka dengan keras Ibnu Taimiyah membantahnya: Karena orang yang telah mati tidak dapat berbuat apa-apa.

Golongan yang sebelah mengambil alasan bahwa Umar bin Khaththab meminta kepada paman Nabi membaca doa untuk umat supaya Allah menurunkan hujan adalah wasilah juga. Maka Ibnu Taimiyah membantah keras paham itu. Kata beliau, bahwa yang diperlukan oleh Umar bukan diri Abbas, melainkan doanya. Dan kalau berdoa bersama, sudah terang seorang juga yang berdoa dan yang lain mengaminkan. Musa berdoa, Harun mengaminkan. Adam berdoa dan Hawa mengaminkan. Semuanya itu di kala hidup. Tidak ada orang yang telah mati memohonkan doa kepada Allah untuk orang yang masih hidup, kalau ada tidaklah Umar akan meminta kepada Abbas supaya berdoa, bahkan sudah pasti dia akan pergi ke kubur Rasulullah, lalu meminta kepada beliau yang di dalam kubur mendoakan untuk umat supaya Allah menurunkan hujan kepada mereka.

Ibnu Taimiyah telah menulis sebuah buku, yang diberinya nama Qa'idah Jalilah, fit Tawassul wal Wasilah yang isinya mengupas kesalahan wasilah dan tawassul kepada orang yang telah mati itu, sehingga berguncanglah masyarakat di waktu itu, sebab rupanya sudah lama pekerjaan ini dikerjakan orang, sedang ulama-ulama telah membiarkannya saja. Dengan nama tawassul dan wasilah itulah orang mempertahankan pemujaan kubur, sehingga banyak orang memusuhi Ibnu Taimiyah, yang keras menentang pemujaan kubur itu. Padahal perbuatan demikian sudah sangat bertentangan dengan ajaran tauhid.

Kemudian ajaran Ibnu Taimiyah itu dibangkitkan kembali oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri ajaran Wahabi dalam lingkungan Madzhab Hanbali. Tentu saja ajaran Wahabi ini pun menjadi tantangan keras dari negeri-negeri Islam yang telah terpengaruh oleh pemujaan kubur dengan nama tawassul dan wasilah itu. Sehingga sampai sekarang masih saja terasa reaksi yang hebat dari golongan Islam yang telah menjadikan kubur-kubur orang yang dianggap keramat itu sebagai tempat pemujaan. Baik di dalam negeri-negeri penganut paham Sunnah, apatah lagi dalam negeri penganut Madzhab Syi'ah. Dan juga di negeri-negeri kita Indonesia ini.

Maka ayat ini menunjukkan dengan jelas garis yang wajib kita tempuh sebagai Muslim di dalam menuju kejayaan dan kemenangan jiwa. Yaitu,

Pertama, takwa kepada Allah.

Kedua, wasilah yaitu mengatur jalan supaya dapat cepat sampai (kurban) kepada Allah dengan ibadah, amal saleh, dan doa.

Ketiga, berjihad bersungguh-sungguh atau bekerja keras mengatasi segala penghambat perintang yang akan menghambat kita akan sampai kepada keridhaan Allah.

Sebagaimana tersebut dalam satu hadits yang dirawikan oleh ath-Thabrani dengan isnad yang hasan, dari Abu Bakar ash-Shiddiq sendiri, bahwa Rasulullah saw. berkata,

"Tidaklah meninggalkan suatu kaum akan jihad, melainkan akan disapu bersih mereka oleh Allah dengan adzab." (HR. ath-Thabrani).

Lain daripada jalan yang telah ditentukan itu
adalah jalan sesat dan kufur.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 687-688, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

IBRAHIM MENGHANCURKAN BERHALA

"Kami mendengar seorang anak muda yang menyebut-nyebut mereka, kata orang namanya Ibrahim." (ujung ayat 60).

Kita melihat di dalam Al-Qur'an beberapa kali cerita tentang pekerjaan penting dikerjakan oleh anak muda; Demikian pentingnya darah muda, sehingga Ibnu Abbas pernah berkata, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan anak muda. Dan seorang yang alim tidak pula diberi Allah ilmu, melainkan di waktu muda." Lalu beliau baca ayat 60 surah al-Anbiyaa' ini sebagai alasan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 47, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Dan barangsiapa yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka adalah mereka itu orang-orang yang kafir." (ujung ayat 44).

Artinya, jika selama ini kamu mengaku memegang teguh setia kepada Taurat, hendaklah hukum yang tersebut di dalam Taurat itu kamu jalankan. Rasulullah saw. sendiri di waktu diminta oleh mereka menjadi hakim, telah mengajak mereka supaya kembali kepada hukum Taurat. Maka pendakwaan mereka teguh setia memegang Taurat, tetapi tidak mau menjalankan hukumnya, berarti mereka kafir juga, yaitu menolak dan tidak percaya juga.

Di dalam Taurat itu pun memang ada peraturan-peraturan hukum yang berlaku pada Bani Israil.

Tentang ketiga ayat ini banyaklah pula perbincangan ahli tafsir, apakah dia hanya terkhusus sebagai ancaman kepada Yahudi dan Nasrani, ataukah mengenai juga kita kaum Muslimin?

Ada dibawakan orang tafsir yang mereka katakan diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa beliau berkata, "Kafir di sini bukanlah mencapai kafir, dan zalim bukanlah mencapai zalim, dan fasik bukanlah mencapai fasik."

Dan ada riwayat Ibnu Abbas juga, katanya ayat-ayat ini hanya mengenai orang Yahudi, tidak mengenai Islam sedikit pun.

Dan ada pula riwayat dibawakan dari as-Sya'bi, bahwa ayat pertama dan kedua mengenai Yahudi dan ayat ketiga mengenai Nasrani.

Tetapi kita tertarik pula kepada keterangan Hudzaifah bin al-Yaman ketika orang bertanya kepada beliau tentang ayat ini. Seorang berkata bahwa ayat-ayat ini hanya mengenai Bani Israil. Mendengar itu berkatalah Hudzaifah, "Enak benar bagimu ada kawan Bani Israil, kalau segala yang manis hanya untukmu dan segala yang pahit untuk Bani Israil. Sungguh, demi Allah, kamu akan menempuh pula jalan mereka menurut jejak langkah mereka."

Dan satu riwayat lain dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir, "Sebaik-baik kaumlah rupanya kamu ini kalau segala yang manis hanya untuk kamu dan segala yang pahit buat Ahlul Kitab."

Dan ditanyakan orang kepada Sa'id bin Jubair ke mana tujuan ketiga ayat. "Barangsiapa yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah", itu apa benarkah tertuju kepada Bani Israil saja? Beliau menjawab, "Tidak! Bahkan dia diturunkan atas kita."

Riwayat yang diterima dari Maqaam, Maula Ibnu Abbas pun menyatakan demikian pula, bahwa ayat ini diturunkan kepada Ahlul Kitab dan kepada kita kaum Muslimin. Cuma tambahannya ialah bahwa kafir di sini bukanlah mencapai kafir syirik, dan zhulm di sini pun bukan mencapai zhulm syirik, dan fasik di sini pun bukan mencapai fasik syirik.

Kita pun dapatlah memahamkan bahwa ayat Al-Qur'an, diturunkan kepada Nabi kita Muhammad saw. meskipun tertuju kadang-kadang kepada Ahlul Kitab, bukanlah dia semata-mata suatu kisah yang akan kita baca saja, tetapi adalah dia untuk kita ambil banding.

Sebagai Muslimin janganlah kita melalaikan menjalankan hukum Allah.

Sebab di awal surah sendiri, yang mula-mula diberi peringatan kepada kita ialah supaya menyempurnakan segala 'Uqud. Maka menjalankan hukum Allah adalah salah satu 'Uqud yang terpenting di antara kita dengan Allah.

Selama kita hidup, selama iman masih mengalir di seluruh pipa darah kita, tidaklah sekali-kali boleh kita melepaskan cita-cita agar hukum Allah tegak di dalam alam ini, walaupun di negeri mana kita tinggal.

Moga-moga tercapai sekadar apa yang dapat kita capai.

Karena Allah tidaklah memikulkan kepada kita suatu beban yang melebihi dari tenaga kita.

Kalau hukum Allah belum jalan, janganlah kita berputus asa.

Dan kufur, zhulm, dan fasiklah kita kalau kita percaya bahwa ada hukum lain yang lebih baik daripada hukum Allah.

Dan jika kita yang berjuang menegakkan cita Islam ditanya orang, "Adakah kamu, hai umat Islam bercita-cita, berideologi, jika kamu memegang kekuasaan, akan menjalankan hukum Syari'at Islam dalam negara yang kamu kuasai itu?"

Janganlah berbohong dan mengolok-olokkan jawaban. Katakan terus terang bahwa cita-cita kami memang itu. Memang hendaknya berjalan hukum Allah dalam negara yang kita kuasai itu.

Apa artinya iman kita kalau cita-cita yang telah digariskan Allah dalam Al-Qur'an itu kita mungkiri?

Dan kalau ditanyakan orang pula, "Tidakkah dengan demikian kamu hendak memaksakan agar pemeluk agama lain yang golongan kecil (minoritas) dipaksa menuruti hukum islam?"

Jawablah tegas, "Memang akan kami paksa mereka menuruti hukum Islam. Dan setengah dari hukum Islam terhadap golongan pemeluk agama yang minoritas itu ialah agar supaya mereka menjalankan hukum Taurat, ahli Injil diwajibkan menjalankan hukum Injil. Dan kita boleh membuat undang-undang menurut teknik pembikinannya, memakai fasal-fasal dan ayat-ayat suci, tapi dasarnya wajiblah hukum Allah dari kitab-kitab suci, bukan hukum buatan manusia atau diktator manusia."

Katakan itu terus terang, dan jangan takut.

Insaflah bahwasanya rasa takut orang menerima hukum Islam ialah karena propaganda terus-menerus dari kaum penjajah selama berpuluh beratus tahun, sehingga orang-orang yang mengaku beragama Islam sendiri pun kemasukan rasa takut itu karena dipompakan oleh penjajahan.

Lihatlah bagaimana celakanya perikemanusian di zaman sewenang-wenang hukum buatan manusia.

Dalam Islam sudah nyata bahwa sumber hukum ialah Allah dan Rasul, atau Al-Qur'an dan Sunnah.

Sebab itu dalam Islam manusia bukanlah pencipta hukum melainkan pelaksana hukum Allah.

Tetapi manusia tadi diberi kebebasan pula berijtihad, bagaimana supaya hukum Allah itu berjalan. Pokok hukum Allah dan Rasul itu disimpulkan dalam bunyi ayat, "Menghalalkan bagi kamu akan yang baik-baik dan mengharamkan atas kamu barang yang buruk." Dan mengambil manfaat dan menolak mudharat. Adapun pelaksanaan hukum yang tersebut dalam Al-Qur'an tidaklah banyak; yang terkenal hanya beberapa buah saja, yaitu hukuman atas gerombolan pengacau, hukuman atas pencuri, dan hukuman atas berzina. Dan beberapa hukum lainnya terdapat dalam Sunnah.

Lalu ahli-ahli fiqih Islam yang besar-besar telah membagi pula bentuk negara kepada tiga macam, yaitu Darul Islam (negara Islam), Darul Harb (negeri tengah berperang dengan orang Islam) dan Darul Kuffar (negara orang Kafir). Maka sepakatlah ahli-ahli fiqih bahwa dalam negara Islam 100%, niscaya hendaklah 100% pula hukum Islam berlaku. Tetapi meskipun bebas memakai ijtihadnya, sehingga ada juga hukum yang dinamai ta'zir, yaitu hukum sebagai pendidik, dan pengajar si bersalah.

Perkembangan bernegara sebagaimana di zaman sekarang ini pun akan memperlengkap pandangan kita tentang istilah-istilah nama negara yang disebutkan ahli-ahli fiqih tadi.

Di negara-negara modern ada undang-undang dasar yang menjamin kemerdekaan pemeluk agama yang kecil bilangannya dalam negeri itu, seumpama golongan kecil orang Islam di Burma, Philipina, Muangthai, dan lain-lain. Hukum di negeri-negeri itu teranglah hukum nasional yang tidak berdasar agama, melainkan hukum umum. Niscaya orang Islam di negeri itu, kalau dapat, hendaklah memperjuangkan agar Syari'at Islam dan hukumnya berlaku di kalangan penduduk Islam itu sendiri, dalam rangka kesatuan negara.

Kalau kita tilik pula keadaan bertumbuhnya Republik Indonesia. Secara hukum kita dapat mengatakan bahwa selain dari negara ini suatu negara kesatuan, dia pun adalah negara yang didirikan atas persetujuan golongan-golongan yang terbesar di dalam negeri ini pada hari bulan Juli 1945, yang dikenal dengan nama Jakarta Charter, yaitu golongan Islam, Nasionalis, dan Kristen. Pemuka yang mengikat perjanjian itu mempunyai cukup syarat-syarat buat disebut Ahlul Halli wal 'Aqdi. Isi perjanjian ialah akan mendirikan sebuah negara yang semua golongan terjamin menganut kepercayaannya; malahan pernah ditegaskan bahwa bagi pemeluk Islam supaya menjalankan syari'at agamanya.

Maka negara kita telah dibentuk atas dasar janji bersama, atau 'Uqud; yang telah diperintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya menyempurnakannya.

Menurut pangkal surah al-Maa'idah ini, perjanjian ini wajiblah dipelihara dan disempurnakan, karena dia bukanlah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Bahkan pada adatnya, kalau tidaklah ada Charter ini, tidaklah akan tercapai kemerdekaan yang telah ada ini.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 702-707, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PIMPINAN IBLIS

Seperti tersebut di dalam beberapa ayat yang lain yang telah kita salinkan tadi, Iblis mendurhaka karena sombong Abaa was-takbara! (Enggan dan sombong!). Lalu datanglah penegasan Allah berupa pertanyaan,

"Maka apakah akan kamu ambil dia dan anak-cucunya akan menjadi pimpinan selain Aku?"

Iblis telah mendurhaka kepada Allah karena sombong. Apakah Iblis yang mendurhaka kepada-Ku itu yang akan kamu ambil menjadi pimpinan hidupmu untuk tukaran dari Aku, Allah, Tuhanmu?

"Padahal mereka itu bagi kamu adalah musuh!"

Bukankah kamu pun telah mengetahui bahwa Iblis dan anak-cucunya itu adalah musuh-musuh kamu.

"Sungguh amat buruklah bagi orang-orang yang zalim yang dijadikan tukaran." (ujung ayat 50).

Sekali lagi disebut orang yang zalim, yang salah berhitung, yang menyesatkan diri sendiri;

Allah ditukarnya dengan Iblis!


Bukan saja Iblis, bahkan sampai kepada anak-cucu Iblis, mereka puja, mereka sembah, mereka jadikan mata pencarian dan sumber hidup.

"Dan (ingatlah) akan hari." (pangkal ayat 52).

Ingatlah akan hari Kiamat yang akan datang dan pasti datang itu!

"Yang Dia akan berfirman, "Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu ada-adakan itu!"

Pada hari itu kelak segala penyembah berhala, penyembah kayu dan batu, penyembah benda-benda dan orang-orang yang mendewa-dewakan menuhan-nuhankan, sesamanya manusia, baik ketika manusia itu hidup atau terhadap kuburnya sesudah dia mati, yang dipuja disembah dan dipandang ada kuasanya di samping kuasa Allah,

Semua penyembah itu kelak akan disuruh berkumpul ke hadapan hadirat Allah dan mereka disuruh memanggil segala persembahan mereka itu, suruh berhadapan dengan Allah.

"Lalu mereka panggil!"

Tetapi apakah yang terjadi?

"Namun mereka tidaklah ada yang menyahut panggilan itu."

Berhala-berhala, pendewaan, manusia yang dituhankan dan barang benda yang banyak itu, semuanya tidak ada yang menyahut. Kalau dia dari kayu atau batu dan segala yang berupa benda, tentu tidak ada yang akan menyahut, karena mereka hanya benda yang beku.

Kalau yang didewakan itu sesama manusia, maka kebanyakan sesama manusia itu dituhankan di luar tahu mereka. Mereka diagung-agungkan demikian rupa, hanyalah karena khayal si penyembah itu saja. Tetapi kalau memang manusia itu sendiri yang menghendaki supaya dirinya yang dituhankan, sebagai yang dilakukan Fir'aun, tentu di hari itu dia pun akan bersama londong ke neraka. Sebab itu ujung ayat tersebut,

"Dan Kami adakan di antara mereka itu satu tempat kehancuran." (ujung ayat 52).

Tempat kehancuran, maubiqaa, itu ialah neraka Jahannam.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 397-398, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Adalah hak bagi setiap insan untuk menolak dan menentang, bahkan kalau perlu perang terhadap segala percobaan yang hendak merampas kemerdekaan dirinya berhubungan langsung dengan Allah." (Buya HAMKA).

Oleh karena itu, adalah hak bagi setiap insan untuk berhubungan langsung dengan Allah, tidak perlu ada perantara, tidak perlu ada "pokrol bambu" yang akan menolong, dan tidak usah ada sekutu-sekutu apa pun di dalam segala macam bentuk.

Apa akibat dari ajaran ini? 360 berhala di sekeliling Ka'bah yang selama ini dipuja dan diasapi dengan kemenyan, dibawakan hadiah berbagai macam, mulai saat ajaran itu keluar telah bertukar menjadi batu mati. Bahkan, menghambat penglihatan, menjemukan dan membosankan, satu waktu wajib diruntuhkan, dan runtuhannya itu boleh di potong-potong, lalu diambil menjadi dasar bangunan rumah, atau menjadi alas jembatan.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 82-83, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Menurut keterangan Ali bin Abi Thalib, kabilah Khaz'am dan Bujailah pun mempunyai berhala, mereka namai berhala itu "Ka'bah Yaman"; sedang Ka'bah yang sebenarnya, yang ada di Mekah mereka namai "Ka'bah Syam". Rasulullah telah mengutus ke sana Jarir bin Abdullah al-Bajali, yang seketurunan dari Bani Bujailah pula. Pekerjaan Jarir pun berhasil. Ka'bah tiruan itu dihancurkan sampai lumat. Ibnu Ishaq meriwayatkan pula bahwa di Yaman ada pula berhala bernama Riyaam. Disebut orang bahwa di sana ada dipelihara seekor anjing hitam. Semuanya habis dihancurkan setelah agama Islam beroleh kemenangan dan kejayaan.

Dan sesudah itu segala yang bersifat berhala habis disapu bersih.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 544, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

IBRAHIM MENGHANCURKAN BERHALA

"Dan demi Allah." (pangkal ayat 57).

Nabi Ibrahim telah mulai perkataannya dengan sumpah. Tandanya beliau berkata bersungguh-sungguh, bukan bermain-main.

"Kami mendengar seorang anak muda yang menyebut-nyebut mereka, kata orang namanya Ibrahim." (ujung ayat 60).

Dari kedua ayat ini, ayat 60 dan 61 kita mendapat beberapa pelajaran.

Pertama ialah tentang keadaan Nabi Ibrahim waktu menghancurkan berhala, yaitu dia masih terhitung anak muda! Yang berani mengerjakan pekerjaan nekad begitu memang hanya anak muda.

Kita melihat di dalam Al-Qur'an beberapa kali cerita tentang pekerjaan penting dikerjakan oleh anak muda.

Yang menyembunyikan diri ke dalam gua, dalam surah al-Kahf, ialah beberapa orang anak muda, karena keyakinan terhadap Allah yaitu berpegang kepada tauhid amat berlawan dengan kepercayaan kaumnya yang mempersekutukan Allah dengan yang lain. Di dalam surah al-Kahf, pemuda-pemuda itu 2 kali mendapat pujian. Pertama di ayat 10, kedua di ayat 13.

Demikian pentingnya darah muda, sehingga Ibnu Abbas pernah berkata,

"Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan anak muda. Dan seorang yang alim tidak pula diberi Allah ilmu, melainkan di waktu muda."

Lalu beliau baca ayat 60 surah al-Anbiyaa' ini sebagai alasan.

Nabi Musa pun membawa anak muda bernama Yusya' menjadi temannya pergi mencari Nabi Khidhir (disebut dalam surah al-Kahf ayat 60), yang disebut fatahu, ialah karena dididik akan jadi pengganti beliau nanti. Di zaman sekarang, dinamai kader.

Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini,

"Memang inilah yang dikehendaki Ibrahim, yaitu supaya mereka di hadapan pertemuan besar itu, agar tersingkap bagaimana banyaknya kebodohan mereka dan sedikitnya akal mereka, karena menyembah berhala yang tidak dapat menangkis mudharat dan tidak dapat menolong apa-apa."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 46-49, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Aqidah dan ibadah Islam harus dikembalikan kepada ajaran asli Nabi Muhammad, menurut Qur'an dan Hadits dan memakai ijtihad. Kita harus berani kembali meninjau pendapat-pendapat ulama yang datang di belakang, baik dia Imam Syafi'i sekalipun. Sunnah mesti ditegakkan dan bid'ah mesti dibuangkan; Menuduh-nuduh adalah alat terakhir dari orang-orang yang telah kehilangan alat.

(Buya HAMKA, PANGGILAN BERSATU: Membangunkan Ummat Memajukan Bangsa, Hal. 65, 66, Penerbit Galata Media, Cet. I, Januari 2018).



JAHILIYYAH MODERN

Apakah perbedaan mereka dengan umat dahulu kala yang dinamakan kaum jahiliyyah itu?

Perbedaan itu ialah orang yang dinamakan jahiliyyah paham arti tauhid, tetapi tidak mau mengucapkannya, dan

Orang jahiliyyah sekarang pandai mengucapkan tauhid, tetapi tidak paham apa maksud dan isinya.

Inilah yang dinamakan orang pada zaman ini dengan "jahiliyyah modern".

-Tulisan ini dinukil dari Ceramah Allahuyarham Prof. Dr. HAMKA, yang pernah disampaikan di TVRI sekitar Tahun 1975, yaitu siri ceramah yang bertemakan, "Iman dan Pembangunan".

(Buya HAMKA, Kesepaduan Iman Dan Amal Saleh, Hal. 37, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).


INTI TAUHID. Oleh karena itu, batal dan tertolaklah persangkaan orang-orang musyrik dan tersesat yang mengharapkan semoga Rasul pun atau manusia pun dapat menolong mereka meringankan adzab atau menambah pahala mereka.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 47, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KAMU TIDAK MEMPUNYAI TAUHID RUBUBIYAH

"Dan tidak Kami melihat ada beserta kamu orang-orang yang akan melepaskan kamu."

Orang yang akan melepaskan kamu, yaitu syufa'au dan orang-orang yang memberikan syafaat, yang akan memohon kepada Allah agar dia dibebaskan dari adzab.

Karena menurut kepercayaan orang mempersekutukan yang lain dengan Allah, baik berhala atau sesama manusia atau kuburan orang keramat, semuanya itu mereka sembah, mereka puja karena mengharapkan bahwa semuanya akan membela mereka di akhirat.

Pada saat itu, selain datang kepada Allah seorang diri, tidak ada pangkat lagi, tidak ada harta dan kekayaan, pun tidak ada berhala-berhala atau orang-orang keramat atau kubur itu yang datang menemui.

Sebatang kara, tak ada harta, tak ada teman, tak ada pembela.

"Yang kamu anggap bahwa mereka itu pada kamu sebagai sekutu-sekutu (Allah)."

Artinya, bahwa kamu masih tetap mengakui bahwa Allah Ta'aala itu memang Ada dan memang Esa, dan hanya Dia sendiri yang menciptakan alam ini.

Dasar kepercayaan itu memang ada padamu, yang dinamai Tauhid Uluhiyah.

Setelah akan memohonkan apa-apa, kamu tidak langsung memohon kepada-Nya lagi, tetapi pada yang lain atau meminta tolong pada yang lain itu supaya menyampaikannya kepada Allah. Walaupun mengakui Dia Yang Menciptakan alam, kamu campur-aduk dengan yang lain.

Kamu tidak mempunyai Tauhid Rububiyah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 218, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAK ADA DAYA DAN KEKUATAN, KECUALI PADA ALLAH

Ada ucapan zikir lagi "laa haula walaa quwwata illaa billaah", tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali pada Allah.

Manusia tidak boleh menguasai jiwaku. Sebab, manusia berasal dari mani seperti aku juga. Asal dari tanah, hidup di atas tanah, dan akan kembali ke dalam tanah. Walaupun badannya dililit emas, tongkat bersalutkan emas, dada dihiasi berbagai bintang emas, emas itu pun tanah juga.

Walaupun dibuat patung yang seram, matanya melotot keluar, gigi dan taring menjulur keluar sehingga kelihatan seram, aku tidak takut. Karena yang mengukir patung itu hanyalah tangan manusia juga. Kalau, aku sulut ia dengan api, ia akan terbakar hangus, balik jadi abu dan tanah. Semuanya itu, tiap insan hanya menuju Yang Esa, habis.

Apa akibat dari ajaran ini? 360 berhala di sekeliling Ka'bah yang selama ini dipuja dan diasapi dengan kemenyan, dibawakan hadiah berbagai macam, mulai saat ajaran itu keluar telah bertukar menjadi batu mati. Bahkan, menghambat penglihatan, menjemukan dan membosankan, satu waktu wajib diruntuhkan, dan runtuhannya itu boleh di potong-potong, lalu diambil menjadi dasar bangunan rumah, atau menjadi alas jembatan.

Manusia-manusia yang dituhankan, diagungkan dan dipuja-puja, disanjung sehingga ia pun telah merasa bahwa ia memang Dewa, dengan sendirinya telah jatuh pamornya.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 82-83, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENEGUHKAN KEYAKINAN TAUHID

"Katakanlah: "Aku sesungguhnya berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan." (ujung ayat 216).

Berlepas diri artinya tidak bertanggung jawab. Atau tidak tahu-menahu sebab Rasulullah sudah sejak semula telah memberi peringatan bahwa barangsiapa yang berbuat jahat, berbuat maksiat pasti akan dihukum oleh Allah.

Ibnu Katsir menulis dalam tafsirnya, "Ancaman yang khusus ini tidaklah berarti bahwa tidak kena-mengena kepada yang umum, bahwa dia adalah mengenai tiap satu dari yang umum."

Tegasnya, bahwa ancaman ini mulanya memang khusus. Peringatan kepada keluarga terdekat Nabi dan orang-orang beriman yang Nabi disuruh merendahkan sayap kepada mereka. Maka kalau keluarga terdekat Nabi itu berbuat maksiat, disuruhlah Nabi memperingatkan bahwa beliau berlepas diri dari kesalahan itu. Mentang-mentang dia keturunan Rasulullah, misalnya apa yang kita sebut "Dzurriyat Rasul", yang diturunkan oleh perkawinan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Rasulullah, janganlah mereka salah sangka dan janganlah orang awam terperosok menyangka bahwa keturunan Rasulullah itu kalau bersalah tidak berdosa. Sedangkan Nabi saw. sendiri kalau dia tidak menauhidkan Allah, beliau diancam akan dimasukkan dalam golongan orang yang kena adzab, yang disebut di ayat 213 di atas tadi, dan beliau pun dilarang keras jadi orang musyrikin (surah al-Qashash ayat 88), dan kalau dia misalnya berbuat demikian, dia pun terhitung orang yang zalim (surah Yuunus ayat 106). Sedangkan Nabi saw. memegang disiplin demikian ketat, bagaimana orang-orang yang mengakui diri anak cucu beliau, akan leluasa saja melanggar perintah Allah, berbuat maksiat kepada nenek moyangnya, lalu meminta disediakan surga dengan gratis? Hanya orang yang dadanya kosong dari ilmu tentang Islam yang akan percaya kepada persangkaan begitu.

Dan seperti perkataan Ibnu Katsir tadi, meskipun ayat ini khusus ditekankan untuk peringatan keras bagi orang-orang yang merasa dirinya sekeluarga dengan Nabi, niscaya begitulah mestinya untuk seluruh umat Muhammad.

Di sinilah kita dapat merenungkan dengan saksama betapa besarnya persediaan jiwa Nabi kita Muhammad saw. di dalam menghadapi tugasnya yang amat berat itu, menjadi basyir dan nadzir. Pemberi peringatan gembira bagi yang taat dan peringatan ancaman keras kalau tidak dipatuhi. Dia mulanya tegak seorang diri. Tidak ada temannya melainkan Tuhannya. Datang ke tengah-tengah alam kemusyrikan hendak menegakkan ajaran tauhid, tetapi dimulai pada dirinya sendiri terlebih dahulu. Di samping berjuang melatih diri. Dalam melatih diri meneruskan perjuangan.

Bukan melatih diri terlebih dahulu, baru nanti berjuang.

Dan bukan pula terus berjuang dengan tidak memperlengkapi diri.

Oleh sebab itu cocok benarlah jika ayat selanjutnya begini bunyinya,

SETAN REKAN PENDUSTA

"Aku akan ceritakan kepada kamu, kepada siapa Setan-setan itu turun?" (ayat 221).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 484-486, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

TAUHID MEMBESARKAN JIWA

"Sama saja atas kamu, apakah kamu ajak mereka ataupun kamu berdiam diri." (ujung ayat 193).

Walaupun diajak dan diseru dengan alasan yang kuat, mereka tidaklah akan meninggalkan kebiasaan yang buruk itu. Didiamkan saja pun, mereka tidak juga akan berubah. Sehingga di antara ajakan dengan mulut atau pun didiamkan, menjadi sama saja bagi mereka. Akan tetapi, ayat-ayat yang lain telah menunjukkan bahwa dengan begini bukanlah berarti bahwa hal syirik ini didiamkan saja. Bertambah didiamkan, niscaya penyakit mereka akan bertambah larut. Sebab itu, ayat yang selanjutnya bukanlah berarti menyuruh berdiam diri, melainkan menyuruhkan bekerja terus-menerus menyadarkan mereka.

"Sesungguhnya yang kamu seru selain dari Allah itu adalah hamba-hamba seperti kamu (iuga)." (pangkal ayat 194).

Inilah salah satu inti ajaran tauhid bagi memerdekakan manusia dari pengertian syirik. Diperintahkan kepada manusia bahwa yang mereka sembah selain dari Allah itu tidaklah lebih keadaannya dari mereka yang menyembah. Kalau dia manusia, maka kamu pun manusia. Sama-sama dijadikan Allah daripada air mani yang lata. Mengapa mereka akan kamu katakan lebih daripada kamu? Kalau kamu katakan mereka lebih daripada kamu, sebab mereka orang yang telah lebih dekat kepada Allah, tersebab shalihnya misalnya, mengapa tidak kamu sendiri langsung berbuat amal shalih yang diridhai Allah, sehingga kamu sendiri mencapai martabat yang sama dengan dia? Sama-sama dekat kepada Allah?

Kemudian dengan lebih berani lagi, Nabi saw. disuruh mengatakan,

"Serulah sekutu-sekutu kami itu."

Cara kita sekarang, pasanglah dupa, bakarlah kemenyan, ratib tegaklah memanggil segala barang pujaan itu, wahai berhala anu, hantu pemburu anu, wahai nan di bigak nan di bigau, wahai wali keramat di Luar Batang dan segala tempat atau kubur yang dikeramatkan, wahai arwah kyai anu di kampung anu, habib fulan di kampung fulan, tolonglah kami, perkenankan doa kami.

"Kemudian itu cobakanlah tipu dayamu kepada-Ku."

Tegasnya cara sekarang, embuskanlah segala macam mantra, segala macam sihir, segala macam tuju permaya untuk menganiaya diriku, dengan pertolongan segala berhala itu.

"Maka, cobalah jangan Aku diberi tempo." (ujung ayat 195).

Arti cara sekarangnya ialah, "Cobakanlah pengaruh berhalamu itu kepadaku sekarang juga, jangan aku diberi waktu lagi. Niscaya semuanya itu tidak akan memberi bekas. Semua omong kosong!"

Inilah salah satu didikan kebenaran jiwa tauhid yang dibenarkan dan dihunjani Nabi kepada orang yang beriman. Sampai beliau berani menentang. Orang yang telah teguh tauhidnya, tentu memegang ini. Pegangan orang yang bertauhid ialah bahwa alam tidak memberi bekas.

"Sesungguhnya pelindungku ialah Allah, yang telah menurunkan kitab dan Dialah yang melindungi orang-orang yang shalih." (ayat 196).

Sebagai orang yang bertauhid, Rasulullah saw. telah mempunyai pendirian yang teguh, bahwasanya berhala atau apa jua pun yang dipuja selain Allah, tidaklah memberi bekas, tidak memberi manfaat dan mendatangkan mudharat. Sebab itu, beliau yakin pula, bagaimana pun beliau menentang pemuja berhala dan berhalanya sendiri, tidak sebuah pun yang akan dapat bertindak, sebab semuanya tidak berkuasa. Kakinya terpaku tak dapat melangkah, matanya terbelalak, tetapi tidak dapat melihat, telinganya seluas tampian, tetapi tidak mendengar.

Oleh sebab keyakinannya telah bulat kepada Allah maka yang lain sudah dianggap tidak ada lagi. Ruh yang telah dekat kepada Allah, tidaklah ragu memandang ketiadaan yang lain. Sebab itu, lanjutan ayat ialah bahwa tempat aku berlindung hanya Allah. Bukan saja Allah dianggap sebagai tempat berlindung, bahkan Dia pun mengirimkan kitab pula untuk tuntunan hidup. Dan, Dia pun menjamin, memelihara dan melindungi orang-orang yang shalih, orang-orang yang berbuat baik.

Oleh sebab itu, keberanian menentang berhala, bukanlah keberanian membabi buta, bukan pula karena sombong dan takabur, tetapi keberanian karena ada pedoman.

Di ayat ini bertemu tiga perlengkapan ruhani. Pertama, yakin bahwa tempat berlindung hanya Allah. Kedua, yakin kepada tuntunan yang diberikan Allah, sebagai yang kita di zaman modern ini biasa menyebutnya "konsepsi" ada di dalam tangan, yaitu Al-Qur'an. Ketiga, yakin pula bahwa selama kitab yang diturunkan Allah itu diamalkan dengan sebaik-baiknya, tidak satu pun bahaya yang akan menimpa di dalam alam ini, sebab Allah selalu melindungi.

Menurut sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, hantu-hantu itu lebih lagi takutnya kepada manusia, daripada manusia menakuti hantu. Lebih-lebih manusia yang mempunyai kepribadian.

Rasa takut adalah salah satu naluri manusia yang berpokok dari keinginan memelihara hidup. Oleh sebab itu dia telah termasuk naluri, tidaklah dia dapat dihapuskan dari dalam diri. Akan tetapi, dengan ajaran tauhid rasa takut itu disalurkan kepada Yang Satu, yaitu Allah.

Setelah Mekah ditaklukkan, Rasulullah saw. mengeluarkan perintah agar setiap orang memecah atau menghancurleburkan setiap berhala yang masih ada dalam rumah orang masing-masing. Beliau pun memerintahkan sekaligus meruntuh dan menghancurkan berhala yang masih bersandarani di Ka'bah. Laata dan Manaata, semuanya dia hancurkan bersama 360 berhala yang lain. Untuk menghancurkan berhala 'Uzza yang besar di dekat kota Mekah, Nabi saw. memerintahkan Khalid bin Walid dengan 5 hari terakhir dari bulan Ramadhan. Setelah dia sampai ke tempat berhala itu, segeralah dia runtuhkan. Dan, setelah selesai tugasnya, dia pun kembali kepada Rasulullah saw.

Dan, Rasulullah saw. pun bertanya,

"Sudahkah engkau runtuhkan?"

Khalid menjawab,

"Sudah, ya, Rasulullah!"

"Adakah engkau melihat sesuatu?", tanya Rasulullah saw.

"Tidak ada", jawab Khalid.

"Kalau begitu pekerjaanmu belumlah selesai. Segeralah engkau kembali ke sana dan hancurkanlah berhala itu!"

Dengan gemas dan marahnya Khalid kembali ke tempat itu. Dia masuk kembali ke dalam rumah berhala itu. Tiba-tiba keluarlah seorang perempuan tua, hitam warna kulitnya, dan kusut tergerai rambutnya. Itulah juru kunci rumah berhala tersebut. Juru kunci itu menjerit-jerit ketakutan. Khalid segera menyentak pedangnya lalu dipancungnya perempuan tua hitam itu, sehingga terpotong dua. Setelah itu Khalid kembali kepada Rasulullah saw., menceritakan apa yang telah kejadian.

Maka, bersabdalah Rasulullah saw.,

"Memang itulah dia yang sebenarnya 'Uzza. Dia telah putus asa buat disembah lagi di negeri ini."

Inilah kisah menghancurkan berhala 'Uzza yang tersebut di dalam sejarah. Bagaimana kalau Khalid takut melihat hantu penghuni berhala itu, yang merupakan dirinya sebagai perempuan tua hitam?

Tentu berhala itu masih akan dipandang angker oleh pemujanya. Akan tetapi, Khalid bin Walid bukan Khalid kalau dia takut kepada hantu itu, terus dipancungnya, kudung dua!

Bersamaan dengan perjalanan Khalid itu Rasulullah saw. mengutus Amr bin 'Ash pula untuk menghancurkan sebuah berhala yang dipuja oleh suku Huzail. Setelah Amr sampai ke tempat itu bertemu dia dengan juru kuncinya.

Juru kunci itu bertanya,

"Apa maksud engkau?"

Amr menjawab,

"Aku diperintah Rasulullah saw. menghancurkan berhala ini!"

Juru kunci menjawab,

"Engkau tidak akan sanggup berbuat begitu!"

Jawab Amr, "Apa sebab?"

"Berhala itu akan mempertahankan diri", jawab juru kunci.

Lalu, dengan murka Amr menjawab,

"Sampai kini engkau masih saja percaya kepada yang karut dan batil itu. Bagaimana dia akan dapat mempertahankan dirinya? Padahal dia tidak mendengar dan tidak melihat?"

Berkata Amr ketika mencerita kejadian itu,

"Lalu saya mendekat kepada berhala itu lalu segera saya hancurkan. Setelah itu saya suruh pula kawan-kawan saya menghancurkan rumah pemujaan itu sampai rata dengan tanah. Tidak ada terdapat apa-apa." Maka, saya berkata kepada juru kunci itu,

"Sekarang bagaimana engkau lihat? Apa engkau masih percaya?"

Juru kunci menjawab,

"Mulai hari ini saya menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada Allah." (aslamtu lillahi).

Setelah itu Rasulullah saw. mengutus Sa'ad bin Zaid al-Asyhali pergi meruntuhkan berhala Manaata, berdiri di satu tempat bernama Musyallal, di dekat kampung Qadid. Pemujanya di zaman lampau sebelum Islam ialah Aus dan Khazraj dan Bani Ghassan dan lain-lain. Sa'ad datang ke sana membawa 20 orang tentara berkuda.

Sampai di sana bertemu pula dengan juru kunci.

Dia pun bertanya,

"Apa maksud kalian?"

Sa'ad menjawab,

"Hendak meruntuhkan berhala Manaata!"

"Silakan!" kata juru kunci itu.

Dengan tidak ragu-ragu sedikit pun Sa'ad masuk ke dalam rumah pemujaan. Sampai di dalam, tiba-tiba muncul pulalah seorang perempuan tua, hitam, bertelanjang bulat dan rambutnya tergerai lepas, bersorak-sorak, memekik-mekik, dan menampar-nampar dadanya.

Maka, berkatalah juru kunci tadi kepada perempuan itu,

"Hai, Manaata! Pertahankan dirimu. Orang yang durhaka kepadamu mencoba hendak mengganggumu!"

Perempuan tua yang menakutkan itu tampil hendak menggumuli Sa'ad, tetapi sekali pancung saja, dia pun rubuh. Lalu, Sa'ad mempergunakan kampaknya menghancurkan berhala itu, sehingga menjadi tumpukan puing dan tidak ada apa-apa.

Catatan sejarah tidak menyebut apakah perempuan itu manusia biasa yang dianggap sebagai Manaata? Atau orang-orang gila rawan yang datang ke sana lalu diangkat oleh pemujanya sebagai penjelmaan Manaata, sebagai pada berhala 'Uzza tadi? Atau memang ada hantu yang menjelmakan diri dan menimbulkan takut orang yang lemah pribadi?

Kesemuanya itu mungkin saja. Namun, apa pun ancaman, entah hantu perburu, si gulambai, hantu haru-haru dan sebagainya, tetapi bagi orang-orang beriman sebagai Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Sa'ad bin Zakl al-Asyhali, tidak sebuah juga yang mereka takuti dan mereka tidak gentar menghadapinya. Semua runtuh hancur karena kekuatan tauhid. (14)

Tidak ada tempat takutnya seorang Mukmin, melainkan Allah!

"Dan, mereka yang kamu seru selain dari Dia, tidaklah mereka sanggup menolong kamu; dan tidak pula menolong diri mereka sendiri." (ayat 197).

Di ayat yang sebelumnya tadi dikatakan, pendirian yang tegas dari Nabi saw., yaitu bahwa pelindung beliau ialah Allah, yaitu Allah yang menurunkan kitab. Maka, Allah menjamin memberikan perlindungan kepada orang yang shalih. Di ayat 197 ini dikatakan lagi bahwa makhluk tidak berdaya. Sekarang ke mana kita hendak pergi, meminta tolong kepada berhala atau sesama manusiakah atau langsung meminta pertolongan kepada Allah?

Kalau ada orang berkata bahwa ayat 197 sudah memberikan ketegasan bahwa memang ada wali Allah. Orang-orang yang istimewa di sisi Allah karena shalihnya. Sebab itu, kami meminta dengan perantaraannya!

Dengan ayat ini jelaslah kebodohan mereka.

Allah dan Rasul membuka pintu bagi semua orang, supaya menjadi wali Allah langsung sendiri mendekati Allah, sedang mereka masih saja mencari perlindungan yang lain. Mereka mengaku memang ada waliullah, tetapi mereka tidak berniat sendiri-sendiri hendak menjadi waliyullah pula. Allah sendiri yang memanggil, marilah menjadi wali-Ku, tetapi mereka enggan memasuki pintu yang terbuka itu, melainkan hendak memakai perantaraan juga. Padahal, tempat meminta dari orang yang dipandang wali itu tidaklah ada yang lain, hanya Allah juga.

Oleh sebab itu musyrik adalah satu kejahilan.

"Dan, jika kamu seru mereka kepada petunjuk, tidaklah mereka mau mendengarkan." (pangkal ayat 198).

Pangkal ayat ini menyatakan betapa sulit menghadapi orang yang telah berurat-berakar kemusyrikan di dalam diri mereka. Mereka tidak dapat diajak berunding untuk menyadarkan akal mereka yang telah ditutupi oleh ta'ashub, keras kepala mempertahankan pendirian yang salah. Mereka tidak mau mendengarkan, sebab jiwa mereka telah ditutup oleh pengaruh hawa nafsu. Sebagaimana keadaan kaum Quraisy ketika berhala mereka dicela sedemikian rupa, tidaklah mereka segera meninjau kesalahan pendirian mereka, melainkan bersitegang urat leher mempertahankan pendirian.

(14) Lihat Zaadul Ma'ad, Jilid I oleh Ibnul Qayyim.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 636-642, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PERISTIWA SEBELUM PEMBERONTAKAN CILEGON; Apa artinya menjadi orang Islam, di tanah air sendiri pula, apabila perbuatan musyrik mendapat perlindungan dari pemerintah, pegawai pemerintah sendiri telah berani berlancang tangan meruntuhkan menara sebuah langgar? Niscaya akan datang lagi larangan lain sehingga hilanglah agama Islam dari negeri kita ini. Haji Wasit menemui temannya Tubagus Haji Isma hendak memperbincangkan bahaya yang menimpa agama ini. Haji Ismail telah merasa, kawan dan ulama yang lain pun merasa. Apa akal? Berontak.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 92, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

PERINGATAN YANG TEGAS; "Dan orang-orang yang terbunuh pada jalan Allah maka tidaklah Allah akan menyesatkan amalan mereka." (ujung ayat 4). Atau tidaklah terbuang percuma amalan mereka. Sebab untuk mencapai kemenangan gemilang, harus ada yang berani mati. Kalau tidak ada yang berani mati, tidaklah akan tercapai bagi suatu bangsa hidup yang sejati. Hidup yang tidak disertai oleh keyakinan dan kesanggupan mati, sama juga artinya dengan mati, karena hidup yang berarti ialah hidup diperjuangkan dengan nyawa. Dalam sejarah Islam sendiri bertemulah orang yang seperti demikian. Terutama ialah paman Rasulullah sendiri, Hamzah bin Abdul Muthalib yang gagah perkasa. Dia mati syahid dalam Peperangan Uhud. Dadanya dibedah oleh musykirin dan jantungnya dikerat lalu dihisap oleh Hindun, istri Abu Sufyan untuk membalaskan dendamnya. Namun kemudian, pada tahun kedelapan Hijrah, kota Mekah dikepung dan ditaklukkan dan Muslimin mencapai kemenangannya dan kedaulatan berhala habis dimusnahkan dan Bilal, muadzin Rasul, memanjat ke atas puncak atap Ka'bah, di sana dia membacakan suara adzan dengan suara yang merdu. Untuk itu semuanya, Hamzah tidak menyaksikan lagi. Tetapi kalau tidak ada keberanian Hamzah dalam Peperangan Uhud, tidaklah akan begitu tinggi nilainya Futuh Mekah. Dia tidak ada lagi, tetapi dia seakan-akan ada, sehingga Al-Qur'an dengan tegas menjelaskan bahwasanya orang yang mati dalam perjuangan menegakkan jalan Allah itu janganlah disangka mati. Dia itu adalah hidup terus, mendapat rezeki terus, sehingga lebih panjang umurnya dalam sebutan daripada umurnya ketika nyawanya masih dikandung badannya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 329, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BULAN TABUT; Itulah akibat kebanggaan kemenangan Yazid, yang setelah lama ia mati. tapi anak cucunya masih menerima akibatnya. Meskipun perjuangan politik antara dua keturunan, Bani Hasyim dengan Bani Umayah telah lama habis, tetapi sisanya dalam lapangan lain yaitu lapangan aqidah dan keyakinan hidup masih belum habis sampai sekarang. Di Iran ada 18 juta kaum Syi'ah, di Pakistan sekian juta, di Irak sekian pula, demikian pula di India. Agha Khan yang terkenal adalah seorang pemimpin dari cabang golongan Syi'ah, demikian juga Daud Beureuh.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 117, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

HASAN IBNU SABAH; Pada zaman pemerintahan Raja Malik Syah dan wazirnya, Nizamul Mulk yang terkenal, muncullah satu kekuasaan yang sangat mengerikan bagi dunia Islam pada waktu itu, yaitu sebuah cabang dari Syi'ah Isma'iliyah atau Batiniyah dipimpin oleh Hasan ibnu Sabah; Terkenal juga pengikutnya dengan nama Hasysyasyin, diambil dari kata hasyisy, artinya rumput ganja, sebab apabila mereka sudah diberi pelajaran, mereka disuruh memakan ganja sehingga mabuk, dan apabila mereka telah mabuk, mereka seakan-akan ada di dalam surga, dikelilingi oleh anak-anak bidadari yang cantik jelita, yaitu perempuan-perempuan cantik yang ditawan dan dikumpulkan di dalam gua, itulah surga, kata Hasan ibnu Sabah. Sampai sekarang ini, kata Hasysyasyin telah menjadi bahasa yang umum dipakai di negeri-negeri Eropa dengan sebutan assasin, dipergunakan menjadi istilah untuk pembunuh-pembunuh karena persengketaan politik.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 317-318, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

KLIK DISINI: TENTANG PEMURNIAN TASAWUF


Nasrani dapat kita ketahui serba sedikit, sebab zending dan misi agama ini berusaha menyebarkan agama mereka. Mereka bukan saja menjadi 71 atau 72 golongan, yang disebut Sekte, bahkan golongan Protestan yang memisahkan diri dari Katholik saja, tidak kurang dari 200 sekte, masing-masing mendakwakan bahwa gereja merekalah yang benar, dan yang lain sudah agama lain. Pengikut Sekte Method's misalnya, tidak akan suka memasuki gereja Baptis. Apalagi orang Katholik akan masuk ke gereja Protestan.

Dalam Islam, belumlah sampai separah itu. Namun, karena kurang hati-hati, sampailah di Mekah sendiri pada 1925 itu pengikut Madzhab Hanafi tidak mau shalat di belakang imam Madzhab Syafi'i dan demikian pula yang lain.

Syukurlah Raja Abdul Aziz Ibnu Sa'ud bertindak menyatukan shalat kembali. Dengan kenyataan sejarah ini, nyarislah bertemu ancaman Rasulullah saw. bahwa umatnya akan mengikuti jejak Bani Israil, terompah atas terompah (setapak demi setapak). Sampai beliau ancamkan bahwa perpecahan itu bukan lagi madzhab, bahkan telah menjadi millah, yang berarti agama juga. Peringatan Rasulullah saw. yang demikian, bukanlah menerangkan suatu takdir yang mesti diikuti, melainkan menyuruh agar jangan sampai meniru. Sebab, beliau katakan bahwa yang akan selamat hanya satu, yaitu yang mengikuti ajaran beliau dan sahabat-sahabat beliau jua.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 353, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Nabi saw. beliau bersabda: "Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga seandainya mereka menempuh (masuk) ke dalam lubang biawak kalian pasti akan mengikutinya." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksud Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)." (HR. Bukhari No. 3197 dsb).

Golongan adat ini tidak semata-mata zaman sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi rasul, tetapi segala penyelewengan dari garis agama yang benar lalu dikatakan bahwa itu pun agama, termasuklah dalam jahiliyyah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 56, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

PURBASANGKA

Kalau di zaman purbakala benar-benar orang mendirikan patung dan berhala buat disembah,

Tergelincir yang kedua ialah karena menurutkan purbasangka belaka.

Mereka tidak mau mempelajari hakikat dan agama yang dipeluknya sehingga apa yang dikerjakannya hanyalah turut-turutan, sehingga hakikat agama hilang dalam selimut dan selubung dari bid'ah dan khurafat.

Mereka telah tekun beramal, padahal yang diamalkannya itu tidak ada dalam Islam.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 397, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SEGALA PERBUATAN BID'AH itu nyatalah tidak bersumber dari pengetahuan dan tidak dari petunjuk (hidayah Ilahi).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 55, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Berkata Ibnu Arthiyah,

Jalan yang bersimpang-siur banyak itu termasuk Yahudi, Nasrani, Majusi, dan sekalian agama-agama buatan manusia dan tukang-tukang bid'ah dan penyesat dan ahli-ahli hawa nafsu yang suka membuat-buat perkara ganjil dalam furu' dan yang lain-lain yang suka memperdalam berdebat dan menggali-gali ilmu kalam.

Semuanya bisa membawa tergelincir dan membawa iktikad yang sesat.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 340-341, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Tiap-tiap orang yang beriman itu adalah dia Islam, tetapi tidaklah tiap-tiap orang Islam itu beriman." (Syeikhul Islam IBNU TAIMIYAH).

"Maka, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula kepadamu." (pangkal ayat 152).

Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan ad-Dailami dari jalan Jubair diterimanya dari adh-Dhahhak bahwa Ibnu Abbas menafsirkan demikian,

"Ingatlah kepada-Ku, wahai sekalian hamba-Ku, dengan taat kepada-Ku, niscaya Aku pun akan ingat kepadamu dengan memberimu ampun."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 284, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH

"Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan memberi ampun dosa sekaliannya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Lekas-lekaslah minta tobat dan segeralah perbaiki kesalahan itu, yaitu jika kesalahan tersebut timbul dari kebodohan, belum ada pengalaman.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 163, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BAB AQIDAH KLIK DISINI

Bahkan, keadaan ini adalah seperti yang dikatakan salah seorang Imam ikutan, yaitu Nu'aim bin Hammad al-Khuza'i, guru dari Imam Bukhari. Kata beliau,

"Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, dan barangsiapa yang tidak mau percaya akan sifat Allah yang telah dijelaskan-Nya sendiri tentang dirinya, dia pun kafir."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 438, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Ibnu Taimiyah sampai dituduh oleh musuh-musuhnya berpaham "mujassimah" (menyifatkan Allah bertubuh) karena kerasnya mempertahankan paham ini.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 35, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

BULAN TABUT

Itulah akibat kebanggaan kemenangan Yazid, yang setelah lama ia mati. tapi anak cucunya masih menerima akibatnya. Meskipun perjuangan politik antara dua keturunan, Bani Hasyim dengan Bani Umayah telah lama habis, tetapi sisanya dalam lapangan lain yaitu lapangan aqidah dan keyakinan hidup masih belum habis sampai sekarang. Di Iran ada 18 juta kaum Syi'ah, di Pakistan sekian juta, di Irak sekian pula, demikian pula di India. Agha Khan yang terkenal adalah seorang pemimpin dari cabang golongan Syi'ah, demikian juga Daud Beureuh.

Di tempat-tempat yang mereka anggap suci, sampai sekarang masih kita lihat orang meratap, dan ratap itu dipandang sebagai sebagian dari ibadat. Hanya karena satu kesalahan, yaitu kebanggaan Yazid atas kemenangannya.

Para pemikir modern telah berusaha menghilangkan perpecahan Ahli Sunnah dengan Syi'ah, baru sedikit hasilnya karena demikian dalam pengaruh kematian Husein di Padang Karbala.

Rupanya ada seorang mati syahid, untuk menimbulkan kenangan dan dendam 14 Abad lamanya.

Ke negeri kita pun terbawalah juga pengaruh kejadian itu.

Di Padang dan Pariaman ada perayaan Tabut, lambang dari kepala Sayyidina Husein yang diangkat oleh burung Buraq ke surga, untuk dipertemukan dengan ayah, bunda dan neneknya, setelah beliau selesai memperjuangkan hak dan keadilan.

Di tanah Jawa dan Makassar terkenallah bubur Asyura, atau bubur Suro, lambang dari hari berkabung yang hadiah menghadiahi di hari Suro. Sultan Agung Hanyokrokusumo Mataram, menukar Tahun Saka lawi dan menyesuaikannya dengan Tahun Hijrah, dan menamai bulan pertama bulan Suro.

Pada 50 Tahun yang lalu, ada seorang Pujangga Minang, Bagindo Malim, mengarang sebuah buku syair, bernama Hikayat Hasan Husein, berperang dengan raja (Ba) Yazid. Dibaca dengan nyanyian merdu oleh perempuan-perempuan muda, terutama pada 10 Muharram.

Kejadian Husein dan pengurbanannya, kebanggaan para pemimpin perang yang mabuk kemenangan dengan mengerat kepala Husein dan membawanya kepada Yazid, tetap menjadi buah ratap kaum Syi'ah, memberi inspirasi bagi penyair mereka, menjadi dasar bagi Kerajaan Shafawi, Kajari dan Pahlevi di Iran (Persia), dan menjadi perbandingan bagi orang-orang yang mabuk kemenangan di saat yang hanya sehari, tidak ingat bahwa itu akan membawa ekor bagi umat yang di belakang, turunan demi turunan.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 112-118, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

WAHABI DAN NKRI (NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA)

"Negeri-negeri Melayu mulai merasakan kebangkitan yang baru dari Islam karena masuknya paham-paham yang diajarkan oleh Kaum Wahabi ... Kemudian, seluruh kebangkitan dan kesadaran Islam itu bersatu padu dengan gerakan kebangsaan sehingga tercapai kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945." (Buya HAMKA).

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 521, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

GERAKAN WAHABI DI INDONESIA

Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik.

Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah SWT.

Wahabi adalah menantang keras kepada Jumud, yaitu memahami agama dengan beku.

Orang harus kembali kepada Al-Qur'an dan al-Hadits.

Ir. Dr. Sukarno (Presiden Soekarno atau "Bung Karno", Presiden Republik Indonesia ke-1, -pen) dalam surat-suratnya dari Endeh kelihatan bahwa pahamnya dalam agama Islam adalah banyak mengandung anasir Wahabi.

Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran Wahabi, melainkan nama Wahabi.

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 213-216, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

Tidaklah perlu orang yang diberi pengajaran itu takluk pada waktu itu juga.

Biar lama asal selamat.

"Dan jika tertarik kepadamu seseorang dengan tulusnya, lebih baik bagi kamu daripada orang senegeri, tetapi tak tentu haluannya."

(Buya HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 226, Republika Penerbit, 2015).

AYAH DAN ANAK

Kita belajar banyak mengenai apa yang HAMKA kagumi di diri ayahnya: disiplinnya, kecerdasannya dan keahlian retorikanya yang tajam, keberaniannya, dan pengabdiannya yang teguh kepada Islam.

Tapi HAMKA juga mencoba memberikan potret Rasul yang menampilkannya secara apa adanya, manusiawi, kepada pembaca. Dia suka kucing. Dia terobsesi dengan kerapian; dia mencuci dan memperbaiki sendiri pakaiannya.

Kita juga diberitahu bahwa dia suka mendominasi, arogan, dan keras hati.

Dan sering marah.

HAMKA memberitahu kita bahwa amukan Rasul itu terkenal dahsyat dan apabila sedang murka, kata-kata "ayat, hadits, syair, pepatah Arab, dan lain-lain", berhamburan dari mulutnya.

Kadang kalau sedang marah, dia memukul murid-muridnya.

HAMKA takut kepadanya.

(James R. Rush, ADICERITA HAMKA: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern, Hal. 62-63, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet.1, 2017).

Demikian pintarnya Setan sehingga kalau ada orang yang berani menegur, mereka yang menegur itulah yang akan dituduh Kaum Muda (Wahabi, -pen) yang mengubah-ubah agama dan membongkar-bongkar masalah khilafiyah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 309, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SURAH YAASIIN

"Dan mereka ambil yang selain Allah jadi tuhan-tuhan." (pangkal ayat 74).

Yang lebih lucu lagi ialah jika orang yang datang ziarah dipungut bayaran dan bayaran itu masuk ke dalam kantong tukang-tukang jaga itu.

Tuhan-tuhan dipersewakan oleh orang-orang yang menyembahnya.

"Maka janganlah kata-kata mereka mendukacitakan engkau!" (pangkal ayat 76).

Karena berbagai macam celaan dan makian akan mereka sampaikan atau telah mereka sampaikan kepada engkau, ya Muhammad!

"Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan." (ujung ayat 76).

Kalau berhala tidak dipuja lagi tentu pengunjung akan sepi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 450-451, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

BEBAS DARI RASA TAKUT

Mukmin sejati jika tampil ke medan peperangan, walaupun menghadapi tombak dan pedang atau bom atom atau bom nuklir, tidaklah takut menghadapi maut.

Sebab sebelum mati dia sudah yakin bahwa mati itu pasti datang dan lebihlah mulia apabila seseorang mencapai mautnya sebagai seorang syahid menegakkan jalan Allah.

"Dan inilah hujjah Kami yang telah Kami datangkan dianya kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya." (pangkal ayat 83).

Hujjah artinya ialah alasan suatu pendirian atau pertahanan, baik ketika menangkis bantahan lawan atau ketika menyerang pendirian lawan itu.

Hujjah demikianlah yang telah dianugerahkan Allah kepada Ibrahim yang disebut pada ayat 81 dan 82 sehingga kaumnya tidak dapat bangkit lagi mempertahankan alasan mereka, bahkan sebagai kita ketahui, akhirnya Ibrahim pun lebih berani, dicincangnya berhala mereka.

"Kami angkatkan beberapa derajat barangsiapa yang Kami kehendaki."

Artinya, diangkatkan derajat orang yang lebih teguh pendiriannya dan lebih kuat hujjahnya, lebih tepat alasannya, sebab dia di pihak benar dan sebaliknya menurunlah derajat orang yang pendiriannya tidak benar, walaupun dengan gigih mereka mempertahankannya.

"Sesungguhnya Tuhan engkau adalah Maha Bijaksana Maha Mengetahui." (ujung ayat 83).

Dengan kedua sifat Allah itu, bijaksana dan mengetahui, Allah membimbing orang yang berilmu, menaikkan derajatnya ke tingkat yang tinggi itu dengan izin Allah dan dia pun akan bertambah naik derajat bila diteladaninya kedua sifat Allah itu, yaitu di samping berilmu hendaklah dia bijaksana.

Nabi Ibrahim pun telah memakai kedua sifat ini, bijaksana dan ilmu, hingga derajatnya tinggi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 202-205, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

IMAN BELUM! ISLAM YA!

"Jika adalah kamu semuanya benar-benar jujur." (ujung ayat 17).

"Sesungguhnya Allah itu adalah Maha Pengampun."

Atas kelancangan mulut mengakui diri telah beriman.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 433-434, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

KESIMPULAN

Lantaran itu, dengan ayat ini kita mendapat pengajaran bahwasanya percaya kepada hukum Allah dan Rasul janganlah separuh-separuh.

Islam yang berintikan tauhid, sekali-kali tidaklah mau dicampuri dengan kepercayaan-kepercayaan syirik, mempercayai jibti dan thagut.

Orang Yahudi di zaman Nabi, mengakui memeluk agama ajaran Nabi Musa, tetapi mereka masih mencampur-aduk dengan jibti dan thagut.

Janganlah orang Islam setelah jauh dari Nabi Muhammad saw. mengakui umat Muhammad padahal kepercayaannya bersimpang siur kepada yang lain, kepada jibti dan thagut, kepada kubur dan kayu, kepada batu dan tukang ramal.

Di ayat 65 akan kita baca penegasan Allah, dengan sumpah bahwa orang yang tidak mau menerima Tahkim dari Allah dan Rasul-Nya,

Tidaklah termasuk orang yang beriman,

"Walau shallaa, walau shaama!"

Walaupun dia Shalat, walaupun dia Puasa.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 352-353, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Jika ada keyakinan bahwa ada ajaran lain untuk mengatur masyarakat yang lebih baik dari Islam, kafir-lah orangnya, walaupun dia masih shalat.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 357, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Dan yang demikian itulah agama yang lurus." (ujung ayat 5).

Tidaklah mereka
itu diberi perintah melainkan dengan segala yang telah diuraikan itu.

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir." (pangkal ayat 6).


Yaitu orang-orang yang sengaja menolak, membohongkan, dan memalsukan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., padahal kalau mereka pakai akal yang sehat, tidak ada satu jua pun yang dapat dibantah sehingga mereka menolak itu hanya karena alasan hawa nafsu belaka.

"Dari Ahlul Kitab dan musyrikin itu."


Yaitu orang Yahudi dan Nasrani dan musyrikin penyembah berhala.

"Adalah di neraka Jahannam, yang akan kekal mereka padanya."


Di sanalah mereka akan mendapat adzab dan siksanya tanpa kesudahan.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 266-267, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran Wahabi, melainkan nama Wahabi." (Buya HAMKA).

(Buya HAMKA, DARI PERBENDAHARAAN LAMA: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 215, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017).

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa Allah menurunkan surah tentang Abu Lahab dan istrinya ini akan menjadi pengajaran dan i'tibar bagi manusia yang mencoba berusaha hendak menghalangi dan menantang apa yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya karena memperturutkan hawa nafsu, mempertahankan kepercayaan yang salah, tradisi yang lapuk dan adat-istiadat yang karut-marut.

Mereka menjadi lupa diri karena merasa sanggup, karena kekayaan ada. Disangkanya dengan dia kaya, tujuannya itu akan berhasil. Apatah lagi dia merasa bahwa gagasannya akan diterima orang, sebab selama ini dia disegani orang, dipuji karena tampan, karena berpengaruh. Kemudian ternyata bahwa rencananya itu digagalkan Allah, dan harta bendanya yang telah dibelanjakan habis-habisan untuk maksud yang jahat itu menjadi punah dengan tidak memberikan hasil apa-apa. Malahan dirinyalah yang celaka.

Demikian Ibnu Katsir.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 317, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Dan dengan kitab yang bercahaya." (ujung ayat 25).

Imam Malik mula bertemu dengan murid barunya, yang kelak akan menggantikan kebesarannya, yaitu Imam Syafi'i, belum beberapa jenak duduk berhadapan, telah berkata kepada murid itu,

"Aku lihat pada hatimu ada cahaya, maka janganlah engkau padamkannya dengan melakukan maksiat."

Imam Waki pun mengatakan seperti itu pula kepada Syafi'i,

"Jangan kau kotori dirimu dengan dosa, aku takut cahaya itu hilang."

Ini adalah firasat ulama tentang cahaya itu, 'cahaya Allah.'

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 7 Hal. 368-369, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Buya HAMKA adalah seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang dihormati dan disegani di kawasan Asia hingga Timur Tengah.

Pengabdian dan pengorbanan Buya HAMKA dalam membangun kesadaran umat Islam mendapat apresiasi dari Pemerintah berupa gelar Pahlawan Nasional pada Tahun 2011.

kebudayaan.kemdikbud.go.id/buya-hamka-sosok-suri-tauladan-bermulti-talenta

KENANG-KENANGAN HIDUP

Lain daripada itu, dia dapat berkenalan pula dengan beberapa orang Serdadu Nejd. Rupanya timbullah persahabatan karib antara mereka.

Kepada teman-temannya yang lain, dia diperkenalkan sebagai orang alim yang teguh memegang Madzhab Wahabi.

Kalau dia bertanya: "Buat apa bedil ini?"

Serdadu menjawab: "Buat tembak Inggris!"

(Buya HAMKA, Kenang-kenangan Hidup: Buku Satu, Hal. 129, Penerbit Balai Pustaka, Cet.1, 2015).

SURAH AL-FAATIHAH 

(PEMBUKAAN)

"Dan bukan jalan mereka yang sesat." (ujung ayat 7).

Adapun orang yang sesat ialah orang yang berani-berani saja membuat jalan sendiri di luar yang digariskan Allah.

Tidak mengenal kebenaran atau tidak dikenalnya menurut maksudnya yang sebenarnya.

Orang-orang yang telah mengaku beragama pun bisa juga tersesat.

Kadang-kadang karena terlalu taat dalam beragama lalu ibadah ditambah-tambah dari yang telah ditentukan dalam syari'at sehingga timbul bid'ah.

Disangka masih dalam agama, padahal sudah terpesong ke luar.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 77-78, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Dalam hukum agama, nyatalah bahwa mempelajari bacaan al-Faatihah dan mengetahui artinya dalam fardhu, wajib bagi tiap-tiap Muslim.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 89, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

YANG MENOLONG ALLAH, ALLAH MENOLONGNYA

"Dan neraka adalah tempat diam mereka." (ujung ayat 12).

Ancaman demikian kepada orang yang pikirannya hanya sekadar cari makan dengan kehilangan cita-cita ialah karena dia Manusia.

Kalau Kuda atau Kambing, tidaklah ada ancaman akan masuk neraka sebab tidak ada pada mereka akal yang akan jadi sebab tuntutan atas diri mereka. 

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 336, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Bagi Indonesia yang masih gamang merumuskan jati dirinya setelah lebih 71 Tahun merdeka, karya-karya HAMKA perlu disebarluaskan terus-menerus karena di dalamnya berhimpun pesan abadi untuk kebesaran dan kedaulatan bangsa ini.

HAMKA sangat mencintai Indonesia.

Jiwa juang HAMKA pasti berontak menyaksikan sebagian anak-anak bangsa yang sampai hati melukai Indonesia dengan tangan-tangan kumuh berlumur darah.

PENUTUP

Akhirnya, sebagai penutup, saya kutipkan pengakuan A.R. Fachruddin 39 Tahun yang lalu tentang jasa HAMKA kepadanya,

"... Buya HAMKA adalah orang tua dalam Muhammadiyah. Namun, saya merasa bahwa beliau tetap memberikan rasa hormat kepada orang-orang yang lebih muda, termasuk saya. Bahkan, yang menaikkan saya sampai menjadi Ketua Muhammadiyah mulai Tahun 1968 sampai sekarang (1978) ini pada lahirnya, hanyalah karena Buya HAMKA."

-Disampaikan pada Forum Seminar "Refleksi Pemikiran HAMKA & Peletakan Batu Pertama Pesantren Modern Terpadu Prof. DR. HAMKA", Padang, 25 Maret 2017.

(James R. Rush, ADICERITA HAMKA: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern, Hal. xvii-xviii, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet.1, 2017).

Saya sudah mengalami satu bukti bagaimana bangkrutnya (gagal-nya) kekolotan dipertahankan dengan kekuasaan di Johor itu pada Tahun 1960.

Mufti Johor telah mengenal saya sebagai Kaum Muda dan Wahabi dari Indonesia.

Kita mempunyai keyakinan dengan kepala negara pemimpin besar revolusi kita (Presiden Soekarno atau "Bung Karno", Presiden Republik Indonesia ke-1, -pen) bahwa kita harus menggali api Islam sehingga semangat jihad itu berkobar kembali.

Jihad menurut agama, revolusi menurut istilah negara.

Namun, kita pun harus sadar bahwa akan terdapat sebagian besar dari umat itu yang tidak mau kekolotannya disinggung,

Tidak mau penyakitnya diobati, karena obat itu pahit.

Kita pun harus sadar akan ada golongan yang tersinggung puncak bisul (kedudukan)-nya jika kita membuka soal agama.

Kadang, kita akan dituduh sebagai pemecah belah persatuan, dilarang membahas, mengutik-utik masalah khilafiyah.

Dengan segala daya upaya kita telah memilih jangan menyinggung, jangan berkhilafiyah.

Namun, oleh karena soal khilafiyah itu ternyata sangat relatif maka terkadang jika kita memberantas perbuatan yang tidak berasal dari Islam, kita pun dituduh memecah persatuan.

Kalau kita renungkan hari depan Islam di tanah air, kita menjadi ingat bahwa tugas ini tidak boleh berhenti.

Dihentikan adalah dosa.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Berjuanglah terus, wahai mubaligh menegakkan citamu, dan serahkanlah dirimu kepada Tuhan.

Terhadap sesama pemeluk Islam, ambillah satu sikap yang paling baik.

Jika engkau dipandang musuh, pandanglah mereka kawan.

Jika engkau dihina, muliakan mereka!

Jika engkau diinjak, angkat mereka ke atas agar sampai tersundak ke langit.

Adapun kemuliaan yang sejati hanyalah pada siapa yang lebih takwa kepada Allah!

Oleh karena itu, ketika orang-orang berebut keuntungan duniawi, mari kita merebut takwa!

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 78, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

PESAN-PESAN ISLAM KH. AGUS SALIM

NEGARA-NEGARA ISLAM MENCAPAI KEMERDEKAAN

Sayang sekali, saya tidak dapat menyajikan isi pidato teman saya, Mohammad Natsir, yang diucapkannya di hadapan Majelis Perwakilan Rakyat di Karachi.

Pidato itu diulanginya pula di Beirut, Ibu Kota Lebanon; di Damaskus, Ibu Kota Suriah; di Bagdad, Ibu Kota Irak; di Kairo, Ibu Kota Mesir; serta di Makkah, Ibu Kota Hijaz, yang merupakan wilayah Kerajaan Arab Saudi.

Pada hakikatnya dalam pidatonya itu ditegaskan bahwa teokrasi dalam bentuk yang dikenal di dunia Barat, tiada dasarnya dalam agama Islam.

Maka aliran kelima ini, yang keseluruhannya dikenal dengan sebutan kaum Syi'ah, yaitu aliran yang membangkang,

Telah saya singgung bahwa kaum Syi'ah sepanjang sejarah menjadi penganut paham teokrasi melalui golongan pendeta atau imam.

(KH. AGUS SALIM, PESAN-PESAN ISLAM: KULIAH-KULIAH MUSIM SEMI 1953 DI CORNELL UNIVERSITY AMERIKA SERIKAT, Hal. 210, Penerbit Mizan, Cet.I, Mei 2011).

HAJI AGUS SALIM

Pada suatu hari di bulan Oktober 1937 pengarang berziarah ke rumah ahli pikir kita, Haji Agus Salim.

Setelah mendengar wejangannya yang begitu mendalam, saya berpikir, tidak semua orang bisa memahami pikiran-pikiran Beliau.

Lalu saya berkata dengan tersenyum,

"Ah, engku terlalu lekas datang ke dunia, sehingga apa yang engku katakan dan pikirkan, belum dapat diterima oleh orang sekarang entah kalau 50 Tahun lagi".

Dengan tersenyum beliau menjawab,

"Perkataan yang demikian telah pernah pula diucapkan orang lain kepadanya, Prof Schrieke berkata, kata beliau, pikiran ini bukan buat 50 Tahun lagi, tetapi buat 100 Tahun lagi."

Demikianlah paham H. Agus Salim seorang intelektual, yang lahir mendahului zamannya yang berpikir bukan buat ketika hidupnya, dan memang rupanya sudah ditakdirkan demikian, tetapi buat generasi yang akan datang di belakang.

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 282, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

YAZID I

Setelah terdengar oleh golongan yang setia kepada Ali dan keturunannya (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Syi'ah) di Kufah bahwa Muawiyah meninggal (Tahun 60 H atau 580 M), dan Yazid diangkat menjadi penggantinya di Syam, mereka pun mengirimkan surat kepada Husin ibnu Ali memintanya datang ke Kufah karena mereka ingin mengembalikan kekuasaan pada keturunan Ali. Setelah membaca surat itu, berangkatlah ia dari Mekah, tidak diikutinya nasihat beberapa orang pandai yang melarang ia berbuat demikian.

Nasihat itu tidak diindahkannya, ia percaya benar pada surat orang-orang Syi'ah di Kufah.

Padahal, orang di Kufah itulah yang selalu mengecewakan ayahnya pada waktu dahulu.

Husin pun berangkat meninggalkan Mekah bersama anak-anaknya serta beberapa orang pengiring.

Setelah dekat dari Kufah, barulah didengarnya bahwa Bani Umayah telah bersiap hendak menentangnya, tetapi ia tidak mau kembali ke Hijaz lagi.

Setelah terdengar bahwa Husin tidak dapat mengurungkan niatnya lagi, Yazid mengirim tentara dikepalai oleh Ubaidillah ibnu Zayyad.

Di tengah padang yang bernama Karbala, bertemulah kedua belah pihak.

Padahal, tentara Husin sedikit jumlahnya, yang terbanyak hanyalah kaum kerabat, anak, dan istrinya saja.

Husin mati terbunuh di situ, kepalanya diceraikan dari badannya dan dibawa ke Damsyik ke hadapan Yazid.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 191-192, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

HASAN IBNU SABAH

Pada zaman pemerintahan Raja Malik Syah dan wazirnya, Nizamul Mulk yang terkenal, muncullah satu kekuasaan yang sangat mengerikan bagi dunia Islam pada waktu itu, yaitu sebuah cabang dari Syi'ah Isma'iliyah atau Batiniyah dipimpin oleh Hasan ibnu Sabah.

Kaum ini tidak mau takluk dan tidak mau mengakui segala macam kekuasaan. Mereka menentang khalifah di Baghdad atau Bani Sauk. Mereka menyiarkan semacam paham yang pada pokoknya mengakui hanyalah keturunan Ali ibnu Abi Thalib yang berhak penuh memegang kekuasaan, dan orangnya ialah Isma'il ibnu Imam Ja'far as-Shadiq ibnu Imam Muhammad al-Baqir ibnu Imam Zainal Abidin ibnu Imam Husin ibnu Imam Ali ibnu Abi Thalib, yaitu imam yang ketujuh, termasuk Hasan ibnu Ali.

Hasan ibnu Sabah pergi ke Iran dan dapat merampas sebuah benteng yang bernama Alamut. Di sanalah ia bersembunyi dan dari sana ia mengendalikan kekuasaannya pada pengikut-pengikutnya yang sangat setia yang ditebarkannya di seluruh negeri dan kerajaan-kerajaan Islam yang sedang berpecah-belah.

Pengikut-pengikut itu diambil dari orang-orang melarat yang dikobar-kobarkan pada mereka, perasaan anti kekuasaan. kekuasaan mana pun. Dijanjikan pada mereka bahwa imam besar yang ghaib itu sudah dekat kedatangannya untuk membawa keadilan sejati di alam ini.

Mereka dilatih membunuh dan dikirim ke seluruh istana raja untuk membunuh raja-raja menurut daftar yang telah ditentukan oleh pemimpin besarnya, Hasan ibnu Sabah, yang bergelar Syaikh al-Jabal (pemimpin di gunung) sebab ia tinggal bersembunyi di dalam benteng yang teguh (Benteng Alamut) di atas gunung itu.

Terkenal juga pengikutnya dengan nama Hasysyasyin, diambil dari kata hasyisy, artinya rumput ganja, sebab apabila mereka sudah diberi pelajaran, mereka disuruh memakan ganja sehingga mabuk, dan apabila mereka telah mabuk, mereka seakan-akan ada di dalam surga, dikelilingi oleh anak-anak bidadari yang cantik jelita, yaitu perempuan-perempuan cantik yang ditawan dan dikumpulkan di dalam gua, itulah surga, kata Hasan ibnu Sabah. Sampai sekarang ini, kata Hasysyasyin telah menjadi bahasa yang umum dipakai di negeri-negeri Eropa dengan sebutan assasin, dipergunakan menjadi istilah untuk pembunuh-pembunuh karena persengketaan politik.

Pengikut-pengikutnya harus taat setia pada Syaikh al-Jabal, orang-orang yang diperintahnya agar dibunuh harus dibunuh sehingga banyaklah orang-orang besar yang mati begitu saja, baik di jalan raya maupun di dalam istananya sendiri dengan tidak diketahui siapa pembunuhnya sehingga bertambah takutlah orang akan bahaya kaum assasin itu. Sultan Sanyar telah berkali-kali mencoba menyusun tentara untuk menaklukkan Benteng Alamut, tetapi tidak berhasil.

Dalam suatu perjalanan pergi memerangi mereka, ketika baginda tersentak dari tidurnya didapatinya sebuah khanjar (badik) telah tertancap di kasur, tepat di dekat jantungnya, pada hulu khanjar (badik) itu ada secarik kertas bertuliskan, "Jangan diteruskan peperangan ini karena kalau kami bermaksud hendak membunuh tuan, tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi."

Setelah Hasan ibnu Sabah mati, kekuasaannya diteruskan oleh anak cucunya dan tidak ada suatu kerajaan pun yang dapat memusnahkan bahaya yang besar ini. Barulah musnah setelah datang banjir bangsa Mongol.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 317-318, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Bangunlah wahai Kaum Muslimin dari tidur nyenyakmu,

Bersatulah menentang penjajahan yang telah menghancurkan sisa-sisa kekuatan yang ada padamu,

Tegak dan lawanlah raja-rajamu sendiri yang menjadi penghalang dari kebangkitanmu.

Bebaskanlah jiwamu daripada khurafat, syirik dan bid'ah yang telah menyebabkan kamu hancur!

-Jamaluddin Al-Afghani.

(Buya HAMKA, Ayahku, 137, PTS Publishing House Malaysia, 2015).

Mengawali langkah pembaruan atau tajdid dengan langkah-langkah di atas merupakan langkah yang umum dipakai para pembaru di era modern, termasuk Muhammadiyah. Sebagai langkah awal dalam melakukan tajdid, apa yang dilakukan oleh Syeikh al-Islam Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab adalah langkah tepat.

Setidaknya, hal ini diakui oleh L. Stoddard. Dia mengatakan:

"Ketika dunia Islam diliputi kegelapan tiba-tiba bergemalah seruan dari padang pasir, tempat lahir Islam, memanggil kembali ke jalan yang benar. Yang meneriakkan seruan itu ialah juru ishlah yang termasyhur Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab. Ia menyalakan api yang membakar dunia Islam. Ia menggerakkan dunia umat Islam untuk memperbaiki jiwa dan membangkitkan kemegahan dan kebenaran. Kebangkitan perkasa dunia Islam mulailah." (Stoddard. Lothrop, 1966: 30).

(MUHAMMADIYAH & WAHHABISME: Mengurai Titik Temu dan Titik Seteru, Hal. 139, Penerbit Suara Muhammadiyah, Cet. Kedua, 2013).

SEDERHANA PADA HARTA BENDA

Di Turki, ada ulama yang menfatwakan bahwa pemerintahan Mustafa Kemal itu haram hukumnya, murtad, wajib diperangi, halal darahnya, sebab dia hendak mengubah negeri Turki.

Tetapi tentara Inggris yang telah melabuhkan kapal perangnya di muka pelabuhan Istanbul, tidak ada hukumnya. Apakah sebabnya? Tidak lain karena para ulama telah diberi harta oleh Inggris.

Astaghfirullah!

Manusia tidak enggan mempermainkan ayat, hadits karena tamak akan harta.

Mempermainkan nama martabat bangsa, bahkan martabat diri sendiri pun mereka tidak enggan, karena harta adalah segalanya.

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 204, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

XII. Muhammad Saw. Orang Besar yang Telah Mengeluarkan Manusia dari Kejatuhan

Di dalam Islam telah datang Muhammad bin Abdul Wahhab dan Sayid Jamaluddin al-Afghany.

Pemikir dan pejuang yang menyeru orang supaya kembali kepada jalan yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad juga.

Tidaklah cukup kitab untuk memaparkan jasa masing-masing dari pejuang itu.

(Buya HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 377-378, Republika Penerbit, 2015).

KEMULIAAN

Jaranglah orang berjasa yang mendapat pangkat dunia. Sebab pangkat dunia itu didapat dengan saling berebutan dan saling berkejaran, saling menekan, dan saling memfitnah.

Orang berjasa tidak pandai berbuat begitu. Dia mau mendapat kemenangan yang sah; walaupun tak dilihatnya dengan mukanya ketika hidupnya.

Dia hendak melihat kemenangan itu sesudah matinya, yang kian nyata, dan kian lama kian subur.

Jika dia dihinakan, dicela, dan dimaki karena pikirannya yang merdeka, maka ucapannya ialah sebagaimana syair Arab,

Biarkan daku berkata, dan namailah saya apa pun yang kau suka namakan,

Saya adalah pemaaf dan pemurah.

Cuma satu yang saya tak sanggup menjualnya, yaitu kemerdekaan hati saya sendiri,

Cobalah katakan kepadaku, siapakah yang sudi menjual kemerdekaan hatinya?

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 285-286, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

Ma'ruf Amin: Sekarang Ulamanya Kurang Pintar, Setannya Pintar-Pintar

republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/19/oq6fbh396-maruf-amin-sekarang-ulamanya-kurang-pintar-setannya-pintarpintar

Oleh ahli-ahli dibagilah amanah itu kepada tiga bagian,

2. Amanah terhadap sesama Hamba Allah.

Ulama-ulama yang membangkit-bangkit masalah khilafiyah yang membawa fitnah dalam kalangan umat adalah pengkhianat.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 339, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

DASAR ORANG MUSYRIK

"Dan barang yang tidak ada ilmu mereka terhadapnya."

Tiap-tiap ditanya orang yang menyembah atau memuja kepada yang selain Allah itu, apa sebab berhala itu, atau pohon rindang itu, atau keris itu, atau lembu itu, atau kuburan si anu itu disembahnya? Tidaklah seorang juga yang dapat memberi keterangan yang pasti dan ilmiah apa sebab itu dia sembah.

Tidak ada pengetahuan yang dapat dipegang yang mereka kemukakan.

Umumnya hanya dongeng atau memperbodoh diri sendiri atau diperbodoh oleh juru kunci. Atau mereka jawab kalau ditanyai bahwa sudah begitu didapati diperbuat oleh nenek moyang dahulu kala. Kami hanya tinggal meniru saja.

"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, memberikan keterangan." (pangkal ayat 72).

Bahwa menyembah kepada yang selain Allah itu adalah dosa yang paling besar, dengan keterangan-keterangan yang cukup,

"Engkau ketahui pada wajah-wajah orang-orang yang kafir itu keingkaran."

Artinya, dapat saja engkau ketahui pada wajah mereka bahwa mereka tidak senang.

"Hampir saja mereka menyerbu orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka."

Karena mereka sangat marah.

Mereka tidak mau disinggung kebiasaan mereka menyembah-nyembah yang selain Allah.

Karena mereka tidak mempunyai kepandaian untuk membalas, atau karena memang tidak ada alasan yang masuk akal atas perbuatan mereka, mereka pun marah.

Mereka mau saja main pukul atau sampai kepada menganiaya dan membunuh.

"Katakanlah" olehmu hai Rasul, "Apakah akan aku beritakan kepada kamu yang lebih buruk dari itu?"

Dan kalau aku katakan apakah kamu akan marah juga?

"Api neraka yang telah dijanjikan Allah untuk orang-orang yang tidak mau percaya."

Kabar ini sangat buruk bagimu.

Api neraka tidak akan dapat kamu tolak atau kamu elakkan, semata-mata dengan marah.

"Dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (ujung ayat 72).

Lebih baik dari waktu hidup di dunia sekarang inilah seburuk-buruk tempat kembali itu kamu jauhi!

Dan itulah sebabnya maka hal itu disampaikan sekarang.

Tanda belas kasihan Allah kepadamu.

"Tidaklah mereka menilai Allah sebenar-benar penilaian." (pangkal ayat 74).

Orang-orang yang menyembah kepada yang selain Allah itu percaya juga bahwa Allah ada.

Tetapi mereka tidak mau mengerti atau salah mengerti tentang Allah.

Kadang-kadang ada di kalangan mereka menyembah berhala, katanya karena berhala itulah yang akan menyampaikan keinginannya kepada Allah.

Katanya, Allah itu serupa dengan seorang raja besar; kita tidak dapat langsung saja datang menghadap, kalau tidak pakai perantaraan.

Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti wali Allah.

Allah berfirman,

"Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak ada duka cita; yaitu orang-orang yang beriman dan mereka adalah bertakwa." (Yuunus: 61-62).

Dengan ayat ini Allah membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua orang untuk jadi wali Allah.

Syarat yang mesti dipenuhi hanya dua saja;

Pertama iman, kedua takwa.

Tetapi mereka tidak menilai Allah dengan sebenar penilaian, mereka tidak mau memasuki pintu yang terbuka itu.

Melainkan mereka pergi ke kuburan orang yang mereka anggap di masa hidupnya jadi wali, lalu dia memohon apa-apa di situ.

Padahal ayat-ayat itu menyuruh orang bertauhid, mereka lakukan sebaliknya, jadi musyrik.

Kalau ditegur dia marah, hingga mau dia menyerang orang yang menegurnya itu, seperti tersebut pada ayat 72 di atas tadi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 153-156, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Kecuali sesudah Tuhan memberikan keizinan untuk barangsiapa yang dikehendaki-Nya dan diridhai-Nya." (ujung ayat 26).

Sudah jelaslah bahwasanya malaikat-malaikat yang sangat banyak itu dengan taat serta mengerjakan apa yang diperintah Allah, menjadi contoh dan teladan bagi manusia, bahkan mereka berani membanggakan diri, di hadapan Allah ketika Allah bermaksud hendak mengangkat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Maka dalam ayat ini ditegaskan bahwasanya keshalihan malaikat menyembah Allah, demikian juga bilangan mereka yang berlipat ganda lebih banyak dari manusia, namun malaikat-malaikat itu juga tidak mendapat kekuasaan sama sekali akan memberikan syafa'at atau pembelaan bagi manusia, kalau Allah tidak mengizinkan.

Oleh sebab itu nyatalah bahwa malaikat tidak mendapat kekuasaan apa-apa dan manusia pun tidak, kalau Allah tidak mengizinkan.

Maka ayat ini dapatlah memberikan paham bagi kita manusia, bahwa langsunglah memohon kepada Allah, janganlah mengharapkan pertolongan dari yang lain.

Karena yang lain itu hanya dapat memberikan syafa'at kalau Allah mengizinkan.

Dan pertimbangan dalam pemberian izin itu terserah kepada ke Maha bijaksanaan Allah sendiri.

Ayat ini pun menambah teguhnya ajaran tauhid, sebagai memperkukuh ayat-ayat yang datang sebelumnya tadi.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 547, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

OJO SAK ENAKE DEWE

Jika pekerjaan itu ternyata salah dan sesat, hendaklah salahkan diri itu, sesali, bayangkan bahayanya dan celakanya.

Sehingga lantaran memikirkan itu timbul kehendak tobat sesal.

Timbul janji dalam batin, bahwa yang salah tidak akan dilakukan lagi.

Jangan ditutup pintu bagi orang lain pada perkara yang berhak dia masuk.

Misalnya jika ada perbuatan kita yang salah, ditegur orang, lalu kita jawab,

"Peduli apa tuan atas diriku, jika ini perbuatan berbahaya, bukan tuan yang akan menanggungkan".

Jawaban itu salah.

Yang akan rugi bukan kita yang mempunyai diri saja, tetapi masyarakat.

Sebab dengan pintu yang kita tutupkan itu, kita telah mengikat diri sendiri di dalam daerah kita.

Kita tidak masuk lagi ke dalam masyarakat.

Dan masyarakat pun tidak masuk lagi ke daerah kita.

Masyarakat kehilangan seorang manusia yang berguna untuk menyempurnakan jalannya.

Budi pekerti mempunyai undang-undang bukan untuk orang seorang saja.

Undang-undang budi menghendaki enak bersama, manis bersama dan pahit pun menurut rasa bersama.

Bukan nafsi-nafsi menurut mau sendiri-sendiri saja.

Bahasa Jawa,

"Ojo sak enake dewe."

(Buya HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 79, Republika Penerbit, 2015).

"Dan bahwa sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus. Sebab itu, turutilah dia." (pangkal ayat 153).

Tegasnya, jalan yang lurus hanya satu, yaitu yang digariskan oleh Allah. Dengan petunjuk Allah, Nabi Muhammad saw. telah menempuh jalan Allah yang satu dan lurus itu. Asal jalan Muhammad itu yang kamu turuti maka itulah jalan Allah. Sebab Muhammad menempuh jalan itu dengan tuntunan wahyu.

Jalan inilah yang dijamin sampai pada tujuan.

Lain dari jalan yang satu itu, ada lagi bermacam-macam jalan, bersimpang-siur jalan.

Yakni jalan yang dibuat Setan atau jalan yang dibuat khayalan manusia, jalan syirik, jalan khurafat, dan jalan bid'ah.

Kadang-kadang diperbuat oleh manusia, dikatakannya agama, padahal bukan agama.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 340-341, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

RASA BENCI

Membaca tulisan walaupun bagaimana keras dan panas isinya, tidaklah menyakitkan hati kalau cinta telah ada kepada penulisnya. Tetapi meskipun tidak keras, biasa saja, kalau lebih dahulu telah ada perasaan hasad-dengki, bukan main besar kesannya kepada hati si pembenci dan pendengki itu.

Dia merasa saja bahwa dia disindir!

Sebab itu hapuskanlah sifat benci, gantilah dengan sifat cinta.

(Buya HAMKA, Tasawuf Modern: Bahagia itu Dekat dengan Kita; Ada di dalam Diri Kita, Hal. 361, Republika Penerbit, Cet.3, 2015).

Ketua MUI KH Ma'ruf Amin berharap IBF bisa melahirkan para penulis buku yang berbobot untuk melanjutkan kiprah para ulama seperti Buya HAMKA.

"Umat kini merindukan ulama seperti itu," kata Kiai Ma'ruf.

republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/04/opetdp384-kiai-maruf-harap-ibf-lahirkan-penulis-penerus-para-ulama

Umur badan terbatas. Umur batu nisan kadang-kadang lebih panjang dari umur badan, tetapi umur jasa dan kenangan lebih panjang dari umur batu nisan. Sebab itu Jalaluddin Rumi pernah mengatakan ketika orang minta izin kepadanya hendak membuatkan kubah pada kuburannya nanti apabila dia telah mati,

"Tak usahlah nisan dan kubah pada kuburanku. Kalau hendak menziarahi aku, temuilah aku dalam hati orang yang mengenal ajaranku."

(Buya HAMKA, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasar Tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Hal. 178, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

RENUNGAN BUDI

Banyak Guru Agama yang gagal dan mengeluh karena kegagalannya.

Dia mendahulukan 'usran daripada yusraan, mendahulukan yang sukar daripada yang mudah.

Kadang-kadang dia hendak membuat agama menurut kehendaknya,

Bukan menurut kehendak Tuhan.

(Buya HAMKA, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasar Tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Hal. 164, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

DAKWAH

Setengah ahli tafsir mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan al-khairi yang berarti kebaikan di dalam ayat ini ialah Islam; yaitu memupuk kepercayaan dan iman kepada Allah, termasuk tauhid dan ma'rifat.

Kalau kesadaran beragama belum tumbuh, menjadi sia-sia sajalah menyebut yang ma'ruf dan menentang yang mungkar.

Suatu dakwah yang mendahulukan hukum halal dan hukum haram, sebelum orang menyadari agama, adalah perbuatan yang percuma,

Sama saja dengan seseorang yang menjatuhkan talak kepada istri orang lain.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 25, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SINAR CAHAYA

"Sungguh telah datang kepada kamu dari Allah, suatu cahaya dan suatu kitab yang nyata." (ujung ayat 15).

Dan sumber Al-Qur'an dan Sunnah inilah kita mendapat apa yang dikatakan Islam.

"Dan dia menunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (ujung ayat 16).

Setelah hilang gelap, timbullah terang dan cahaya.

Inilah akibat selanjutnya dari mendapat cahaya hidayah itu, yaitu mendapat jalan yang lurus.

Dalam ayat ini kita mendapat 3 tingkat kebahagiaan.

Pertama, mendapat jalan kedamaian. Damai dalam jiwa dan damai dalam pergaulan hidup, sesama manusia, oleh karena mendapat pendirian yang benar.

Kedua, keluar dari gelap gulita kejahilan, khurafat, dan pikiran kacau, karena dipimpin secara tidak jujur oleh pemuka-pemuka agama, sehingga orang tidak boleh berpikir bebas, bahkan diwajibkan musti tidak berpikir, dan apa yang beliau pikirkan sajalah yang wajib dianggap benar.

Ketiga, jalan yang lurus, yaitu jalan yang cepat sampai kepada tujuan. Sebab dia tidak bengkok-bengkok, berbelok-belok memusingkan kepala.

Dan bagi orang yang mengakui dirinya sendiri pun, untuk mencapai ketiga perkata ini, yaitu jalan-jalan yang damai, sinar hidayah dalam jiwa, jalan yang lurus menuju Allah, hanya akan tercapai apabila mereka kembali mengambil pedoman dari Al-Qur'an itu sendiri dan Sunnah Rasul, sebagai penerang bagi isi Al-Qur'an itu.

Dan bila mereka telah meninggalkan Al-Qur'an, lalu jatuh ke dalam cengkeraman taqlid, menurut saja kepada kehendak penafsiran guru-guru, meskipun tidak terterima oleh akalnya, mereka pun akan hidup dalam gelap, sebagaimana gelapnya Ahlul Kitab karena pendetanya sendiri.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 643-645, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Dan, demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu supaya mereka kembali." (ayat 174).

Artinya, Allah mengemukakan ayat-ayat ini yang di sini berarti keterangan dari dalil, maksudnya ialah supaya orang-orang yang telah tersesat atau salah berpaham itu kembali kepada jalan yang benar.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 597, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

SURAH AL-KAAFIRUUN (ORANG-ORANG KAFIR)

"Katakanlah, "hai orang-orang kafir! Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah."" (ayat 2).

Menurut tafsiran Ibnu Katsir yang disalinkan dari Ibnu Taimiyah, arti ayat yang kedua, "Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah", ialah menafikan perbuatan (nafyul fi'li). Artinya, perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan.

Al-Qurthubi meringkaskan tafsir seluruh ayat ini begini: "Katakan olehmu wahai utusan-Ku, kepada orang-orang kafir itu, bahwa aku tidaklah mau diajak menyembah berhala-berhala yang kamu sembah dan puja itu; kamu pun rupanya tidaklah mau menyembah kepada Allah saja, sebagaimana yang aku lakukan dan serukan. Malahan kamu persekutukan berhala kamu itu dengan Allah. Maka kalau kamu katakan bahwa kamu pun menyembah Allah, perkataanmu itu bohong, karena kamu adalah musyrik. Sedang Allah itu tidak dapat diperserikatkan dengan yang lain. Dan ibadah kita pun berbeda. Aku tidak menyembah kepada Tuhanku seperti cara kamu menyembah berhala. Oleh sebab itu agama kita tidaklah dapat diperdamaikan atau dipersatukan, "Bagi kamu agama kamu, bagiku adalah agamaku pula." Tinggilah dinding yang membatas, dalamlah jurang di antara kita."

Surah ini memberi pedoman yang tegas bagi kita, pengikut Nabi Muhammad, bahwa aqidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil akan mendapat untung. Oleh sebab itu maka aqidah tauhid tidaklah mengenal apa yang dinamai Cynscritisme, yang berarti menyesuai-nyesuaikan. Misalnya di antara animisme dengan tauhid, penyembahan berhala dengan shalat, menyembelih binatang guna pemuja hantu atau jin dengan membaca Bismillah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz 'Amma Hal. 309-310, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Membongkar struktur masyarakat yang berurat berakar sekaligus, bukanlah kekuatan manusia.

Lihatlah contoh kecil, yaitu daerah Minang yang berdasarkan masyarakat keibuan.

Di situlah yang paling banyak ulama Islam di Indonesia.

Syekh Ahmad Khatib yang berpendapat bahwa harta pusaka adalah harta syubhat, terpaksa meninggalkan negeri itu, untuk menghindarkan diri supaya jangan dipukul oleh fatwanya sendiri.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 185, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

JIBTI DAN THAGUT

Setengah ulama tafsir menyatakan maksud jibti ialah sihir.

Tetapi setelah digali ke dalam rumpun-rumpun bahasanya, bertemulah bahwa segala kepercayaan yang tahayul, dongeng, khurafat, yang tidak dapat diterima oleh akal yang wajar, itulah dia jibti.

Thagut berumpun dari kalimat thaagiyah kita artikan kesewenang-wenangan, melampaui batas, terkhusus kepada manusia yang telah lupa atau sengaja keluar dari batasnya sebagai insan, lalu mengambil hak Allah.

Atau manusia dianggap Tuhan oleh yang mempercayainya.

Segala pemujaan kepada manusia sampai mendudukkannya jadi Tuhan, meskipun tidak diucapkan dengan mulut, tetapi bertemu dengan perbuatan, termasuklah dalam arti thagut.

Ada ulama besar yang disegani, akhirnya dipandang keramat, lama-lama diikuti sehingga segala fatwanya wajib dipandang suci seperti firman Allah saja.

Maka ulama itu telah menjadi thagut bagi yang mempercayainya.

Apatah lagi setelah dia mati, kuburnya pula yang dipuja-puja, diziarahi untuk meminta wasilah, menjadi orang perantara akan menyampaikan keinginan-keinginan kepada Allah, menjadi thagut pulalah dia sesudah matinya.

Atau ada penguasa negeri yang berkuasa besar.

Orang takut akan murkanya dan orang menghambakan diri kepadanya. Barangsiapa yang mencoba menyatakan pikiran, bebas menyatakan yang benar, ada bahaya akan dihukum, dipenjarakan, diasingkan, ditahan, dibuang, atau dibunuh. Tetapi barangsiapa yang tunduk, taat setia, sudi mengorbankan kemerdekaan pikiran, dan bersedia takut kepada yang berkuasa, bersedia jadi budak supaya bebas bergerak, bahkan kadang-kadang lebih takut daripada menakuti Allah, penguasa itu pun menjadi thagut.

Kadang-kadang bercampur aduklah di antara jibti dengan thagut, atau berpadu jadi satu.

Di Mesir orang mengadakan Maulid Sayyid Badawi tiap-tiap tahun, berkumpul beribu-ribu manusia laki-laki dan perempuan ke kuburan beliau.

Sebab beliau dipandang sangat keramat.

Gadis tua minta suami ke sana, perempuan mandul minta anak ke sana.

Mahasiswa yang takut tidak Iulus ujian pergi menuju ke sana.

Di kuburan itu ada pula jibti-nya, yaitu ada serban beliau yang dipandang sangat membawa rezeki jika dapat dipegang.

Di tanah air kita pun banyak terdapat yang demikian.

Kalau mau mempelajari campur aduknya jibti dengan thagut pergilah ziarah ke kubur Sunan-sunan (Wali Songo), dan dengarkanlah dongeng-dongeng yang tidak masuk akal, kumpulan jibti dan thagut dari juru kunci.

Di dalam ayat ini diterangkanlah betapa sesatnya orang-orang yang telah diberi sebagian dari kitab.

Kepercayaan tauhid yang asli telah hilang, di dalam lipatan jibti (kesesatan) dan thagut (menuhankan makhluk).

Kalau ditanyakan, engkau pertuhankan si anu?

Niscaya mereka akan menjawab juga, "Tuhan kami Allah!"

Tetapi kalau ditanya lagi, mengapa perkataan si anu, fatwa si anu, tafsiran si anu, kamu terima saja dengan tidak mempergunakan akal, padahal kadang-kadang berjauhan sangat dengan firman Allah yang disampaikan Nabi kamu?

Mereka tidak dapat memberikan jawaban yang tepat.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 322-324, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Dan yang lebih mengherankan kita lagi ialah segala perbuatan ini dilihat oleh orang-orang yang berilmu, lalu mereka biarkan saja tidak mereka cegah, dan tidak mereka bendung orang-orang itu, yang telah hanyut kembali ke dalam jahiliyah pertama, bahkan lebih jahat lagi.

Karena orang-orang jahiliyah dahulu itu tetap mengakui bahwa Allah sajalah Yang Khalik (Maha Pencipta). Dialah yang memberi rejeki, Dia yang menghidupkan, Dia Yang mematikan, Dia saja yang berkuasa memberi mudharat dan memberi manfaat.

Mereka hanya semata-mata menjadikan berhala-berhala mereka itu sebagai syafa'at (pembela) di sisi Allah dan pendekat di antara mereka dengan Allah.

Sedang pemuja-pemuja kubur sekarang ini menganggap orang yang telah di dalam tanah itu mempunyai kuasa memberi mudharat dan manfaat.

Kadang-kadang mereka seru namanya tunggal, kadang-kadang namanya diseru dan diserentakkan dengan menyebut nama Allah.

Cukuplah engkau pahami betapa jahatnya pendengaran ini.

Moga-moga Allah tetaplah menolong agamanya dan membersihkan Syari'at-Nya.

Sebab Setan yang terkutuk itu telah memperalat cara-cara yang dipakai mereka ini untuk membawa jadi kafir umat yang diberkati Allah ini.

Senang hati Setan melihatnya sebab mereka sendiri menyangka bahwa perbuatan mereka itu baik.

Innaa Lil Laahi Wa Innaa Ilaihi Raji'un!!!

Sekian asy-Syaukani di dalam Fathul Qadir-nya.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 425-426, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Boleh jadi sebagian orang tergoda mencari benih Islamisme Indonesia zaman sekarang di HAMKA dan Adiceritanya.

Seperti telah kita sebutkan, HAMKA adalah seorang perintis gerakan dakwah Indonesia dan bercita-cita membangkitkan Islam.

Tapi keliru kiranya mencari asal-usul Islamisme radikal Indonesia hari ini di Adicerita HAMKA.

(James R. Rush, ADICERITA HAMKA: Visi Islam Sang Penulis Besar untuk Indonesia Modern, Hal. 255-256, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet.1, 2017).

Sebagaimana perkataan Ibnu Ruslan, "Orang yang alim kalau tidak mengamalkan ilmunya akan diazab sebelum orang yang menyembah berhala."

Baru sah iman kalau telah diikut dengan amalan, dan amalan itulah Islam.

Islam artinya menurut, menyerah, bukti menyerah itu ialah amalan.

Ke situlah pulangnya perkataan Ulama Salaf yang mula-mula tadi, yang iman itu ialah ilmu dengan amal.

(Buya HAMKA, Tasawuf Modern: Bahagia itu Dekat dengan Kita; Ada di dalam Diri Kita, Hal. 66, 68, Republika Penerbit, Cet.3, 2015).

KEMULIAAN

Orang yang berjasa tidak boleh gamang dan kecewa jika di masa hidupnya dilupakan orang.

Orang tidak boleh menyesal jika tinggal di sebuah gubuk yang buruk.

Tidak boleh kecewa jika makan minumnya dan pakaiannya tidak semewah orang lain.

Sebab kelak buah tangannya akan menjadi modal kemajuan angkatan yang akan datang.

(Buya HAMKA, FALSAFAH HIDUP: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, Hal. 280, Republika Penerbit, Cet. IV, 2016).

MUHAMMAD IBNU SA'UD

Pedang dan Al-Qur'an, yakni pedang dalam tangan Amir Muhammad ibnu Sa'ud, dan Al-Qur'an dalam tangan Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab.

Mulailah Muhammad ibnu Sa'ud menyiarkan ajaran itu, membongkar syirik dan bid'ah di kalangan kabilah yang dipimpinnya dalam kota kecil Dar'iyah. Tunduklah semua pada ajaran itu dengan sendirinya pula, kuatlah kedudukannya sebagai kepala (amir). Kemudian, disusunnya satu angkatan kecil dengan tombak dan bedil si tenggar, berbaris dua-dua pergi ke desa-desa berkeliling menyampaikan ajaran itu dan menegakkan kekuasaan.

Di sana pula, duduk Syekh Muhammad ibnu Abdul Wahab menerima taubat dan memberikan nasihat-nasihatnya kepada amir dalam hal hukum agama.

Kebangkitan di Najd ini cepat tersiar ke seluruh pelosok. Amir-amir di tiap dusun, desa, negeri yang selama ini berkuasa sendiri merasa cemas. Dengan pimpinan dari seorang amir di antara amir-amir yang ada di Tanah Yaman yang bernama Hasan ibnu Haibatullah mereka mencoba menyerang gerakan baru itu langsung ke pusatnya, Dar'iyah yang dalam beberapa tahun saja sudah menjadi kota yang ramai. Di antara yang menyerang itu ikut pula Daham ibnu Dawn hingga Riyadh pun dapat direbutnya kembali.

Dengan mati-matian dan keimanan yang teguh atas kebenaran pendiriannya Muhammad dan putranya mempertahankan kekuasaannya hingga Hasan ibnu Haibatullah terpaksa mundur ke negerinya dan Daham ibnu Dawas tidak dapat bertahan lagi, ia menyingkir ke negeri al-Ahsaa. Kemudian, masuklah Muhammad ke Kota Riyadh pada Tahun 1185 H (1772 M). Kian lama kian besarlah lawan yang dihadapi, dan kian lama kian luaslah daerah kekuasaannya yang berbenturan dengan Bani Khalid yang menguasai al-Ahsaa, dan dengan Bani al-Makrami yang menguasai Najran al-Yaman.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 289-290, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

VIII. PANDANGAN AHLI-AHLI TARIKH BARAT TENTANG DUNIA SEBELUM MUHAMMAD SAW.

Lothrop Stoddard menerangkan dalam bukunya The New World of Islam (3) memang Islam telah bangkit laksana halimbubu yang hebat dan keras di jazirah itu. Di tengah jalan ia bertemu dengan padang yang tandus dari pimpinan roh suci. Dua kerajaan, Persia dan Romawi, telah menjadi dua pohon yang kekurangan air dan mendekati tumbang, entah hidup entah mati.

Agama yang ada pada kedua kerajaan ini telah menjadi agama permainan dan mengecewakan. Di negeri Persia, agama Mazdakiyah telah sangat luntur coloknya menjadi sebuah agama Majusi yang busuk dan menjadi pencaharian dan tipuan kekejaman juga kemungkaran oleh kepala-kepala agama sehingga agama itu menjadi sangat dibenci orang karena kecabulannya.

Di Kerajaan Roma Timur (Kerajaan Byzantium) agama telah memakai pakaian yang bukan pakaiannya yang asli, telah dimasuki oleh ajaran syirik, penuh dengan khurafat dan bid'ah di bawah pimpinan kepala-kepala agama bangsa Romawi yang sangat sontok pikirannya sehingga agama Nasrani telah menjadi agama olok-olokan.

Bid'ah dan kesesatan itulah yang paling besar memegang peranan dalam menjatuhkan derajat kedua kerajaan itu. Apabila terjadi perselisihan senantiasa diselesaikan secara kejam. Terlebih lagi, karena kekuasaan raja-raja zalim yang tidak mengenal belas kasihan pada rakyatnya sehingga habis musnah perasaan cinta pada tanah air dan cinta pada kerajaan. Selain dari itu, adanya kelemahan yang timbul karena peperangan yang tiada henti antara keduanya, kelemahan dahulu daripada mestinya.

Sedilot menyebutkan, tatkala bangsa Arab berada dalam kebingungannya dan keinginan pada pergaulan bersama, terjadi peperangan besar dan hebat antara kisra dan Heraclius pada Abad ke-7 M. Ketika itu kisra berhasil merampas Dajlah, Furrat, Syam, Palestina, dan Mesir. Namun kemudian, dapat dirampas kembali oleh Heraclius (Raja Konstantinopel). Peperangan terhentikan dengan perdamaian setelah habis segenap kekuatan dari keduanya, hancur benteng-benteng dan pertahanan, kocar-kacir urusan rakyat karena terlalu banyak pembayaran pajak, bertambah lama bertambah morat-marit sehingga akhirnya muncul agama Islam.

(3) Telah diterjemahkan oleh A. Nuwaihid dalam bahasa Arab dan disyarahkan oleh Amir Syakib Arselan sehingga menjadi empat kali lebih tebal daripada kitab aslinya, diberi nama Hadiral Alamil Islam.

(Buya HAMKA, Sejarah Umat Islam, Hal. 74-75, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Kalau kita mencintai Allah maka jalan satu-satunya yang akan kita ikuti hanyalah jalan yang ditempuh Nabi Muhammad saw.

Kalau kita masih ragu, menyangka ada jalan lain selain jalan Muhammad saw. yang kita anggap benar, batal-lah Islam kita.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 121, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

"Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun, melainkan supaya ditaati dengan izin Allah." (pangkal ayat 64).

Orang yang mengakui Rasul, tetapi ajarannya tidak diikuti adalah munafik.

Mendurhakai Rasul artinya mendurhakai Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 354, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

RENUNGAN BUDI

Di waktu saya masih muda dan semangat masih bergelora karena pendidikan agama yang dinamakan "paham kaum muda" (Wahabi, -pen), kalau masuk ke rumah yang saya pandang berpaham "kaum tua", saya kurang senang melihat ayat-ayat Al-Qur'an dijadikan perhiasan dinding.

Saya berkata dalam hati, apalah gunanya ayat Al-Qur'an dengan tulisan bagus itu digantungkan di dinding, kalau isinya tidak diamalkan.

Apalagi Nabi Muhammad saw. tidak menggantungkan ayat-ayat itu.

Tetapi setelah berlalu beberapa tahun, ayat-ayat suci itu sudah mulai tergeser atau diturunkan.

Sebab ayah yang menggantungkan ayat-ayat itu telah meninggal dunia dan telah diganti oleh anak-anaknya dengan gambar-gambar bintang-bintang film.

Sekarang mulailah saya meninjau kembali sikap saya sebagai "kaum muda", apakah saya hanya akan melihat kitab-kitab lalu menyampaikan isi kitab itu untuk masyarakat atau saya akan melihat pula kitab kemasyarakatan lalu mengisinya dengan agama?

(Buya HAMKA, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasar Tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Hal. 155, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

KEWAJIBAN MENURUT PANDANGAN SEORANG MUSLIM

Tidaklah sempurna keislaman seorang yang mengaku muslim, sekiranya kelihatan olehnya suatu perbuatan yang salah, mungkar dan dilarang agama, lalu dibiarkannya saja.

Menegur perbuatan yang salah adalah kewajiban yang sebesar-besarnya, yakni sekadar tenaga yang ada pada kita.

Jika kelihatan satu perbuatan yang salah, tegurlah dengan tangan. Tak kuasa dengan tangan, tegurlah dengan lidah, tak kuasa dengan lidah, tegurlah dengan hati. Dengan hati itu adalah yang selemah-lemah iman.

Mengapa derajat yang di bawah yang selemah-lemah iman akan kita pilih?

Kita belum sampai selemah itu.

Kalau tangan kita telah terikat, masih ada lidah.

Kalau lidah itu telah dipotong, barulah kita melawan dengan hati.

Cara menjalankan petunjuk dan pengajaran itu pun bertingkat-tingkat.

Ada dengan hikmah, yaitu terhadap orang yang belum tahu.

Ada dengan mau'izah, terhadap orang yang telah tahu tetapi lalai,

Dan ada pula dengan mujadalah, artinya bertukar pikiran, terhadap orang yang menyangka bahwa pendiriannyalah yang benar, padahal salah.

Kalau kita telah mempergunakan "amar makruf nahi munkar" menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat jahat, serta tulus ikhlas pula dalam memperjuangkannya, akan tertariklah manusia ke dalam kebenaran dan sentosalah pergaulan hidup.

Tidaklah perlu orang yang diberi pengajaran itu takluk pada waktu itu juga.

Biar lama asal selamat.

"Dan jika tertarik kepadamu seseorang dengan tulusnya, lebih baik bagi kamu daripada orang senegeri, tetapi tak tentu haluannya."

(Buya HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 225-226, Republika Penerbit, 2015).

PANDIR

"Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk." (ujung ayat 140).

Dengan membaca ayat ini apakah kesan yang timbul dalam pikiran kita? Kesan utama ialah bahwa peraturan yang kita akui hanyalah semata-mata peraturan dari Allah.

Adapun peraturan buatan khayal manusia, tidaklah kita terima karena akan merugikan belaka. Karena dia adalah khayalan belaka, tahayul dan khurafat.

Semuanya ini adalah dari sebab safih, pandir dan dungu.

Pemuka-pemuka agama yang tidak bersandar kepada akal yang sehat mengambil kesempatan untuk memperkaya diri dan memperbesar pengaruh dengan memperbodoh dan membikin pandir pengikutnya.

Dan, orang-orang pandir itu menurut saja karena akalnya tidak berjalan.

Dengan ayat ini, bertambah mendalam kesan dalam jiwa kita bahwa segala peraturan dan hukum yang bukan datangnya dari Allah adalah membawa pandir belaka.

Kadang-kadang dalam satu negara sekuler (negara yang menyingkirkan agama dari pemerintahan), orang sengaja menjauhkan upacara agama yang sejati, lalu membuat peraturan baru di luar agama, padahal lebih ketat dari agama.

Maka, bagi seorang Muslim-Mukmin, peraturan dan hukum yang diterima hanyalah hukum yang datang dan Allah, atau sekurang-kurangnya bersandar dan bersendi pada keridhaan Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 297, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Sayangnya hal yang dimisalkan kepada orang Yahudi ini lama-kelamaan telah bertemu pula pada orang Islam sendiri.

Masalahnya tidak ada lalu diadakan.

Hal ini terdapat dalam kitab-kitab fiqih mutaakhirin (zaman terkemudian). Panjang lebar membicarakan hukum istinja', rukun bersuci, dan panjang lebar memperkatakan niat shalat.

Sehingga kadang timbul yang lucu-lucu.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 184, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

RENUNGAN BUDI

Setengah orang menepuk dada dan membanggakan diri bahwa dia berpendirian teguh. Padahal kadang-kadang pendirian yang telah dipilihnya itu tidak ditinjau lagi. Lalu timbullah pendirian yang membeku dan membatu.

Setengah orang pula berubah pandangannya mengenai suatu soal antara 10 Tahun yang lalu dengan sekarang. Maka janganlah tergesa-gesa menuduh orang itu tidak berpendirian. Bahkan mungkin orang inilah yang lebih teguh pendiriannya yaitu mencari yang lebih dekat kepada kebenaran menurut pertimbangan akal budinya yang tidak membatu.

(Buya HAMKA, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasar Tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Hal. 153-154, Republika Penerbit, Cet.1, 2016).

HENDAK MEMADAMKAN NUR ALLAH DENGAN MULUT

Giliran Islam sudah datang!

Untuk melepaskan dahaga jiwa manusia.

Salah satu daripada pintu kebesaran Islam kembali untuk dunia itu, ialah dengan telah merdekanya negeri-negeri Islam, dan terdapatnya sumber-sumber kekayaan alami di pusat-pusat negeri Islam.

Allah akan menepati janji-Nya.

Islam akan mengatasi segala agama, walaupun orang-orang yang musyrikin tidak senang.

Maka kita umat Islam yang masih hidup, wajib berikhtiar membongkar nur dan nar Islam kembali, yang selalu diungkapkan oleh Presiden Sukarno, yaitu membongkar api Islam.

Sehingga kita dan anak cucu kita beroleh bahagia menjadi Alat Allah buat mencapaikan maksud-Nya itu.

Tugas ini memang berat buat kita.

Kita mengakui bahwa setelah agama Islam berusia sampai 14 Abad; 700 Tahun yang terakhir, yakni separuh dari usia yang telah dilaluinya, kita telah menurun mundur.

Banyak pikiran-pikiran yang tidak asli dan pengaruh-pengaruh yang lain telah masuk ke dalam, sehingga kita telah membeku dengan hidup yang demikian.

Kita telah dininabobokan oleh sejarah yang lama, dan tidak sadar akan kebobrokan kita.

Meskipun sekali-sekali telah datang ahli-ahli pikir Islam membuka ajaran Islam yang murni kepada dunia, mulutnya terpaksa tertutup kembali jika pihak yang diseru menjawab dengan memperlihatkan kenyataan umat Islam sendiri.

Bagaimana si ahli pikir akan dapat meneruskan dakwahnya, kalau pihak yang didakwahi itu menanyakan kepadanya tentang beribu-ribu orang yang datang tiap hari mengantarkan bunga, membakar kemenyan, membaca surah Yaasiin, mengadakan kaul pada suatu kuburan, persis sebagai yang dilakukan oleh penyembah berhala pada berhala-berhala mereka?

Kita tidak perlu menunggu Imam Mahdi.

Sebab hadits tentang Imam Mahdi itu pun tidak ada yang sah buat dijadikan dalil.

Lebih baik kita jadikan diri kita sendiri-sendiri menjadi Imam Mahdi, membawa petunjuk Islam sejati untuk menampung kehendak Ilahi bahwa Islam akan mengatasi segala agama dunia ini, walaupun orang yang musyrikin tidak suka.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 4 Hal. 146-147, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Tentang hadits-hadits akan turun Imam Mahdi, menurut penyelidikan ahli-ahli, tidaklah sunyi hadits-hadits Mahdi itu dari pengaruh Syi'ah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 620, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Kalau kita ingat bahwa kita punya tujuan yang besar, yaitu tajdidul Islam, yang telah kita junjung tinggi sejak datangnya 3 Ulama Wahabi dari Mekah ke Minangkabau Tahun 1802,

Sejak tersebarnya paham Jamaluddin-Abduh disini,

Sejak K.H. Ahmad Dahlan memulai langkah pembaruannya,

Sejak kita membaca karangan-karangan Bung Karno tentang "Mempermuda Pengertian Islam", "Islam Sontoloyo", dan "Surat-Surat dari Endeh",

Serta kalau kita renungkan hari depan Islam di tanah air,

Kita menjadi ingat bahwa tugas ini tidak boleh berhenti.

Dihentikan adalah dosa.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 76, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

AL-MUNIR DAN K.H.A. DAHLAN (Pendiri Muhammadiyah)

Kiai-kiai di Yogya kata K.H.R. Hajid tahu bahawa K.H.A. Dahlan menjadi pembaca setia "Al-Munir", surat kabar kaum Wahabi di Padang.

Setelah saya mendengar riwayat hubungan rohani K.H.A. Dahlan dengan Al-Munir, yang terbit pada Tahun 1911 itu dan dengan rasmi Muhammadiyah berdiri pada Tahun 1912, dapatlah saya memahami cerita Ayahku kepadaku yang kerap kali diulang-ulangnya, bahawa ketika beliau di tanah Jawa pada Tahun 1917, dia singgah di Yogya dalam perjalanannya kembali ke Jakarta dari Surabaya.

Beliau bercerita bahawa di dadanya ditempelkan huruf-huruf Arab H.A.K.A. (Haa, Ain, Kaaf, Hamzah), sehingga seketika K.H.A. Dahlan datang ke stesen Tugu menjemputnya, segera beliau dapat mengenal Ayahku, sebagai wakil Al-Munir. Beliau di Yogya 3 hari menjadi tamu K.H.A. Dahlan.

Kata Ayahku:

"Dengan tawaduknya K.H.A. Dahlan meminta izin hendak menyalin karangan-karangan beliau ke dalam bahasa Jawa, untuk diajarkan kepada murid-muridnya."

Dan dengan segala rendah hati pula beliau membenarkannya dan menyuruh tambah mana yang kurang.

(Buya HAMKA, Ayahku, 159-161, PTS Publishing House Malaysia, 2015).

Kisah Persahabatan Haji Rasul dengan Kyai Ahmad Dahlan

historia.id/modern/kisah-persahabatan-haji-rasul-dengan-kyai-ahmad-dahlan

THAGUT

Ulul-albaab, tidaklah takut, tidaklah cemas mendengarkan pendapat orang yang berbeda dengan pendapatnya dan mendengar pengajian yang berlainan dengan pengajiannya.

"Orang yang merdeka tidaklah gentar menghadapi kemerdekaan orang lain."

Kebenaran itu bisa dijemur di cahaya Matahari, dia tidak akan lekang. Biar ditinggalkan kena hujan lebat, dia tidak akan busuk.

Menurut keyakinannya kebenaran yang paling baik, yang baik sekali ialah firman Allah dan Rasul.

Dia adalah kebenaran mutlak.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 24, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Kami katakanlah kepada mereka, "Jadilah kamu monyet-monyet yang hina." (ujung ayat 166).

Sebagaimana telah kita uraikan ketika menafsirkan surah al-Baqarah ayat 65 maka sebagian ahli tafsir berkata bahwa benar-benar orang-orang itu dijelmakan Allah menjadi monyet dan tua-tua menjadi babi. Dan, menurut Mujahid, badan mereka tetap berupa manusia, tetapi jiwa mereka, hati, dan pikiran merekalah yang telah dijelmakan menjadi hati monyet, jiwa kera, dan pikiran beruk.

Selanjutnya di halaman lain Ibnul Qayyim berkata,

Dan, berkata setengah Imam, bahwasanya cerita ini adalah ancaman besar bagi orang-orang yang suka menghelah-belah dalam hal yang dilarang oleh syara', mengacau-balaukan fiqih, padahal mereka bekas ahli-ahli fiqih.

Karena fiqih yang sejati adalah yang takut kepada Allah, dengan memelihara batas-batas yang telah ditentukan Allah dan menghormati larangan-Nya dan tidak mau melampauinya.

Setelah orang-orang itu melanggar agama Allah dan yang mereka pegang bukan lagi hakikat agama, hanyalah pada kulit saja, bukan pada hakikatnya, dibalikkan Allah-lah rupa mereka menjadi monyet.

Serupa perangai mereka dengan monyet padahal mereka manusia.

Suatu balasan yang sangat setimpal.

Sekian Ibnul Qayyim.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 583, 586-587, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Maka, Kami jadikanlah dianya sebagai suatu teladan bagi mereka yang semasa dengannya dan bagi yang di belakangnya." (pangkal ayat 66).

Itulah orang-orang yang merasa bangga karena telah banyak mendapat keuntungan, tetapi tidak insaf bahwa mereka telah tersisih dari masyarakat manusia yang berbudi.

Yang mereka ingat hanya keuntungan sebentar itu saja.

Budi mereka menjadi kasar.

Semua orang yang berakal budi dan memegang agama dengan baik, tidak mau lagi mendekati mereka sebab perangai orang yang demikian tidak ubahnya dengan kera dan beruk.

Ini menjadi pengajaran bagi umat yang hidup di zaman mereka dan menjadi pengajaran juga bagi umat yang datang di belakang, sebab di mana-mana jika ada orang demikian, tidak ubahnya mereka dengan beruk dan kera, menjemukan dan menimbulkan muak.

"Dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (ujung ayat 66).

Karena bagi orang yang bertakwa, biarlah sedikit mendapat asal halal.

Asal jangan menghelah-helah agama dengan cerdik beruk.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 176-177, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Maka, Kami firmankan, "Jadilah kamu kera-kera yang dibenci." (ujung ayat 65).

Mereka merasa bangga sebab telah dapat mempermainkan Allah, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka telah celaka besar lantaran itu.

Kalau beruk berperangai beruk tidaklah heran, dan bukanlah adzab.

Yang adzab ialah jika manusia berperangai beruk.

Orang tidak benci kepada beruk berperangai beruk.

Yang orang benci, ialah manusia beruk.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 176, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Golongan yang baik, ingat akan kewajibannya kepada Allah dan masih ada rasa kasihan kepada yang telah tersesat itu. Mereka berkeyakinan, kalau orang-orang yang tersesat itu diberi peringatan yang baik, moga-moga mereka kembali sadar dan bertakwa.

Niscaya yang bersikap masa bodoh berbuat kesalahan juga, yaitu asal diri mereka lepas, biar orang lain sengsara. Iman mereka tidak mendalam karena hanya mementingkan diri sendiri.

Di ayat ini diterangkan bahwa yang diselamatkan Allah hanyalah orang-orang yang merasa bahwa menegur yang salah adalah suatu kewajiban.

Adapun orang yang bersikap masa bodoh tadi tiada disebut bahwa mereka diselamatkan.

Padahal, membiarkan saja orang lain berbuat salah dan merasa senang hati saja melihat mereka diadzab Allah, itu pun suatu kesalahan.

Akhirnya adzab yang pedih datang, yang selamat dari adzab hanyalah yang berani menegur yang salah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 584-585, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Tidaklah hidup di dunia yang paling sengsara daripada sesat sesudah petunjuk atau kepadaman suluh di tengah jalan.

Teringat kepada nikmat iman yang pernah dirasai, sekarang telah hilang dan payah buat kembali ke sana. Orang lain kelihatan maju terus menuju ridha Allah, sedangkan diri sendiri telah terbenam ke dalam lumpur kesesatan.

Itu sebabnya, selalu kita hendaknya memohonkan rahmat yang datang langsung dari Allah, rahmat ke dalam hati dan sikap hidup, yang memancar kepada amal dan perbuatan.

Sampai kelak kita meninggal dunia dengan husnul-khatimah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 582, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Sesungguhnya orang-orang yang menantang Allah dan Rasul-Nya." (pangkal ayat 20).

Menantang Allah dan Rasul terutama ialah karena tidak mau menerima atau tidak mau menjalankan peraturan yang didatangkan dari Allah dan disampaikan oleh Rasul.

Atau membuat peraturan lain, atau menerima peraturan lain.

Padahal yang lain itu adalah semata-mata bikinan manusia.

Seakan-akan merasa bahwa mereka lebih pandai dari Allah dalam mengatur manusia.

"Mereka itu sendirilah yang termasuk orang-orang yang rendah hina." (ujung ayat 20).

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9 Hal. 29, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Setelah Ibnul Arabi menyampaikan cerita itu kepada beliau yang bersangkutan bertanyalah beliau dengan penuh keheranan,

"Apa jalannya saya mesti dibunuh, padahal amalan saya mengangkat tangan itu adalah menurut Sunnah?"

Lalu Ibnul Arabi menjawab,

"Perbuatan tuan Guru itu benar menurut Sunnah, tetapi cara mempertahankan Sunnah itu tidak kena. Karena kaum yang jadi makmum ini adalah orang-orang yang awam dan tidak mengerti."

Sebab itu Ibnul Arabi menganjurkan bahwa dalam soal-soal khilafiyah yang tidak pokok, seorang ulama hendaklah memperhatikan situasi dan menjaga jangan sampai timbul mudharat yang lebih besar oleh karena urusan kecil-kecil.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9 Hal. 77, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

WAHABI DAN MAZHAB-MAZHAB

Memang, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Pendiri paham Wahabi adalah bermazhab Hambali.

Beliau jelas-jelas mengatakan bahwa paham yang dianutnya dalam menegakkan Tauhid ialah paham Ibnu Taimiyah (meninggal 728 H/1327 M) dan murid Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnul Qayyim (meninggal 751 H/ 1350 M).

Malahan kadang-kadang bagi orang yang tidak mengetahui sejarah disangka bahwa Muhammad Ibnu Abdul Wahhab berguru langsung kepada kedua Ulama itu: Memang berguru langsung, tetapi kepada karangannya, bukan kepada pribadinya.

Dari sebab itu dapatlah dimengerti bahwa paham Wahabi timbul mula-mula di kalangan Mazhab Hambali.

Tetapi janganlah berpikir dangkal, menyangka bahwa Paham Wahabi itu hanya monopoli dalam Mazhab Hambali.

Lothrop Stoddard menulis di dalam bukunya yang terkenal "The New World of Islam" yang disalin ke bahasa Arab oleh 'Ajaj Nuaiwidh dengan judul "Hadhiru Alamil Islam", dan diberi komentar 3 kali lipat oleh Amir Syakib Arselan, menyebut dalam buku itu bahwa kebangkitan Wahabi di pusat Tanah Arab itu adalah awal permulaan kebangkitan baru di seluruh Dunia Islam Modern, untuk menantang penjajahan asing, baik dari segi jiwa (Ajaran Tauhid) atau dari segi politik.

Pengaruh dari kebangkitan Wahabi ini menjalar ke Tripoli dan Barqah yang bernama Libya sekarang, dipimpin oleh Sayid Muhammad bin Ali as-Sanusi meninggal tahun 1859.

Padahal mazhabnya adalah MALIKI (lihat al-Harkatus-Sanusiyah, Ahmad Shidqiy ad-Dajaniy, 1967).

Gerakan Wahabi ini pula yang memberikan inspirasi bagi kebangkitan seorang Mujahid yang besar di Hindustan (India dan Pakistan sekarang), bernama Syaikh Ahmad yang setelah beliau tewas di medan perjuangan menegakkan cita Islam, dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad asy-Syahid (meninggal tahun 1831). (Lihat karangan Dr. Mahmood Hussain, Majalah al-Muslimoon. no 4, juni 1955).

Padahal Mazhab Syaikh Ahmad asy-Syahiid adalah HANAFI.

Gerakan ini yang dilihat dan diperhatikan, bagaimana militan-nya, bagaimana pembersihan Tauhid-nya, dilihat oleh 3 orang Haji dari Minangkabau seketika mereka naik haji ke Mekah.

Yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang.

Lalu mereka sebarkan dengan bersemangat di negeri mereka sendiri Minangkabau pada tahun 1803. Lalu diikuti orang, maka berdirilah gerakan Kaum Agama yang dimasyhurkan orang dengan nama Gerakan Padri.

Padahal ketiganya bermazhab Syafi'i.

Fakih Saghir, setelah menerangkan bagaimana besar pengaruh Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo di dalam menyebarkan dan membangkitkan semangat Islam berkata dalam keterangannya itu;

"Maka sekira-kira 4 tahun lamanya mendirikan agama itu, digerakkan Allah, datanglah Tuanku Haji Miskin dari negeri Mekah-Madinah, kemudian sempurna hajinya. Dia mendapat ke negeri Batu Tebal. Sebab pada masa dahulu sebelum dia pergi haji adalah dia diam di negeri itu. Karena dia mengambil ilmu dari pada saya punya Bapak masa dahulunya. Maka daripada banyak khabar daripada hal pekerjaan orang Mekah-Madinah bertambah-tambahlah berahi hati mendirikan Agama Allah dan Agama Rasulullah dan bersungguh-sungguhlah orang mendirikan shalat, hingga sempurna Jum'at 40 orang. Maka tidak lama antaranya pulanglah Tuanku Haji Miskin ke Pandai Sikat dan bersungguh-sungguhlah ia mendirikan Agama serta memperbaiki tempat adanya. Maka terlebih sangat pulalah masyhur pekerjaan Tuanku Haji Miskin itu dan banyaklah orang mendirikan Agama pada barang mana negeri adanya. Maka daripada mula-mula Tuanku Haji Miskin di negeri Mekah-Madinah hingga penyakit ketumbuhan, banyak habis, 9 tahun lamanya."

Ini menunjukkan bahwa inti gerakan Wahabi, sebagai gerakan kembali kepada Tauhid yang sejati mendapat sambutan hangat, lama sebelum gerakan Padri berdiri sebagai suatu kekuatan yang bersifat militan.

Jelas, sebagaimana Sejarah Padri yang "tradisional" kita terima, bahwa seluruh Alam Minangkabau menerima gerakan Wahabi dengan tidak perlu menukar mazhab,

Tuanku Nan Tuo, Syaikhul Masyaikh (Guru dari sekalian Guru) cukup disiarkan tidak dengan kekerasan dan ada yang menyusun kekuatan memberantas segala bid'ah dan khurafat adat jahiliyah; Kalau perlu dengan Pedang!

Timbullah golongan Tuanku Nan Renceh (yang keras) dan golongan Fakih Saghir (yang lunak); Dan guru mereka, Tuanku Nan Tuo lebih condong kepada paham Fakih Saghir, sehingga murid-muridnya "Harimau Nan Salapan" berontak melawan beliau ditanggalkan "Imamat" dari diri beliau dan diserahkan kepada Tuanku Mansiangan (Dekat Koto Lawas Padang Panjang). Sedang Tuanku Nan Tuo segan kepada Tuanku Mansiangan itu, sebab dia adalah anak kandung daripada gurunya Tuanku Mansiangan Nan Tuo.

Maka pecahlah Wahabi sama Wahabi, putih sama putih.

Dan Belanda pun masuklah.... Terjadilah perang sampai 34 tahun.

MENEMPUH JALAN GELAP SENDIRI

Oleh karena Parlindungan telah menegakkan kepastian, menurut dokumen sejarah Tuanku Tambusai yang tidak jelas di mana tersimpannya sekarang, dan catatan Tuanku Nan Renceh yang telah terbakar, dan menolak segala catatan lain sebab sudah dijungkir-balik, maka Parlindungan tidak dapat memberikan keterangan yang memuaskan tentang satu perkara.

Yaitu: 300 tahun Agama Islam Mazhab Syi'ah/Aliran Qaramithah telah meresap di seluruh Minangkabau sampai ke pelosok-pelosok.

Datang Gerakan Agama Islam? Mazhab Hambali? Aliran Wahabi, di bawah pimpinan Tuanku Nan Renceh, tetap di bawah penasihat tertinggi seorang dari Tanah Batak, yaitu Haji Hassan Nasution, maka hancurlah Syi'ah/ Qaramithah itu dalam masa 34 tahun.

Sekarang timbul pertanyaan orang: Qaramithah sudah hancur, Hambali Wahabi sudah menang, mengapa Syafi'i yang timbul?

Mengapa tidak satu jua pun nagari di Minangkabau yang menganut Mazhab Hambali? Baik Bonjol negerinya Tuanku Imam Bonjol, atau Kamang negerinya Tuanku Nan Renceh?

Mengapa ulama-ulama Minangkabau yang demikian masyhurnya, sampai ke Mesir (Syaikh Thaher Jalaluddin; cucu Fakih Saghir), sampai menjadi Imam Khatib dan Profesor dari Mazhab Syafi'i di Mekah; keturunan Tuanku Nan Kecil di Koto Gedang, (Syaikh Ahmad Khatib) bermazhab Syafi'i?

Mengapa mereka tidak jadi sisa dari Syi'ah/Qaramithah padahal nenek moyang mereka berlawanan dengan sikap kekerasan Tuanku Nan Renceh? Atau bermazhab Hambali jika mereka telah taubat?

Inilah mata rantai yang lemah dari karangan Parlindungan.

Memang payah mengarangkan hal yang tidak ada!

Kecuali jika mengarang cerita roman atau dongeng.

Tetapi kalau orang sudi menerima fakta jelas yang saya kemukakan; orang tidak akan bingung!

Sebab memang tidak pernah ada Mazhab Hambali di Minangkabau, hanya ada penganut Mazhab Syafi'i yang terpengaruh oleh semangat ajaran Imam Muhammad bin Abdul Wahhab,

Yaitu kembali kepada ajaran Tauhid yang sejati.

Dilanjutkan terus sampai kini.

(Buya HAMKA, Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao, Hal. 135-140, Republika Penerbit, Cet.I, Mei 2017).

WALI-WALI ALLAH DI NUSANTARA: HAMKA dsb. (kriteria berdasarkan Al-Qur'an dan as-Sunnah).


"Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan Madzhab Salaf, menisbahkan diri kepadanya dan membanggakannya, bahkan wajib diterima semua itu darinya dengan kesepakatan ulama. Karena sesungguhnya Madzhab Salaf adalah haq." (Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa 4/149).

MADZHAB FIQIH

Saya adalah bermadzhab; Madzhab saya Syafi'i. Saya belum pernah sejak menceburkan diri ke dalam perjuangan Islam mengatakan saya tidak bermadzhab. Periksalah segera buku yang saya karang Madzhab Syafi'i sejati: yaitu hadits yang shahih adalah madzhabku.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 219-220, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

Dengan tulisan ini saya tegaskan bahwa pimpinan majalah ini adalah bermadzhab Syafi'i.

Karena imam kita atau seorang di antara imam-imam kita, yaitu Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'i pernah memesankan bahwa madzhab beliau adalah hadits yang shahih.

Beliau berkata,

"Apabila telah shahih sebuah hadits, itulah ia madzhabku."

Barangsiapa yang tahu dan mengerti Madzhab Syafi'i, pastilah ia tahu akan perkataan beliau itu.

Madzhab Syafi'i sama juga dengan madzhab-madzhab Sunni yang lain, (Madzhab Imam Malik dan Madzhab Imam Abu Hanifah di Irak, dan madzhab dari Dawud Zhahiri pecahan dari Madzhab Syafi'i),

Semuanya adalah berpokok dan berpangkal dari Al-Qur'an dan hadits yang shahih.

(Buya HAMKA, 1001 Soal Kehidupan, Hal. 201, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

MENGADU KE MEKAH

Pihak yang tua-tua rupanya tidak merasa puas melihat perkembangan fahaman yang muda-muda ini.

Diajak berdebat tidak bisa, dan pengaruhnya kepada rakyat bertambah lama bertambah kukuh.

Mereka berani menentang ulama-ulama yang mana sahaja, asal dengan alasan yang cukup, hujah dengan hujah, usul dengan usul dan mantik dengan mantik.

Akhirnya dapatlah jalan lain.

Iaitu mengirim surat kepada ulama-ulama Mekah, ulama yang pada hakikatnya lebih jumud, lebih beku daripada ulama yang mengadu sendiri.

Bagaimana mereka akan dapat mengukur masyarakat di Indonesia dengan di Mekah?

Ketika itu, pahlawan ulama Indonesia yang tidak mahu dibungkus-bungkuskan sahaja, iaitu Syeikh Ahmad Khatib telah wafat.

Maka berleluasalah melepaskan torpedo celaan.

Disusun pertanyaan yang isinya belum membuka duduk masalah, hanya mencaci maki 4 orang "biang keladi" dalam perkara ini, iaitu Abdullah Munir, Haji Rasul, Haji Jambek dan Lebai Zainuddin, yang menerbitkan majalah "Al-Munir" yang berisi fatwa yang terpacul dari ijma ulama.

Maka datanglah Fatwa Mekah, yang terkenal dengan nama "17 Masalah".

Di sana dihukumkanlah keempat-empat orang itu keluar daripada jalan Ahli Sunnah wal Jama'ah.

Sehingga kalau sekiranya mereka naik haji ke Mekah pada masa itu, tentu akan terus masuk penjara!

Lucu juga nama Abdullah Ahmad diganti dengan Abdullah Munir, jadi Abdullah yang bercahaya.

Gelaran ejekan itu menjadi kemasyhuran pula bagi beliau.

Fatwa dari Mekah mereka sambut dengan senyuman sahaja.

Pada suatu hari tiba-tiba datanglah ke Padang seorang ulama yang telah bertahun-tahun mengajar di Mekah, iaitu Syeikh Abdulkadir Mandahiling (Al-Mandili, cara Mekahnya). Sengaja beliau datang ke Padang untuk menghadiri pertemuan yang diadakan untuk menghormati beliau. Baru sama-sama mengaji, rupanya Syeikh itu tidak biasa berpidato: Kalah semangat.

Lalu mengaku sahaja:

"Innama ana muqallid. Saya cuma taklid kepada Ulama-ulama sahaja."

(Buya HAMKA, Ayahku, 156-157, PTS Publishing House Malaysia, 2015).

Kategorisasi syirk dan kufur merupakan khas Wahhabi, yang memang cenderung rigid atau kaku dan keras dalam pandangan ketauhidan.

Mungkin, dalam tradisi Arab, kata-kata "sesat", "syirk", "kafir", dan sejenisnya memiliki anatomi kebahasaan yang wajar sebagaimana keterbukaan masyarakat Arab, namun manakala ditarik ke ranah dan konstruksi hukum dan berlaku untuk wilayah-wilayah Muslim di belahan dunia lain menjadi bermasalah.

(MUHAMMADIYAH & WAHHABISME: Mengurai Titik Temu dan Titik Seteru, Hal. 69, Penerbit Suara Muhammadiyah, Cet. Kedua, 2013).

Gerakan Wahhabiyyah atau predikat apapun yang dinisbahkan pada gerakan Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab ini, memang pada dasarnya merupakan "gerakan pemurnian Islam" (al-Harakah al-Tandhifiyyah al-Islamiyyah).

Pemurnian Islam atau pemurnian akidah yang diusung, merujuk pada akidah "al-Salaf al-Shalih" sebagaimana dipelopori oleh mazhab Hanbali dan Ibn Taimiyyah yang menjadi kiblat pemikiran keagamaan Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab serta gerakan-gerakan pemurnian Islam lain di banyak belahan dunia Islam kala itu dan sesudahnya.

Akidah Salaf tentu saja merujuk pada akidah yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw, generasi Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut at-Tabi'in; yakni era Nabi dan tiga generasi sesudahnya.

Lebih khusus lagi, gerakan Wahhabiyyah pada pemberantasan syirk, bid'ah, dan khurafat dengan pendekatan yang cenderung keras.

Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab sebenarnya merupakan pelanjut dari pemikiran Ibn Taimiyyah dalam hal pemurnian akidah (tandhif al-'aqidah al-Islamiyyah), sekaligus penganut mazhab Hanbali yang ketat.

Tapi, di tangan Wahhab, gerakan pemurnian itu dibumikan secara lebih konkret dan massif dalam wujud pemberantasan "paganisme" atau praktik keagamaan yang cenderung syirk, bid'ah, tahayul, dan khurafat (TBC).

(MUHAMMADIYAH & WAHHABISME: Mengurai Titik Temu dan Titik Seteru, Hal. 68, Penerbit Suara Muhammadiyah, Cet. Kedua, 2013).

Dia Imam besar di masjidil haram.

Beliau sendiri pun melihat, memang masih banyak amal orang awam (jelata) Indonesia yang bid'ah.

Kata mereka bermadzhab Syafi'i, padahal dalam madzhab itu sendiri, tidak ada contoh amal demikian.

(Buya HAMKA, Kenang-kenangan Hidup: Buku Satu, Hal. 125, Penerbit Balai Pustaka, Cet.1, 2015).

"Wahai orang-orang yang beriman!" (pangkal ayat 135).

Abdullah bin Mas'ud pernah mengatakan bahwa beliau, bilamana mendengar atau membaca tiap-tiap ayat yang dimulai dengan seruan kepada orang-orang yang beriman, beliau menyalangkan mata, beliau pasang pendengaran dengan baik, tanda ada apa-apa perintah mula yang akan diturunkan Allah.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 485, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Benar juga Sayidina Ali memerangi orang Khawarij yang dituduh mengemukakan paham baru dalam agama. Tetapi peperangan yang dihadapkan kepada Khawarij itu bukanlah semata-mata lantaran pahamnya yang mengganjil, hanyalah lantaran politik, sebab Khawarij pada masa itu tidak mau mengakui pemerintahan yang telah sah berdiri.

Tetapi kemudian, hal yang serupa itu telah dipergunakan pula oleh sultan-sultan dan raja-raja Islam buat mengalahkan musuhnya. Siapa saja musuh yang dipandang akan menumbangkan kekuasaan, dituduh telah keluar dari Madzhab Ahli Sunnah wal Jamaah, lantas diperangi.

Waktu itu hilanglah kemerdekaan menyatakan pikiran dan timbullah sewenang-wenang yang mengakibatkan masyarakat menjadi jumud dan kolot.

(Buya HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup Sesuai Ketetapan Ilahi, Hal. 175-176, Republika Penerbit, 2015).

Ibnu Taimiyah berkata,

"Yang salah itu tidak ada hakikatnya."

Orang yang telah membohongi, artinya mengada-ada yang tidak ada, adalah orang yang tidak beres akalnya atau sakit jiwanya.

Perlulah orang yang sakit itu diobati sampai sembuh.

Dengan kesembuhan itu, hilanglah kedustaan dan itulah yang benar.

Sekian.

(Buya HAMKA, Bohong Di Dunia, Hal. 122, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

Seseorang yang minum khamr, tetapi tidak bohong atau seorang yang telah telanjur berzina, tetapi bukan pembohong, masih banyak sekali harapan baginya untuk memperbaiki diri.

Seorang pembohong, walaupun dia shalat tunggak-tunggik, shalatnya pun bohong juga.

(Buya HAMKA, Bohong Di Dunia, Hal. 26, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2017).

MASALAH KHILAFIYAH DAN TENTANG TAKLID DAN IJTIHAD

Saya sudah mengalami satu bukti bagaimana bangkrutnya (gagal-nya) kekolotan dipertahankan dengan kekuasaan di Johor itu pada Tahun 1960.

Mufti Johor telah mengenal saya sebagai Kaum Muda dan Wahabi dari Indonesia.

Setelah mendengar bahwa saya akan datang ke beberapa negeri dalam Kerajaan Johor, mufti memerintahkan kepada seluruh qadhi dalam Kerajaan Johor untuk tutup pintu sekalian masjid dalam Kerajaan Johor buat HAMKA mengadakan syarahan (tabligh-ceramah).

Akhirnya apa yang terjadi?

Saya masih berada dalam sebuah Guesthouse di Malaka, telah datang utusan dari D.O Muar (District Officer), setingkat Bupati di Indonesia, meminta supaya saya datang ke Muar mengadakan syarahan (tabligh-ceramah).

"Bukankah mufti melarang saya bersyarah di masjid?", tanya saya.

Utusan D.O itu menjawab sambil tersenyum,

"Kuasa mufti hanya di masjid, di tempat-tempat di luar masjid, seumpama tanah lapang tidak ada kuasa mufti. Apatah lagi kalau Tuan HAMKA yang bersyarah (tabligh), di masjid pun tidak juga akan muat."

Begitulah saya terus bersyarah di Sindian, Kluang, Batupahat, dan Kota Johor sendiri, di klub pertemuan atau di tanah lapang.

Larangan Mufti Johor, meskipun sebuah negeri kecil, sebesar satu kecamatan atau kurang, dapat kita jadikan pula perbandingan memaksakan suatu paham agama dengan kekuasaan, payahlah akan berhasil, malahan itulah yang akan memecahkan persatuan.

Jika mereka mengarang tentang fiqih, yang diulang-ulangnya hanyalah fiqih lama untuk 800 Tahun yang lalu, tidak berani menyatakan fiqih (paham) yang baru.

Syukurlah agama Islam mempunyai pokok dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Syukurlah Imam Syafi'i sendiri mengatakan bahwa, "Hadits yang shahih itulah madzhabku."

Syukur pula di negara kita Indonesia ini tidak terdapat lagi perkongsian antara para sultan dengan para ulama kerajaan untuk menghambat kemajuan berpikir tentang agama.

Khilafiyah adalah cencang air tidak putus. Yang satu berpendapat begini, dipandangnya dari satu sudut. Yang lain berpendapat begitu, dipandangnya dari sudut lain.

Orang banyak sudah dapat memilih, dan jika dipilihnya satu pihak bukanlah artinya merugikan.

Sebab, yang demikian itu menjadi alamat (pertanda) bahwa bangsa dalam negeri itu berpaham bebas dan bersemangat toleransi.

Kita harus menyadari bahwa umat Islam seluruh dunia itu hanyalah satu. Tidak ada perubahan juz dan surah, sekalipun perubahan titik dan baris.

Terutama di Indonesia ini.

Kalau ada orang membuat propaganda (kampanye), barangsiapa berani menyatakan paham yang baru tentang khilafiyah bahwa orang itu telah keluar dari Islam,

Ketahuilah, itu propaganda (kampanye) murahan yang hanya laku untuk golongan jahil yang terbatas.

Kalau demikian, mengapa kadang-kadang timbul seakan-akan "perang dingin" di antara golongan-golongan umat Islam karena berlainan khilafiyah?

Sebabnya ada 2:

1. ada yang ingin mencari popularitas dengan membangkit-bangkitkan khilafiyah, dan disebarkan kepada orang awam,

2. ada yang merasa popularitasnya terancam hilang kalau ada orang yang membawa soal (ide) baru.

Namun, kita pun harus sadar bahwa akan terdapat sebagian besar dari umat itu yang tidak mau kekolotannya disinggung,

Tidak mau penyakitnya diobati, karena obat itu pahit.

Kita pun harus sadar akan ada golongan yang tersinggung puncak bisul (kedudukan)-nya jika kita membuka soal agama.

Kadang, kita akan dituduh sebagai pemecah belah persatuan, dilarang membahas, mengutik-utik masalah khilafiyah.

Dengan segala daya upaya kita telah memilih jangan menyinggung, jangan berkhilafiyah.

Namun, oleh karena soal khilafiyah itu ternyata sangat relatif maka terkadang jika kita memberantas perbuatan yang tidak berasal dari Islam, kita pun dituduh memecah persatuan.

Kalau kita memikirkannya timbulnya bisa saling menuduh, fitnah-memfitnah, dan karena kita sedang bergerak menyiarkan Islam, kadang-kadang kita jadi takut dan berdiam diri.

Namun, kalau kita ingat bahwa kita punya tujuan yang besar, yaitu tajdidul Islam, yang telah kita junjung tinggi sejak datangnya 3 Ulama Wahabi dari Mekah ke Minangkabau Tahun 1802, sejak tersebarnya paham Jamaluddin-Abduh disini, sejak K.H. Ahmad Dahlan memulai langkah pembaruannya, sejak kita membaca karangan-karangan Bung Karno tentang "Mempermuda Pengertian Islam", "Islam Sontoloyo", dan "Surat-Surat dari Endeh", serta kalau kita renungkan hari depan Islam di tanah air, kita menjadi ingat bahwa tugas ini tidak boleh berhenti.

Dihentikan adalah dosa.

Dalam menjunjung tinggi tugas suci ini, kita telah memadukan tekad bahwa garis yang kita lalui adalah semata-mata garis agama.

Namun, ingatlah bahwa Imam Ghazali pernah mengatakan,

"Bertambah agung tujuan yang hendak engkau tuju, bertambah pula kesulitan yang akan engkau temui."

Kepopuleran tidak saja tegak di atas sanjung puji manusia, tetapi barulah sah kepopuleran itu apabila ia tegak di atas dua tonggak yang teguh.

Tonggak pertama ialah kasih simpati pencintanya.

Tonggak kedua benci dan dengki orang yang memusuhinya.

Apabila kedua tonggak itu sudah sama berdiri maka tidak ada satu kekuatan lagi yang dapat meruntuhkannya, kecuali jika kepercayaannya kepada Allah dan kepada dirinya sendiri tidak ada lagi.

Karena itu, wahai mubaligh dan dai, janganlah engkau silau oleh kemenangan sementara, lantaran itu engkau berjuang dalam jangka pendek.

Ketahuilah bahwa suatu cita-cita pembaruan tenaga Islam adalah perjuangan jangka panjang.

(Buya HAMKA, Dari Hati Ke Hati, Hal. 70, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016).

AL-QUR'AN YANG BERBAHASA ARAB

Menurut keterangan dari Ibnu Abbas, Nabi saw. itu sangatlah harapnya akan kedatangan wahyu, dan bila Jibril datang membawa wahyu dan mulai mengajarkan kepada beliau, beliau segera saja membaca apa yang telah diterima, walaupun belum selesai. Yang demikian itu adalah karena sangat asyik dan rindu beliau kepada wahyu Ilahi itu.

Maka datanglah teguran Allah, bahwa tidak perlu dia tergesa-gesa. Lebih baik tunggu wahyu itu sampai selesai turun, karena "Kamilah" kata Allah, yang memerintahkan Jibril menyampaikannya dan mengumpulkannya dalam dirimu, hai Muhammad, sampai engkau hafal di luar kepala dan menghafalkannya, setelah dibacakan dengan jelas oleh Jibril.

Bilamana telah selesai Jibril membacakannya, sampai kepada cara mengucapkan dan mengeluarkan (makhraj) tiap-tiap hurufnya, ikutilah dengan baik bacaan itu. Kemudian perihal keterangan tentang isi dan maksudnya, Jibril juga yang disuruh Allah menafsirkannya.

Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu." (ujung ayat 114).

Doa Nabi ini penting sekali artinya. Yaitu bahwa di samping wahyu yang dibawa Jibril itu, Nabi saw. pun disuruh selalu berdoa kepada Allah agar untuknya selalu diberi tambahan ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari karena pengalaman, dari karena pergaulan dengan manusia, dari karena memegang pemerintahan, dan karena memimpin peperangan. Sehingga di samping wahyu datang juga petunjuk yang lain, seumpama mimpi atau ilham.

Berkata Ibnu Uyainah, "Selalu bertambah ilmu beliau saw. sampai datang ajal beliau."

Imam asy-Syafi'i berkata, "Tidak ada pertikaian ahli-ahli ilmu tentang bahwa sunnah-sunnah Nabi saw. itu datang dari tiga bentuk.

1. Apa yang diturunkan Allah padanya dengan nash Al-Qur'an, lalu beliau saw. mencontohkannya menurut Al-Qur'an itu.

2. Apa yang diturunkan Allah secara ijmal (secara umum), maka sunnah Rasul saw. menjelaskan yang umum itu secara terperinci (tafshil).

3. Sunnah beliau sendiri yang tidak tersebut di dalam Al-Qur'an, baik secara ijmal atau secara tafshil, lalu beliau ijtihadkan sendiri, tetapi tidak keluar dari garis kehendak Al-Qur'an.

Oleh sebab itu maka ahli pengetahuan yang sejati tidaklah memegang yakin suatu pendapat, bahwa itu sudah sampai pada tingkat terakhir.

Sesungguhnya hasil penyelidikan yang lama bisa saja berubah karena didapat pula hasil penyelidikan yang baru, yang membuat batal atau basi hasil yang lama itu.

Sebab itu tepatlah doa yang diajarkan Allah kepada Nabi itu, "Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5 Hal. 612-614, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

"Karena Allah adalah sebaik-baik penghukum." (ujung ayat 87).

Keputusan Dialah yang lebih baik dan lebih adil, jauh daripada curang dan zalim.

Hukum Allah terbagi dalam dua macam.

Pertama, hukum syara yang kita kenal, yaitu halal dan haram, suruhan dan larangan.

Misalnya, haram makan daging bangkai, minum darah, daging babi dan makanan yang dia sembelih untuk berhala. Halal segala macam ikan dan makanan laut. Halal membuat janji walaupun dengan kafir dan haram memungkiri janji. Wajib shalat, haram berzina.

Itulah hukum syar'i.

Yang satu lagi ialah hukum yang lebih mendalam dan membekasi hidup.

Yang benar tetap benar, walaupun masih sedikit pengikutnya.

Yang salah masih tetap salah, walaupun banyak yang bersorak-sorai mempertahankannya.

Seruan kebenaran itu akhir kelaknya pasti menang juga, walaupun berapa dan betapa macam rintangan yang menimpanya.

Kalau hari ini belum datang, nanti tentu pasti datang.

Ini hanya soal waktu belaka.

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 471, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).

Kenapa sampai demikian kerasnya adzab yang mesti mereka terima?

"Yang demikian, ialah karena sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab dengan kebenaran." (pangkal ayat 176).

Adapun kebenaran Allah itu satu, tidak ada kata dua.

Kebenaran tidak bisa di putar-putar, di dalih-dalih, dan di belah-belah.

Apabila orang mencoba melawan atau memutar balik kebenaran, betapa pun dia memuaskan dirinya, tetapi tidak berapa lama kemudian kebenaran itu pasti timbul kembali.

Manusia mempunyai batas kekuatan, sedangkan kebenaran tidak dapat dibatasi.

Manusia akan mati, kebenaran tetap hidup.

Roda zaman selalu berputar, kecurangan selalu terbuka.

Orang dapat merasai menang sementara, karena menentang kebenaran, akhirnya kelak kebenaran itu akan menertawakannya juga.

"Dan sesungguhnya orang-orang yang masih berselisih dari hal Kitab adalah di dalam pecah belah yang jauh." (ujung ayat 176).

Tentu! Sebab kalau masing-masing telah membawakan tafsiran Kitab mengandung kebenaran itu menurut kemauan sendiri, tentu akan timbul perpecahan. Kian lama perpecahan itu tidak dapat dipertautkan lagi.

Karena bukan Kitab yang salah, tetapi pemutarbalikan Kitab itu yang salah.

Orang telah lebih mementingkan kehendak hawa nafsunya daripada kehendak Allah.

Masing-masing mau menang sendiri.

Bagi penyembunyi-penyembunyi kebenaran ini, Kitab hanya membawa celaka, bukan membawa bahagia.

Seruan yang berkumandang di zaman kini dalam kebangunan umat Islam ialah agar kita semua kembali kepada Kitab dan Sunnah atau Al-Qur'an dan hadits.

Ini karena salah satu sebab dari kepecahan umat Islam ialah setelah Al-Qur'an ditinggalkan dan hanya tinggal menjadi bacaan untuk mencari pahala, sedangkan sumber agama telah diambil dari kitab-kitab ulama.

Pertikaian madzhab membawa perselisihan dan timbulnya golongan-golongan yang membawa faham sendiri-sendiri.

Bahkan dalam satu madzhab pun bisa timbul selisih dan perpecahan karena kelemahan-kelemahan sifat manusia.

Orang-orang yang diikut, sebab mereka adalah manusia, kerap kali dipengaruhi oleh hawa nafsu, berkeras mempertahankan pendapat sendiri walaupun salah dan tidak mau meninjau lagi.

Sehingga masalah-masalah ijtihadiyah menjadi pendirian yang tidak berubah-ubah lagi.

Bukan sebagaimana Imam Syafi'i yang berani mengubah pendapat sehingga ada pendapatnya yang qadim (lama) dan ada yang jadid (baru).

Atau Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal dalam fi ihdaqaulaihi (pada salah satu di antara dua katanya).

Dalam hal orang yang diikut itu berkeras pada suatu pendapat, si pengikut pun berkeras pula dalam taklid.

Ini karena dengan sadar atau tidak mereka telah menjadikan guru ikutan menjadi tandingan-tandingan Allah atau andadan.

Sekarang timbullah angin baru dalam dunia Islam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits, tetapi janganlah kita lupa bahwa berlawanan pendapat mesti timbul juga.

Kalau kita telah dibolehkan berijtihad atau mengasah pikiran dan ada kebebasan menyatakan pikiran itu, perlainan pendapat pasti ada.

Itu bukanlah tanda kemunduran, tetapi itulah tanda kemajuan.

Akan tetapi, perlainan pendapat karena kebebasan berijtihad bukanlah mesti mengakibatkan perpecahan dan permusuhan sebab timbulnya adalah dalam suasana merdeka dan saling mengerti.

Bekas dari kebebasan pikiran zaman dahulu itu sampai sekarang masih dapat kita lihat pada kitab-kitab karangan orang-orang dahulu.

Apabila seorang ulama menyatakan pendapat dalam satu soal, tidak ketinggalan dia menerangkan pendapat ulama yang lain walaupun yang berjauhan pahamnya, dengan tidak mencela pendapat yang berbeda itu.

Sehingga dibukanya kesempatan buat orang lain untuk menimbang dan meninjau.

Setelah datang zaman Mutaakhkhirin (ulama-ulama yang datang kemudian), barulah kita berjumpa kata-kata yang mempertahankan golongan sendiri, misalnya perkataan wal-ashahhu 'indana (yang lebih sah di sisi kita, yaitu madzhab kita, adalah begini).

Pendeknya, kembali kepada Al-Qur'an dan hadits adalah perkara yang mudah.

Bahkan kadang-kadang nyata sekali bahwa bahasa Al-Qur'an dan hadits itu jauh lebih mudah dipahamkan daripada bahasa yang dipakai ulama yang datang di belakang itu.

Memang, menjauh dari Al-Qur'an dan hadits bukan saja merusak paham, bahkan juga merusak bahasa.

Dan, lagi, pokok utama dalam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits itu mudah pula, yaitu niat yang suci dan ikhlas.

Niat sama menjunjung kebenaran.

Sebab, tali dalam ayat sudah diterangkan bahwa kebenaran hanya satu dan yang menentukannya ialah Allah, yang empunya kebenaran, bukan Kiai Fulan atau Tuan Syekh Anu.

Dan, segala hasil usaha orang yang terdahulu ijtihad, qiyas, tarjih, dan istinbath dapat pula dijadikan bahan oleh kita yang di belakang untuk memudahkan usaha kita.

Berkata Imam Malik r.a.,

"Tidaklah akan jadi baik akhir dari umat ini melainkan dengan kembali kepada apa yang membaikkan umat yang dahulu."

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1 Hal. 319-320, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).